Chapter 25

15K 796 26
                                    

Author POV

"Tania! Wake up, please! Jangan tinggalkan aku!"

Alex terus saja mengguncang tubuh adiknya. Tak henti-hentinya ia menangis meratapi kepergian Tania. Begitu juga dengan Brianna. Dia ikut menangis meskipun tubuhnya penuh luka.

Tiba-tiba muncul seorang wanita cantik. Alex melihatnya, dia bersama pasukan werewolf yang sudah menyerang kastilnya. Ada apa sebenarnya? Mengapa Chyntia bersama mereka? Tanya Alex dalam hati. Ia membaringkan tubuh Tania di lantai.

"Jaga tubuh Tania." ucap Alex pada Brianna.

Alex segera menghampiri wanita itu. Tidak! Dia hanya ingin mendengar percakapan mereka.

"Kerja yang bagus. Satu per satu anggota keluarganya akan mati! Hahaha ..." Wanita itu tertawa lepas. Dia tidak menyadari keberadaan Alex yang sedari tadi mendengar percakapan mereka.

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya seorang werewolf.

"Aku sudah memiliki rencana. Nanti kuberi tahu. Sekarang kalian boleh pergi. Tugas kalian sudah selesai. Tunggu sampai kalian kupanggil lagi."

"Baik."

Beberapa werewolf yang selamat itupun segera meninggalkan Chyntia. Perlu kalian tahu, Chyntia adalah kekasih Alex.

Alex yang mendengar itupun murka. Ia segera mengampiri Chyntia.

"Chyntia!" bentak Alex.

"Ada apa, sayang?" ucapnya manja.

"Kau tidak pantas memanggilku dengan sebutan itu!" geramnya.

"Kenapa kau seperti itu? Ada apa denganmu?"

"Wanita sialan!"

"Apa maksudmu?"

"Kau yang membunuh adikku! Tania mati karena ulahmu!"

"Ha? Tania kenapa? Astaga! Aku harus melihatnya." ucap Chyntia pura-pura tidak tahu.

"Kau tidak perlu membohongiku! Aku sudah tahu semuanya. Wanita pembunuh! Aku tak menyangka kau menghianatiku! Kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku?!" tanya Alex lalu mencekal tangan Chyntia dengan kuat.

"Kau sudah tahu? Haha. Ya. Aku yang membunuh adikmu. Kenapa, huh? Kau tidak terima? Seharusnya kau sadar dari dulu kalau aku tak pernah mencintaimu! Haha. Aku lakukan ini padamu karena ayahmu! Ayahmu yang membunuh ayahku dulu! Satu persatu dari kalian akan mati! Hahaha ..." Chyntia dengan mudah melepaskan cekalan Alex di tangannya.

Alex benar-benar marah. Amarahnya sudah berada di titik puncak.

"Sebelum kau lakukan itu, kau akan mati di tanganku!"

"Pembunuh! Kau harus mati! Harus mati!" teriak Alex.

Akhirnya Viona terbangun karena mendengar teriakan Alex. Viona duduk di sebelah Alex yang masih tertidur dan berteriak histeris. Ia mencoba membangunkan Alex. Ia menepuk-nepuk pipi Alex dengan pelan.

"Alex, bangun. Kau kenapa? Alex! Bangun!" ucap Viona panik.

Karena tak kunjung bangun, Viona lantas mengguncang tubuh Alex, berharap Alex segera bangun.

"Alex! Bangunlah. Aku mencemaskanmu."

Akhirnya Alex tersadar dari mimpinya. Mimpi yang dianggapnya sangat buruk. Ia melihat masa lalunya dengan wanita itu. Ya, wanita pembunuh!
Keringat dingin bercucuran di tubuh Alex. Tangan Alex yang digenggam Viona pun sudah basah. Alex mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menerawang apakah ia masih di alam mimpi atau tidak.

"Alex," panggilnya.

"Hah?" tanya Alex.

Napasnya tak beraturan. Ia masih saja teringat mimpi itu. Ini pasti karena aku bertemu wanita sialan itu beberapa hari yang lalu, batin Alex.

"Kau kenapa Alex? Ada apa denganmu? Kau terus berteriak dalam tidurmu."

"A-aku mimpi buruk."

"Sebentar." Viona mengambil segelas air yang ada di nakas, lalu memberinya pada Alex.

"Minumlah."

Alex mengangguk dan segera meminumnya.

"Bisa kau ceritakan padaku tentang mimpimu?" tanya Viona serius.

"Ah itu tidak penting." ucap Alex sedikit gugup.

"Lalu, siapa yang kau sebut pembunuh itu?"

"Kau tidak perlu tahu! Itu urusanku!" bentak Alex.

"Alex, ka-u ..." ucap Viona lirih.

Alex segera tersadar, ia sudah membentak Viona. Apa yang sudah kulakukan? Argghh! Teriak Alex dalam hati.

"Maafkan aku, Viona. Aku tak bermak-"

"Aku pergi ke depan." potong Viona, lalu ia beranjak dan pergi meninggalkan Alex di kamar.

"Ah sial!" umpatnya.

***

Pagi yang buruk bagi Viona. Ia berlari ke depan rumah. Di sana terdapat taman bunga yang cukup luas. Ia duduk di salah satu kursi di tengah taman. Mencoba menenangkan hatinya yang seakan dihantam benda keras.
Sakit. Sakit yang ia rasakan. Kenapa Alex berlaku seperti itu? Apa salahnya ia bertanya? Ia hanya ingin tahu yang sebenarnya. Selama ini Alex menganggapnya apa? Alex masih saja tertutup. Viona sangat kecewa.

"Viona," panggil Alex yang sudah duduk di samping Viona.

Viona tak bisa lagi membendung air matanya. Air matanya mengalir deras. Viona mencoba menyembunyikan tangisnya dengan menangkupkan wajahnya menggunakan kedua tangannya. Namun, tangis tetaplah tangis. Ia terisak, hingga Alex sadar kalau Viona menangis.

"Viona, aku mohon. Jangan menangis. Kau tahu aku tidak bisa melihatmu menangis." ucapnya sedih, lalu berusaha merangkul Viona. Namun, ditepisnya kasar tangan Alex.

"Vio, ada apa? Aku minta maaf. Aku tak bermaksud membentakmu seperti tadi. Ak-"

"Apa? Kau anggap aku selama ini apa? Aku tahu, aku hanya wanita bodoh yang dengan mudahnya percaya kalau kau mateku. Aku bodoh!" teriaknya masih menangis.

"Vio, maafkan aku. Aku hanya belum bisa menceritakan masalah ini padamu. Kumohon, mengertilah keadaanku."

"Kau bilang aku harus mengerti keadaanmu? Lalu bagaimana denganku? Apa kau mengerti perasaanku? Kau tak pernah mau terbuka. Kau selalu menutupi masalahmu. Sedangkan aku? Kau terus memaksaku untuk selalu terbuka padamu. Kau egois! Ego-is!"

"Dengarkan aku dulu, Viona. Aku tak ingin membebani pikiranmu setelah tahu apa masalahku." ucap Alex pelan.

Ia terus berusaha memeluk Viona dan berkali-kali pula tangannya ditepis oleh Vio.

"Aku sudah cukup tahu. Aku memang tak ada artinya di hidupmu! Lebih baik aku pergi!"

"Vio, tunggu!"

Terlambat. Viona berlari sekencangnya agar terhindar dari Alex. Ia ingin pergi dan kembali ke rumahnya. Hatinya sakit. Ia terus berlari dan menangis.
Sebuah mobil melaju kencang ke arahnya.

Brukk!

Tubuh Viona terpental cukup jauh. Kepalanya membentur jalanan cukup keras. Darah pun mengalir deras dari kepala.
Mobil yang menabraknya segera pergi, tak ada niatan untuk menolong Viona.
Kini Viona terbaring di tengah jalan tak sadarkan diri. Tubuhnya sudah banyak mengeluarkan darah.
Jalanan terlihat sepi. Tak ada seorangpun yang menolongnya.

"Viona!"

***

Masih inget sama cewek yang waktu itu ketemu sama Alex di jalan? Nah, itu dia.

TBC 😊

My Mate Is A VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang