Chapter 4

27.1K 1.7K 49
                                    

Viona

Malam ini sunyi. Bintang pun tak mau menampakkan wajahnya.
Aku masih berbaring di tempat tidurku. Waktu telah menunjukkan pukul 20.55. Entah kenapa aku sulit untuk tidur.

Aku memikirkan kata-katanya tadi. Awalnya aku memang tidak percaya dengan apa yang dikatakannya padaku. Tapi aku pikir mungkin ia sadar dengan perbuatannya padaku di waktu itu.

Aku juga ingin meminta maaf padanya. Tapi aku belum mengenalnya. Siapa namanya? Ah lebih baik aku tidur. Aku akan tanyakan hal ini pada Anna besok.

***

Brianna

Aku sempat kaget saat kakakku menceritakan kepadaku kalau ia meminta maaf atas perbuatannya kepada Vio. Aku tahu betul sifatnya. Ia selalu bersikap dingin pada siapa pun yang belum dikenalnya. Aku tahu sebabnya. Itu karena adikku yang meninggal saat perang melawan werewolf dulu.

Flashback

Waktu itu terjadi perang antara keluarga kami para vampire dengan pasukan werewolf. Mereka ingin menggulingkan tahta Dadku, Raja George dengan membunuh semua keluargaku. Namun Raja dan Ratu sedang pergi.

Ketika itu ia menyuruhku dan adikku Tania untuk bersembunyi di dalam kastil. Aku hanya menurut. Dalam posisiku seperti ini aku masih bisa melihat pertarungan itu. Ia bersama penjaga kastil terus menyerang werewolf itu.

Namun beberapa saat setelah itu, salah satu dari mereka berhasil masuk ke dalam kastil. Tak ada satu pun vampir di dalam kastil ini kecuali aku dan adikku.
Aku merasakan ketakutan yang luar biasa ketika melihat werewolf itu melangkah ke arahku. Dengan jarak yang begitu dekat aku tahu ia akan segera menemukanku.

"Aku tahu kalian di sini vampire kecil." katanya sinis.

Tiba-tiba werewolf itu menyerangku. Sebisa mungkin aku berusaha melawannya namun justru aku yang terluka.

"Ahhh... Sakit.." rasa sakit menyerang tubuhku. Aku menyuruh adikku pergi.

"Tania! Pergi dari sini!"

"Ohh jadi masih ada vampire lagi di sini? Aku pastikan kalian tak akan hidup!" tawanya menggelegar.

Aku berusaha menghalanginya dengan sisa tenagaku namun gagal. Aku terkulai lemah di lantai dengan berlumur darah.

Tak lama kemudian, kakakku datang dan langsung menyerangnya sebelum werewolf itu menerkam adikku. Tania berlari ke arahku untuk melihat kondisiku.

"Pergi Tania! Kau tidak aman di sini!" aku berteriak padanya sambil menahan sakit di sekujur tubuhku.

Aku tahu kakakku tak cukup kuat melawan werewolf itu. Akhirnya kakak tersungkur ke lantai. Werewolf itu segera menggigit adikku.

"Tidak!! Tania!" kakakku berteriak keras.

Mata kakak berubah menjadi warna merah darah. Ia seperti mendapat kekuatan besar setelah itu. Ia langsung menyerang werewolf itu tanpa ampun.

"Rasakan ini werewolf jelek!" kakak menggigitnya hingga mati.
Segera ia menghampiri Tania. Aku berusaha bangkit dan berjalan ke tempatnya. Aku bisa melihat bagaimana raut kesedihan menyelimuti wajahnya.

"Kakak.."

"Anna, kau tidak apa-apa?" tanyanya sedih.

"Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Tania?" ucapku bergetar menahan sakit. Kakak mengambil Tania ke pangkuannya.

"Tania! Wake up! Please.. Wake up Tania!"

Kakak terus mengguncang tubuh lemah Tania, namun hasilnya nihil. Aku dan kakakku hanya bisa menangis melihat kepergiannya. Aku tahu ini sulit.

Setelah peristiwa itu, kakak selalu bersikap dingin. Bahkan untuk berbicara pun hampir tak pernah. Dad dan Mom terus membujuknya setiap hari agar ia mau berbicara. Namun ia tetap pada pendiriannya. Aku tahu ia merasa bersalah karena ia tak bisa menyelamatkan Tania dari werewolf itu.

***

Vote ya :)

My Mate Is A VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang