Viona POV
Sudah berapa hari aku tidak pulang ke rumah? Tunggu, mungkin dua minggu lebih. Astaga!
"Alex," panggilku.
Alex sedang duduk santai di teras depan. Aku segera menghampirinya.
"Ada apa sayang?" tanyanya.
"Alex, sudah dua minggu aku tidak pulang ke rumah. Bolehkah aku pulang sebentar?" tanyaku takut.
"Kita sudah pernah membahas ini, Viona. Apa kurang jelas? Sudah berapa kali ku katakan padamu? Kau tidak boleh pergi!" ucapnya tegas.
"Tapi Alex, ku mohon. Sebentar saja. Tidak akan lama. Aku hanya ingin bertemu Mommy. Aku sangat rindu. Tidakkah kau tahu itu?"
"Ya, aku tahu. Itu hanya alasanmu saja kan? Kau ingin meninggalkanku. Kau tidak benar-benar mencintaiku kan? Maka dari itu kau ingin pergi dari sini. Begitu maksudmu huh?! Kau ingin lari dariku?" nada bicaranya mulai meninggi.
Emosiku meledak. Aku tak bisa menahannya.
"Asal kau tahu saja, aku sangat menyayangi keluargaku. Mommy adalah satu-satunya keluarga yang aku punya. Kenapa kau tidak mencoba mengertiku? Ini yang membuatku terkadang benci padamu! Kau sangat egois! Kau hanya mementingkan dirimu sendiri! Kau tak pernah mengertiku! Tidak pernah! Kau jahat! Aku membencimu!" bentakku cukup keras.
Alex terkejut. Ia menggeram marah. Matanya yang coklat terang kini telah berubah menjadi merah darah. God!
"Kau membenciku huh?! Kau tak berhak berkata seperti itu padaku!"
"Kenapa huh?! Bunuh saja aku kalau kau mau! Aku tidak takut!" tantangku.
Entah kenapa aku tidak merasa takut sedikit pun sekarang. Ku lihat Alex mengepalkan tangannya. Tiba-tiba Anna datang. Dia mencoba melerai kami. Mungkin dia sudah mendengar perdebatan kami sebelumnya.
"Kakak! Viona! Apa yang kalian katakan?!" ia berteriak kencang.
"Kakak! Jangan sakiti Viona! Ku mohon, ijinkan dia. Dia tidak mungkin meninggalkanmu. Kau harusnya mengerti keadaannya! Bukan malah menambah beban pikirannya! Sadar kak. Kau memang mate nya. Tapi kau tidak berhak melarang Viona untuk bertemu dengan orang tuanya. Kau terlalu egois! Dan kau tahu? Itu membuat hati Viona sangat sakit. Kau bahkan tahu bagaimana rasanya saat kehilangan orang yang berharga. Viona pun merasakannya kak!"
Alex terdiam. Aku hanya bisa menangis. Anna berjalan memelukku. Aku tak tahan hidup seperti ini! Tuhan! Cabut saja nyawaku!
"Sudahlah Anna. Percuma saja kau bicara dengan kakakmu." kataku lemah.
Aku pergi ke kamar masih menangis. Kenapa Alex begitu tega padaku? Kenapa?
***
Alex
"Kau keterlaluan kak! Kau bilang kau takkan menyakitinya! Tapi sekarang apa?! Kau menyakitinya lagi!" Anna membentakku.
Aku hanya diam. Dia benar. Aku terlalu egois. Viona pantas membenciku! Aku tak tahu lagi apa yang harus ku lakukan. Ya Tuhan! Aku memang bodoh. Ya, BODOH! Ku tinggalkan Anna yang masih berdiri di sana. Segera ku hampiri Viona. Ku buka pintu kamar dengan keras.
Brakk...
Viona menangis. God! Aku tak bisa melihatnya menangis. Ingin ku peluk dia. Ingin ku cium dia.
"Viona," ucapku lirih.
Viona masih saja menangis. Dia tak menanggapi ucapanku. Ku rengkuh tubuhnya lembut.
"Vio, maafkan aku,"
Dia tak menjawab. Tak merespon sedikit pun.
"Aku tahu kau kesal dan marah padaku. Ku mohon, maafkan aku. Aku menyesal. Kau boleh pergi." ucapku pelan.
Sontak Viona menoleh ke arahku. Ku usap air mata di pipinya. Hanya melihatnya seperti ini saja sudah membuatku sakit.
"Aku sudah memaafkanmu." jawabnya.
Ku usap rambutnya lembut, lalu ku cium puncak kepalanya. Aku tak tahan melihatnya seperti ini.
"Besok aku akan mengantarmu pulang,"
***
Cukup ya, insyaallah nanti update lagi lain waktu.
Terima kasih yang sudah vomment 😊😁 tetap setia ya hihi
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate Is A Vampire
VampireTim Author : widiyheni #1 [25/03/17] #1 [02/04/17] #1 [18/04/17]