Chapter 2

34.3K 2.1K 83
                                    

Beberapa hari setelah perkenalan itu, Viona mulai dekat dengan Anna. Ke mana pun ia pergi, Anna selalu ada di sampingnya. Memang bukan hal yang aneh baginya, ia sudah duduk di kelas 11 IPA dan di kelas itulah ia mendapat seorang teman baru yaitu Anna.
Bel istirahat sudah berbunyi. Siswa-siswi berhamburan keluar kelas dan memilih untuk pergi ke kantin sekedar mengobrol dengan teman-temannya.

"Vio, temani aku ke kantin ya," pintanya.

"Hmm ... Nanti saja ya, aku malas." jawab Viona.

"Please," katanya memohon pada Viona.

Sebenarnya Viona sedang malas untuk bergerak. Namun, apa boleh buat. Ia harus menurutinya. Kalau tidak, Anna akan marah padanya.

"Iya iya."

"Come on!"

Viona beranjak dari tempat duduknya. Lalu Anna menarik tangan Viona menuju kantin.

Sesampainya mereka di sana, Anna memesan makanan kepada pemilik kantin, sedangkan Viona memilih untuk menunggu Anna dan duduk di bangku kantin. Setelah selesai dengan urusannya, Anna segera datang dan menghampiri Viona.

Tak berapa lama, pesanan mereka datang. Vio dan Anna segera melahap makanannya. Samar-samar terdengar teriakan histeris dari anak-anak perempuan di seberang mejanya.

"Mereka kenapa?" tanya Viona heran.

Anna hanya menaikkan bahu tanda tak tahu.

Tak lama kemudian, muncul seorang laki-laki yang langsung ia ketahui bahwa ia adalah pria yang menabraknya waktu itu.

Rasa kesal pun memenuhi otak Viona. Aku harus menceritakan ini semua kepada Anna, batinnya. Ya, hanya Anna yang dapat mengerti Viona.

"An, aku heran, kenapa semua perempuan di sini menyukainya? Memangnya dia siapa?" tanyanya sambil menunjuk orang yang ia maksud.

"Ohh itu, dia kakak kelas di sini. Semua anak perempuan menyukainya karena ia tampan. Menurut mereka, dia pria tertampan di sekolah ini. Selain itu, ia juga laki-laki yang dingin. Bisa dibilang dia terlalu acuh dengan perempuan. Makanya sampai sekarang belum ada satupun yang berhasil mendekatinya. Padahal dia dikagumi oleh banyak perempuan di sini. Kau tak tahu? Bahkan kau sudah satu tahun sekolah di sini, bukan?" tanya Anna heran.

"Ya, tapi aku tidak tahu, dan tidak mau tahu." jawabnya cuek.

"Kenapa? Apa kau menyukainya?"

"Hah? Untuk apa aku menyukainya? Dia laki-laki aneh yang pernah kutemui." katanya jengkel.

Anna tertawa geli melihat tingkah sahabatnya itu.

"Anna!"

"Memangnya ada apa sampai kau terlihat tidak menyukainya?" tanya Anna serius.

"Ya, aku membencinya. Sebenarnya aku sudah pernah bertemu dengannya saat hari pertama masuk sekolah. Saat itu, aku baru saja melewati gerbang sekolah, tiba-tiba ia menabrakku dari belakang. Tanpa ada kata maaf sedikitpun ia langsung pergi meninggalkanku begitu saja. Siapa yang tidak kesal diperlakukan seperti itu? Sampai saat ini aku merasa dia harus meminta maaf kepadaku. Harus!" ucapnya bersungut-sungut.

Tanpa disadari, laki-laki itu menoleh ke arah Viona. Ia menatap Viona dingin. Viona yang menoleh balas menatapnya, tapi laki-laki itu segera pergi dari kantin.
Laki-laki aneh, batinnya.

Anna hanya menggelengkan kepala. Dia berharap Viona tidak serius membenci laki-laki itu.

"Sudah. Lebih baik kita kembali ke kelas. Pelajaran hampir dimulai."

Vio mengangguk setuju. Lalu mereka berjalan ke kelasnya.

Selama pelajaran berlangsung Vio terus memikirkan pria itu. Andai saja dia bersikap baik padaku. Mungkin aku akan menyukainya. Oh tidak, apa yang telah aku pikirkan? batinnya. Viona segera membuang pikiran itu dari otaknya.
Tak disangka, tiba-tiba Bu Irene melempar sebuah penghapus ke mejanya. Viona tersentak. Seketika ia tersadar dari lamunannya.

"Viona! Silahkan keluar dari pelajaran saya!"

"Tapi Bu, sa-"

"Cepat keluar!"

Anak-anak di kelas hanya menatap Viona. Menurutnya, ini adalah situasi yang sangat tidak menguntungkan baginya. Viona berjalan keluar dari kelas dengan rasa jengkel. Bagaimana aku bisa memikirkan laki-laki itu? Teriaknya dalam hati.

Saat ia berjalan melewati lapangan basket, ternyata ada beberapa siswa yang sedang bermain basket di sana. Termasuk laki-laki itu. Viona terus berjalan tanpa menoleh ke arahnya. Kini jaraknya cukup dekat dengan laki-laki itu. Tiba-tiba terdengar seseorang berteriak padanya.

"Hei, awas!"

Viona menoleh. Bola basket melesat dengan cepat ke arah Viona. Bola itu mendarat tepat di kepalanya dengan cukup keras. Kepala Viona terasa pusing. Seketika pandangannya kabur dan setelah itu ia tidak tahu apa yang terjadi.

***

Jangan lupa vote dan comment ya 😊

My Mate Is A VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang