Chapter 15

93 18 2
                                    

Gak selamanya seseorang akan dipandang sebelah mata.

.
.
.
.
.
.

Hari ini ruang kelas XI IPA 4 terasa begitu tegang, Buk Lia duduk di depan kelas dengan hasil ulangan matematika kemarin.

"Seperti yang saya katakan kemarin, hari ini saya akan bagikan hasil ulangan kalian" ucap Buk Lia semua siswa hanya diam berharap nilai ulangan mereka kali ini cukup memuaskan.

"Hasil ulangan kali ini membuat saya senang, karna nilai tertinggi diraih oleh murid yang selalu saya pandang sebelah mata selama ini" jelas Buk Lia, semua murid di kelas itu makin bertanya-tanya dan bingung siapa yang dimaksud oleh Buk Lia?

"Dipandang sebelah mata?"

"Siapa sih?"

"Si permen blaster kali"

"Mana mungkin"

"Gue deh kayaknya dapet nilai tertinggi"

"Aduhh... siapa sih?"

Semua murid di kelas itu saling melontarkan pertanyaan, mereka saling menebak siapa murid yang dimaksud oleh buk Lia.

"Nilainya 98, benar-benar luar biasa" ucap Buk Lia dengan bangganya.

Suasana makin menegang, semua murid terlihat was-was menunggu Buk Lia memanggil nama orang dengan nilai tertinggi kali ini. Berbeda dengan Agatha yang terlihat pasrah dengan tatapan datarnya yang sibuk memerhatikan ketiga sahabatnya yang kini duduk berjauhan dengannya.

"Baikklah, nama yang ibu sebutkan harap maju ke depan" titah Buk Lia.

Semua murid makin meronta dalam benak mereka, tak bisa dipungkiri ini adalah hal yang paling menegangkan dibanding menonton akrasi sulap maut. Bagaimana tidak, jika ada yang mendapat nilai dibawah rata-rata harus siap menerima tugas kebut semalam dari guru kiler ini.

"Nilai tertinggi kali ini diraih oleh...." ucap Buk Lia menggantung, ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Agatha Laura Blasterd" sambung Buk Lia.

Agatha mengerutkan dahi, apa yang Buk Lia ucapkan tadi? Apa baru saja ia mendengar guru kiler itu menyebut namanya? Ini sulit dipercaya.

***

Agatha mengedarkan pandangannya menyapu seisi kantin, matanya sibuk mencari seseorang. Kini pandangannya terhenti di satu titik, yaitu seorang cowok yang duduk di sudut kantin dengan segelaa jus dihadapannya dan tangannya sibuk memainkan ponsel. Agatha segera melangkah mendekati cowok itu.

"Boleh gue duduk?" Tanya Agatha, cowok itu mendongakkan kepala dan menatap sekilas gadia itu.

"Hm" gumam cowok itu.

Agatha langsung duduk di hadapan cowok itu dan menatapnya lembut. "Thank's, Raka" ucapnya tulus.

Raka menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Agatha. "thank's?" tanyanya bingung.

"Thank's, selama ini lo udah mau ngajarin gue dan jadi partner belajar gue"

"Hm" gumam Raka. "Terus gimana sama hasil ulangan lo?" sambungnya.

"Ayo tebak" ucap Agatha antusias.
"Kalo salah, gue tampar ya" tambah gadis itu.

Raka tersenyum miring smbil menatap Agatha. "Kalo gue bener,cium ya"

Blushh.. pipi Agatha langsung memerah seperti kepiting rebus mendengar ucapan Raka.

"Apaan sih lo, buruan tebak" ucap Agatha dengan malu-malu.

Raka diam, ia nampak berpikir sejenak. "98" ucapnya menebak.

"ha" Agatha melotot tak percaya. Bagaimana mungkin tebakkan Raka tepat 98?

"Kenapa lo melotot gitu?" ucap Raka sambil meneguk jusnya hingga tandas.

"Lo tau?" tanya Agatha,Raka hanya diam menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya.

"Lo bener, nilai gue 98 dan itu adalah nilai tertinggi di kelas" jelas Agatha.

"Gue emang gak pernah salah"

"Iiissshhh.. itu cuma kebetulan" sergah Agatha.

"Berarti lo punya hutang ke gue! Pulang sekolah ikut gue" ucap Raka lalu beranjak dari duduknya.

"Hutang apa?" Agatha bertanya penuh kebingungan.

Raka tersenyum sambil menyentuh bibirnya dengan telunjuk "your kiss"

__________


Wahh parah readers gimana tu si Raka?

Gak kerasa udah sampai di chapter 15 tapi ya gitu dehh jadi males update karna kebanyakan silent readers :(

Tapi enggak apa kok, yang silent readers mungkin pembaca setia ketimbang yang boomvote kali ya wkwkwk

Udahh ahh sampe ketemu di chapter 16

TO BE CONTINUED 💘



instagram : ldiian_

Before Hate After Love [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang