Awas! Typo bertebaran!
"Alex, apa ada yang salah dengan ucapanku?" tanyanya tanpa rasa bersalah.
Ya, kau salah! Kau salah, Viona! Kenapa kau menyebut namanya di depanku?! Tanpa rasa bersalah sedikitpun hah?! Kenapa kau menanyakan keadaannya?! Dia hampir saja melukaimu! Apa kau tak menyadarinya?! Seharusnya kau khawatirkan keadaanmu! Aku bahkan rela menunggumu berjam-jam hingga kau tersadar. Tapi apa yang kau ucapkan tadi?! Pertanyaan macam apa itu hah?!
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku pergi lalu membanting pintu dengan kasar.
Brakkk!
Tak peduli Viona melihatku dengan tatapan bingung. Segera ku ambil kunci mobil lalu melajukannya kencang. Arggh! Ku pukul setir mobil yang sedang ku pegang. Aku sangat mencintaimu Viona. Kenapa kau tak mengerti itu?!
Ciiiittttt...
Ku rem mobilku secara mendadak. Sialan! Siapa yang menghalangi mobilku di depan? Aku langsung turun dari mobil dan mendekati monbil itu, mencari tahu siapa pemiliknya.
Ku gedor-gedor kaca mobilnya. Berharap si pemilik turun dari mobilnya."Hei, kau! Cepat keluar!"
Setelah itu, ia turun dari mobilnya. Rupanya dia seorang wanita. Baru saja aku hendak memakinya, dia menyapaku dengan ramah.
"Hai, Alex." ucapnya sambil menoleh ke arahku.
Astaga! Dia! Aku sangat terkejut. Kenapa aku harus bertemu dengannya? Aku bahkan sangat-sangat membencinya! Wanita ini! Wanita yang menhancurkam hidupku! Aku terdiam cukup lama. Tak tahu harus menjawab apa.
"Kau masih mengingatku? Aku sangat merindukanmu." ucapnya tersenyum. Ia bergerak ingin memelukku, namun segera ku cegah.
"Maaf, aku tidak mengenalmu. Aku harus pergi." ucapku seraya pergi meninggalkannya yang masih berdiri di sana. Ku lajukan kembali mobilku.
Tuhan! Kenapa Kau mempertemukan aku dengan wanita sialan itu?! Masalah dengan Viona belum selesai, tapi kenapa kau menambah beban pikiranku?! Ku hela nafas kasar. Kepalaku terasa pusing. Tenggorokanku sakit. Kenapa aku mendadak 'haus'? Ah! Aku harus pulang sekarang, sebelum aku bertindak di luar dugaanku.
***
Viona POV
"Alex, apa ada yang salah dengan ucapanku?" tanyaku bingung. Alex terlihat marah.
Ku tunggu jawabannya, tapi dia justru pergi. Bahkan pintupun ditutupnya dengan kasar. Ada apa sebenarnya? Astaga! Bodoh! Aku benar-benar bodoh! Kenapa aku baru sadar sekarang? Aku menyakiti perasaan Alex. Ya Tuhan! Apa yang harus ku perbuat? Bodoh! Bodoh! Bodoh! Ku rutuki diriku sendiri. Aku harus mengejar Alex. Tapi, ah! Tidak mungkin bisa. Alex pasti sudah pergi dari rumah. Sial! Tubuhku juga sangat lemas.
Kenapa mulutku tak bisa ku kontrol? Hah? Lagi-lagi ku rutuki diriku yang bodoh ini.Aku haus. Lalu aku bangkit dari tempat tidur. Dengan susah payah akhirnya aku berhasil sampai di dapur. Sebenarnya aku bisa saja meminta pada pelayan di sini. Tapi aku bukan orang seperti itu.
Ku tuang air dalam gelas lalu ku minum perlahan. Sayup-sayup ku dengar suara mobil di depan rumah. Siapa ya? Apa Alex sudah pulang? Mungkin saja Brianna yang pulang."Pelayan!" panggilnya.
Suara laki-laki. Ya, sudah pasti itu Alex. Segera ku letakkan gelas di atas meja. Aku ingin menemui Alex.
Alex duduk dengan lesu di sofa. Apa karena aku? Belum sempat aku mendekat, seorang pelayan datang.
"I-iya Pangeran." ucapnya tergagap.
"Cepat ambilkan aku darah!"
"Baik, Pangeran."
Tak berapa lama, pelayan itu kembali dan membawa sebuah gelas berisi darah. Segera diteguknya darah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate Is A Vampire
VampireTim Author : widiyheni #1 [25/03/17] #1 [02/04/17] #1 [18/04/17]