Srek
Tiiin
"Kau ini gila atau apa? Kalau jalan lihat-lihat bodoh! Kau membuat ku khawatir, pergi tidak bilang-bilang lagi." Gaara memeluknya erat. Mereka berdua sama-sama kaget. "Kau hampir masuk rumah sakit Sakura." Gaara melepas pelukannya, lelaki ini masih berusaha menetralkan detak jantungnya, matanya berkeliaran mencari bagian tubuh Sakura yang luka.
"Maaf."
Gaara menghela napasnya lelah. Ya, lelah, pemuda berambut merah gelap ini mencari Sakura 2 jam lebih di jalanan Tokyo yang padat. Tubuhnya dibungkukkan sedikit, kepalanya sejajar dengan Sakura, matanya menatap langsung mata Sakura yang setengah kosong. "Kau mau aku antar ke rumah sakit?"
"Aku baik-baik saja."
Ibu jari Gaara mengelus pipi kanan Sakura. "Kita pulang ya." Sakura mengangguk. Gaara maklum, Sakura diam pasti masih kaget.
Gadis itu masuk ke mobil, kepalanya disandarkan di kaca jendela yang berembun karena hujan satu jam lalu. "Haaah." Pelaku utama yang membuatnya malas bicara dan murung hanya satu.
Uchiha Sasuke.
Lelaki itu tidak tahu bagaimana perasaan sakitnya hari ini dan hari-hari sebelumnya. Uchiha Sasuke, satu-satunya pria yang dicintainya. Sakura harusnya tahu resiko mencintai seorang Uchiha Sasuke yang jelas-jelas menolak kehadirannya. Sakura hapal betul bagaimana Sasuke mengacuhkannya, menyakitinya.
Pria itu selalu menatapnya penuh dendam tiap kali mereka bertemu.
Mobil kesayangan Sasuke yang ia hancurkan sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan hatinya. Sakura tidak pernah meng-compare keduanya. Ia hanya ingin kali ini Sasuke tahu jejaknya. Tahu bagaimana rasanya sesuatu yang dijaga dihancurkan begitu saja. Di depan matanya.
oooo
Para pelayan yang berada di luar membungkuk semua saat Gaara dan Sakura masuk.
"Rossa."
Sakura selalu semangat bertemu wanita ini. Wanita yang sudah menjadi kepercayaan keluarganya ini sedang membawa scone satu piring penuh. "I miss you."
"Oh, I miss you too senorita." Keduanya tersenyum, wanita ini tidak terlalu bisa bahasa Jepang meski sudah dari sebelum Sakura lahir Rossa ikut dengan nenek Sakura untuk tinggal di Jepang. Rossa tidak punya anak, dia pernah punya suami, lalu bercerai dan hidup sendiri sampai sekarang. Semua cucu Akasuna Arishu dekat dengannya, menyukai masakannya, terutama Sakura.
"Aku langsung pulang ya." Sakura mengalihkan perhatiannya ke belakang. Oh, ya ia lupa, masih ada Gaara.
"Mau kencan ya?"
"Tidak—" Gaara tidak terlalu menghiraukan Sakura. "—ransel mu aku simpan si sofa."
"Awas hati-hati, kencannya dengan perempuan betulan ya."
Gaara tiba-tiba berhenti dan batuk, tersedak air liurnya sendiri. Bukannya menolong, Sakura malah tertawa melihat reaksi Gaara. "Kaget ya aku tahu?"
Pasti Sasori, Batin Gaara.
Satu bulan yang lalu Sakura berdecak kagum saat kakaknya menunjukkan foto perempuan cantik yang 'katanya' kemarin diajak kencan oleh Gaara. Ia akui bahkan perempuan ini lebih cantik dari dirinya.
"Tapi ini bukan perempuan." Bisik Sasori.
"Hah?" Sakura memandang kakaknya tidak mengerti, Sasori memandang wajahnya dengan raut serius. "Huahaha.." Dan akhirnya tawa Sakura pecah saat mengerti apa yang dimaksud kakaknya.
Gaara kesal setengah mati, tiba-tiba menyesal menolong Sasori menggantikannya hari ini. Di belakangnya Sakura masih tertawa, "kakak-adik sama saja." Gumamnya kesal. "Aku pulang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Brave
FanfictionAkasuna Sakura tahu dirinya tak sepenuhnya sempurna. Bisa memiliki semuanya tidak berarti bisa memiliki Sasuke juga. Benarkah? Kita lihat siapa yang akan tertawa pada akhirnya... kau hancurkan hati ku, aku hancurkan mobilmu. "Kau tahu lagu ini sayan...