Chapter 12

18.8K 1.2K 10
                                    

Gak nyangka udah sampe chapter 12 😊😁

Happy reading guys! 😉

"Silahkan masuk Tuan Putri," candanya.

"Terima kasih Pangeran," aku balas bercanda.

Alex segera masuk ke dalam mobil setelah aku duduk. Aku duduk di kursi depan. Tepan di sebelahnya. Ia pun segera melajukan mobil menuju sekolah.

***

Aku tiba di sekolah kira-kira pukul tujuh kurang lima menit. Alex turun membukakan pintu mobil untukku. Aku melihat sekeliling. Banyak yang memandang ke arahku. Apalagi Alex terus saja menggandeng tanganku erat. Kebanyakan dari mereka adalah para anak perempuan dari kelas 10 sampai kelas 12 yang menyukai Alex sejak dulu. Mereka menatapku iri, seakan-akan mereka seperti ingin memakanku.
Aku memandang Alex sebentar. Alex mengangguk seakan mengerti apa yang ada di pikiranku.
Alex pun balas menatap mereka tajam. Mereka diam dan menunduk. Huhh lega. Terima kasih Alex, batinku.

Alex mengantarku sampai di depan kelas. Sebelum ia pergi, ia mencium pipiku sekilas. Mukaku memerah seketika. Ya ampun! Tuhan! Alex selalu membuatku malu! Alex tertawa melihatku. God! Ia menyentil hidungku pelan lalu segera pergi menuju kelasnya.

"Sampai bertemu nanti, sayang. Aku pergi ke kelasku sekarang. I love you, Vio."

"I love you too,"

Selepas Alex pergi, aku cepat-cepat masuk kelas. Takutnya guru ku sudah datang.

Saat aku duduk di bangku ku, banyak anak perempuan mengerubungi ku. Mereka menanyakan hubunganku dengan Alex.

"Hai.. Vio, kau terlihat sangat akrab dengan kak Alex ya,"

"Iya, kau ada hubungan apa dengan kak Alex?"

"Kau pacarnya ya?"

"Bagaimana kau bisa dekat dengannya, Vio?"

Ya ampun! Mereka terus menanyaiku dengan seberondong pertanyaan yang keluar dari mulut mereka.

"Dia bukan pacarku, kita hanya berteman." jawabku singkat.

"Teman tapi mesra ya," mereka tertawa.

Aku hanya diam. Aku tak tahan mendengar ocehan mereka. Untungnya, Bu Irene segera datang. Mereka berhamburan duduk di kursi masing-masing.
Bu Irene segera membuka pelajaran hari ini. Pelajaran fisika yang tidak aku sukai. Huh

"Selamat pagi, anak-anak,"

"Pagi, Bu." jawab kami serempak.

"Baik, hari ini kita akan melanjutkan materi. Buka halaman 102 di buku kalian."

"Baik, Bu."

Pelajaran pun dimulai. Aku memperhatikan penjelasan Bu Irene dengan malas. Membosankan.

***

Kring ... Kring ... Kring ...

Bel sudah berbunyi. Pelajaran Bu Irene selesai sudah.

"Baik, anak-anak. Pelajaran hari ini cukup sampai di sini dulu. Sekarang waktunya istirahat. Selamat siang."

"Selamat siang, Bu." jawab kami serempak.

Aku beranjak dari tempat dudukku. Aku lapar. Saatnya makan!

Oh iya, aku lupa. Anna tidak masuk hari ini. Lalu aku pergi ke kantin dengan siapa? Emm sekali-kali pergi sendiri tidak apa lah.

***

Sampai di kantin, mereka masih saja menatapku tajam. Dari tatapan mata mereka sepertinya mereka sangat benci padaku. Ah apa peduli mereka?! Aku tetap saja berjalan melewati mereka tanpa menghiraukannya.

Tiba-tiba....

"Aww sakit!" tanganku ditariknya keras.

Aku memegang tanganku. Ini benar-benar sakit. Wait! Dia siapa?

"Hei kau, apa masalahmu denganku?"

"Kau bertanya padaku? Seharusnya aku yang bertanya padamu! Kau siapa huh?! Beraninya kau mengambil Alex dariku!" bentaknya.

Sekarang dia menarik rambutku. God! Sakit! Tolong aku, Alex!

"Aku tak mengambilnya darimu!" aku berusaha melepas tangannya di rambutku tapi tidak bisa. Ia terlalu kuat.

"Lalu apa, huh?! Alex milikku!"

Ia mendorong tubuhku keras. Seketika aku terjatuh di lantai.
Banyak anak yang hanya melihat kami berdua bertengkar. Mereka tidak berani mendekat.

"Viona!" malaikat penolongku datang. Alex datang! Thanks God!

"Apa yang kau lakukan pada gadisku?! Tak ada yang boleh menyakitinya termasuk kau! Kau berani melawanku huh?! Kau tak pantas hidup Sheila! Aku akan membunuhmu!" Alex menatapnya tajam. Lalu Alex mencengkeram dagunya erat.

Apa?! No Alex!

"Alex! Lepaskan dia!" aku berusaha mencegahnya.

Gawat! Ini benar-benar gawat. Warna matanya berubah menjadi merah pekat.

"Tidak! Tak akan aku biarkan dia menyakitimu lagi!" Alex semakin mengeratkan cengkeramannya.

Gadis itu meringis kesakitan. Ia terlihat sangat takut.
Sebelum Alex berbuat nekat, aku segera berlari memeluknya dari belakang.

"Alex, ku mohon." kataku pelan.

Beberapa saat kemudian, Alex kembali tenang. Warna matanya kembali seperti semula. Lalu ia melepaskan cengkeramannya pada gadis itu. Ku lihat sekilas, gadis itu menangis. Aku merasa kasihan padanya.
Mereka yang melihat kejadian ini hanya melongo. Lalu dengan cepat membubarkan diri.
Alex membalikkan tubuhku.

"Vio, kau tidak apa-apa?" tanyanya cemas.

"Aku baik-baik saja, jangan terlalu menghawatirkanku." aku berusaha tersenyum di depannya. Alex memandangku. Dahinya berkerut.

"Baiklah, sebaiknya kita pergi dari sini." aku mengangguk pelan.

***

Vomments ya 😊

My Mate Is A VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang