Chapter 21

14.5K 862 13
                                    

Jumpa lagi dengan Author 😊
Ini lanjutan kemaren.
Silahkan disimak 😉

Happy Reading!

Viona POV

Suasana kantin sudah ramai. Banyak siswa yang makan atau hanya sekedar berbincang di sini. Anna di mana ya? Kenapa belum datang juga? batinku.
Tiba- tiba seorang lelaki datang menyapaku.

"Hai, Viona," sapanya.

"Eh ha-hai ..." jawabku gugup.

Ya, aku benar-benar gugup dan takut. Kalian tahu dia siapa? Dia Ferdinand, orang yang baru saja menyapaku. Tuhan! Aku ingat pesan Alex. Aku harus menghindar darinya. Tapi bagaimana caranya?

"Hei kau kenapa? Kau terlihat gelisah." tanyanya.

"Oh em ak-u tidak apa-apa." jawabku cepat.

Dinand memicingkan matanya. Ia seperti tahu kegelisahanku. Cepat-cepat aku berdiri hendak pergi darinya. Namun, dia menahan tanganku.

"Kau mau ke mana?"

"Maaf, aku harus pergi ke kelas sekarang. Tolong, lepas."

"Kenapa? Kau takut jika Alex melihatmu berdua denganku?"

Aku diam, tak bisa menjawab.

"Katakan Viona!"

"Bukan urusanmu! Lepaskan tanganku!"

"No, aku tidak akan melepaskanmu. Kau harus ikut denganku!"

"Aku tidak mau! Lepaskan aku!"

"Diam! Jangan membantah!"

Aku berteriak keras. Namun ia tetap tak mau melepasku. Alex, tolong aku! Dinand menyeretku ke sebuah tempat yang sepi. Tepat di belakang sekolah. Ku rasa tempat ini tak pernah terawat. Terlihat dari banyaknya rumput liar yang tumbuh tinggi di sini. Seketika ketakutan merayapi tubuhku.

"Kenapa kau membawaku ke sini? Lepaskan aku!"

"Aku menginginkanmu, sayang. Aku ingin kau menjadi milikku!"

Aku terpojok di dinding. Lalu ia mencekal tanganku di samping kepalaku.

"Cuih! Aku tak sudi!"

"Kau menantangku huh?! Akan ku buat kau bertekuk lutut padaku!" balasnya.

Seringainya begitu menakutkan. Dinand terus menatap bibirku. Lalu ia mendekatkan wajahnya. Wajah kami hanya berjarak lima senti saja. Ya Tuhan! Aku takut. Dia berusaha mencium bibirku. No!

"Apa yang ingin kau lakukan?! Ku mohon, lepaskan aku," ucapku memohon. Seketika tangisku pecah. Air mataku mengalir begitu saja. Tak bisa ku tahan.

"Sudahlah sayang, kau tidak usah menangis di depanku. Kau berharap pangeranmu akan datang huh? Haha, dia tidak akan menemukanmu. Lihat saja nanti, dia akan menolongmu atau tidak?" dia tertawa penuh kemenangan. Aku masih menangis. Aku benar-benar marah dan muak dengan laki-laki yang ada di depanku ini. Ingin rasanya ku tampar dia. Ku kira dia orang yang baik. Tapi dugaanku salah!

"Kau tidak perlu takut, aku hanya ingin mencium tubuhmu." ucapnya.

Sontak aku terkejut. Tangisku semakin mengeras. Apa yang harus ku lakukan? Tuhan! Ku mohon, datangkan Alex untukku.
Sesaat sebelum Dinand mendaratkan ciumannya di bibirku, ku rasakan cekalannya terlepas. Ku buka mataku perlahan. God! Alex datang menolongku.

Bukkk!

"Apa yang kau lakukan pada Viona?!" ucapnya sambil terus memukuli Dinand di depanku. Aku hanya diam tak bergeming.

"Hah, ku kira kau tak akan datang," balas Dinand. Ia tersenyum sinis pada Alex. Lalu mendaratkan sebuah pukulannya tepat di perut Alex.

"Aaaa!! Alex!" teriakku keras.

Alex jatuh tersungkur di tanah. Langsung saja aku menghampirinya, mengecek kondisinya. Ku harap Alex baik-baik saja.

"Alex, kau tidak apa-apa?" tanyaku cemas sambil merengkuh tubuhnya.

"Lepaskan aku, Viona! Aku harus membalas perbuatannya!"

"Tidak, Alex. Cukup. Aku tidak mau kau terluka." ucapku lirih.

"Lepaskan aku! Akan ku bunuh dia! Tak peduli siapapun yang berani menyentuhmu! Dia harus mati!" bentaknya.

Aku tersentak. Dia melepaskan tanganku di lengannya. Astaga! Matanya kembali merah.

"Dramatis sekali," ucap Dinand di depanku.

"Kau tidak pantas hidup! Werewolf sialan!"

Seketika Alex menyerangnya bertubi-tubi. Tapi Dinand selalu bisa menghindar. Hingga akhirnya, Dinand berubah menjadi seekor serigala. What? Apa aku tak salah lihat? Apa lagi ini?

"Haha, kau tidak bisa mengalahkanku vampire bodoh!"

Apa? Dinand tahu dari mana kalau Alex seorang vampire?

"Kau meremehkanku?! Akan ku buat kau tak bergerak lagi karena kau sudah berani menyentuh milikku!"

"Dia bukan milikmu! Kau tidak akan pernah memilikinya karena aku akan merebutnya darimu!"

Seketika Alex menggeram marah. Lalu tiba-tiba muncul lingkaran merah melingkupi tubuh Alex. Apa itu? Aku benar-benar takut jika Alex berbuat sesuatu pada Dinand. Ku lihat sejenak raut wajah Dinand berubah. Terlihat ada sedikit ketakutan di sana.
Dinand terus saja menyerang Alex. Namun usahanya selalu gagal. Entah kenapa Alex menjadi begitu kuat.

"Rasakan ini!" ucap Alex.

Alex merentangkan tangannya ke atas. Lalu dia seperti membaca sebuah mantra yang jelas saja aku tidak tahu. Tiba-tiba sebuah cahaya muncul. Sangat terang. Bahkan sangat menyilaukan mataku.

"Argghh! Ka-kau!"

Dinand mengerang kesakitan. Tubuhnya jatuh lunglai di tanah, seperti kehabisan tenaga. Bahkan tak bisa bergerak sama sekali. Apakah Dinand mati? Ataukah dia hanya pingsan? Berderet pertanyaan muncul di otakku.
Ku rasakan tubuhku juga sangat lemas. Seakan-akan energiku ikut terkuras. Aku tak tahan lagi. Tubuhku terasa sangat ringan. Seketika pandanganku menjadi gelap.

****

Nih, update lagi kan? Hihi 😊
Jangan bosen-bosen voment cerita aku ya 😁😚

My Mate Is A VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang