Sakura bangun dengan tampang kuyu. Rasanya panas sekali padahal ia yakin sebelum tidur AC-nya sudah nyala. Tangan kanannya tertahan sesuatu yang berat saat Sakura mencoba mengangkatnya, ia ingin minum.
Ia lalu tersenyum melihat siapa yang tertidur di pinggir ranjangnya.
"Sasori-nii."
Kapan kakaknya ini pulang? Padahal Sasori kemarin bilang mungkin akan pulang lusa, tapi pagi ini dia tertidur di pinggir ranjang Sakura dengan posisi duduk.
Sepelan mungkin Sakura bergerak, ia berusaha tidak mengganggu tidur kakaknya tapi gagal. Sasori sudah langsung duduk tegak saat merasakan gerakan-gerakan kecil. Telinganya boleh tuli saat tidur, tapi kalau disentuh dengan ujung jari saja, dia pasti bangun. Beda dengan Sakura yang dengan cara apapun akan sulit dibangunkan jika sudah tidur dalam keadaan kelelahan.
"Butuh sesuatu? Ada apa? Mau muntah?"
Sakura melamun memandang kakaknya. Dia cuma mau bangun dan minum kok.
"Jangan berlebihan." Sakura kemudian menyambar segelas air mineral di atas slide table, ia agak terkejut saat suaranya tadi yang keluar sangat serak hampir hilang.
Puk.
Sasori menjatuhkan kepalanya lagi di atas tempat tidur Sakura dan menutup matanya.
"Kalau mau tidur lanjutkan di kamarmu nii-chan, nanti lehermu sakit."
"Kalau pindah aku tidak ngantuk lagi." Gumamnya lesu.
Senyum Sakura mengembang saat melihat pesan di handphonenya. Dari kakaknya, dan baru ia buka.
From: Sasori-nii
Hello lil pumpkin, Rossa bilang kau sakit?
Aku segera pulang setelah meeting.
Kemudian layar ponselnya menggelap.
"Maaf membuatmu repot lagi."
Sasori langsung duduk tegak lagi saat Sakura bicara begitu. Rasa ngantuknya tiba-tiba hilang. Ia memang buru-buru kembali ke rumah meng-cut beberapa meeting penting untuk melihat keadaan Sakura—yang Rossa bilang—kemarin naik turun. Tapi untuk merasa direpotkan? Tidak sama sekali.
"Kau sama sekali tidak membuatku repot. Berhenti bicara seolah kau bukan adikku."
Sakura tersenyum canggung. Akhir-akhir ini Sasori seperti sensitif dengan kata 'repot', mungkin karena kejadian di kolam renang. Padahal sebelum-sebelumnya Sakura sering dicibir 'merepotkan'—meskipun Sasori terus membantunya.
"Nii-chan masih ngantuk?"
Sasori terlihat mengutak-atik handphonenya dengan cuek, dia tampak berpikir keras—,"Tidak."—dan menjawab pertanyaan Sakura asal-asalan.
"Kau sedang apa sih?"
Sakura merengut tidak diperhatikan saat bicara. Sasori memandang ponselnya dan Sakura bolak-balik. Mungkin Sakura bisa membantunya kali ini.
"Sakura, kau tahu siapa yang aku ajak jalan ke Japanese Garden kemarin?"
"Perempuan kan?" Sakura merasa konyol dengan pertanyaannya. "Tentu bodoh, mana mungkin aku jalan dengan laki-laki."
Sakura mengerutkan dahinya serius, Sasori juga melakukan hal yang sama.
"Mungkin Trina." Gumam Sasori.
"Atau Vida, nii-chan."
"Tidak, Aletha?"
"Bukan. Pasti Mia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Brave
Fiksi PenggemarAkasuna Sakura tahu dirinya tak sepenuhnya sempurna. Bisa memiliki semuanya tidak berarti bisa memiliki Sasuke juga. Benarkah? Kita lihat siapa yang akan tertawa pada akhirnya... kau hancurkan hati ku, aku hancurkan mobilmu. "Kau tahu lagu ini sayan...