Tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan kalut Sasuke saat ini.
Sakura tidak ada di rumah sakit..
Tiba-tiba ia benci suara Temari, sangat benci. Suara itu, kalimat itu, terus menerus terngiang-ngiang di benaknya. Berputar-putar tanpa ujung. Menutup otaknya untuk berpikir kemana kemungkinan Sakura pergi.
Lebih daripada itu, Sasuke lebih benci pada diriny sendiri. Kalau dia mau sabar sedikit lagi saja, kalau dia menulikan telinganya dari perkataan Sakura sebentar lagi saja, mungkin tidak akan begini jadinya.
Jantung Sasuke berdetak begitu cepat, keningnya berkeringat panik. Sejujurnya, lelaki itu sedikit punya rasa trauma, ini seperti de javu.
Dulu saat Sakura pergi, hubungan mereka berakhir berantakan. Terakhir kali saat Sakura pergi, Sasuke menemukannya dalam keadaan yang sama sekali tidak ingin dia ingat.
Dan sekarang Sakura pergi lagi.
'Dug..Dug..' lelaki itu meninju kencang stir mobil dengan kedua tangannya. Sudah 2 lampu lalu lintas dilabasnya begitu saja. Sasori sudah lebih dulu memacu kencang mobilnya setelah tahu kabar ini dari Temari. Tidak ada waktu untuk menyalahkan terlalu cepatnya Sasuke pergi atau terlalu lambatnya Temari datang atau menyalahkan 2 orang teman Sakura yang tidak tahu Sakura pergi dari kamarnya. Semuanya terlalu cepat, terlalu menuntut mereka untuk terburu-buru.
"Aku mohon tunggu aku, jangan lagi Sakura, jangan lagi." Bisik Sasuke parau.
Mengingat keadaan Sakura saat ini membuat Sasuke semakin panik.oooo
Sasori tidak tahu apa yang ada dipikiran adiknya, ia tidak tahu apa yang membuat Sakura pergi begitu saja tanpa membuat semua orang menyadarinya. Kali ini Sasori yakin bahwa ia benar-benar baru kenal Sakura. Ini seperti bukan berurusan dengan Sakura yang apa-apa minta bantuannya. Ia tidak suka Sakura yang begini, ia tidak suka Sakura yang "mandiri" ini, benar-benar mengutuk kelakuannya.
"Kalau ketemu akan aku jadikan sarden." Gumamnya asal.
oooo
Tidak sulit untuk lari dari penjagaan Sai dan Ino. Sakura tahu sejak tadi pagi dirinya diawasi, bahkan saat tidur ia tidak bisa benar-benar istirahat karena harus mengatur diri agar Sai tidak masuk mengatur mimpinya.
Dalam keadaan yang belum bisa dikatakan baik dan pikiran bercabang kemana-mana tentang Sasuke, tentang bahayanya kondisi Sasuke saat ini, Sakura memaksakan diri untuk beranjak dari tempat tidurnya. Ia hampir jatuh saat pertama kali berdiri disamping ranjang. Saat itu adalah saat pertama kalinya ia berdiri lagi sendiri—tanpa bantuan siapa pun.
Beberapa menit setelah Sasuke pergi, Sakura juga ikut pergi. Sakura tidak berniat kabur sama sekali, ia bahkan berharap menemukan Sai dan Ino sehingga mereka bisa membantunya menahan Sasuke pergi kemana pun itu, atau bahkan menemukan Sasuke masih ada di depan kamarnya. Tapi yang diharapkannya sama sekali tidak terjadi.
Beberapa pasang mata memandangnya aneh saat melihat Sakura dalam keadaan berantakan berpakaian pasien rumah sakit kebingungan di loby apartemen Sasuke.
Tapi Sasuke tidak ada disana, pria itu tidak ada di kamarnya, tidak ada di dapur, tidak ada di kamar mandi, tidak ada di dalam lemari pakaian seperti yang dilakukan Sasuke dulu pada saat Sakura mengajaknya sarapan di Fountain.
"Kemana? Aku harus kemana..." Sakura memejamkan matanya saat merasa kepalanya mulai berdenyut, ia duduk di sisi tempat tidur Sasuke yang terlihat rapi. Kamar ini tidak seberantakan saat dia datang beberapa minggu lalu. Mungkin karena penghuninya tidak tidur disini beberapa waktu terakhir seperti yang Ino katakan.
"Sakura, kau bodoh." Orang yang bersandiwara mana mungkin ada yang seniat itu.
Laki-laki macam apa yang rela mempertaruhkan nyawanya untukmu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Brave
FanfictionAkasuna Sakura tahu dirinya tak sepenuhnya sempurna. Bisa memiliki semuanya tidak berarti bisa memiliki Sasuke juga. Benarkah? Kita lihat siapa yang akan tertawa pada akhirnya... kau hancurkan hati ku, aku hancurkan mobilmu. "Kau tahu lagu ini sayan...