"Lihat, siapa yang paling egois disini." Sasuke berkata lirih. Pandangan matanya yang tajam kali ini benar-benar tumpul. "Aku mulai lelah Sakura." Wajahnya tertunduk di balik tangan kiri Sakura yang daritadi ia genggam.
Hanya ada deru napasnya dan deru napas berat Sakura yang mendominasi di ruangan itu. Sasuke bangkit dari tempatnya. Wajah yang biasanya bersemu merah saat Sasuke memandangnya sekarang tidak berwarna, benar-benar pucat.
Ia sadar, sebanyak apapun dirinya bicara, Sakura tidak akan menjawab. Gadis itu sedang tidur.
Sakura koma.
'Bagaimana jika kita tukar tempat? Apa kau mau menungguku?'
Sasuke mengecup dahi Sakura lama. Hal yang setahu Sasuke tahu—dulu— Sakura menyukainya. Semua perasaannya keluar, rasa sesaknya selama ini membuncah begitu saja, hatinya hancur berkeping-keping. Lebih hancur daripada malam itu—saat Sakura memutuskan mundur. Mata itu, Sasuke takut tidak bisa melihatnya lagi. Ia tidak tahu sejak kapan, tapi Sasuke sama sekali tidak terkejut saat air matanya tumpah.
'Lain kali kau yang akan bicara banyak dan aku diam.'
"Kau melakukannya Sakura—" matanya bergerak gelisah menelusuri wajah Sakura lalu tersenyum kecut, "—kau membalasku."
.
.
Sasori tidak tahu Sakura pergi kemana jika Boy tidak terus-terusan menggonggong ke arahnya. Sakura meninggalkan jejaknya disana, jadi Sasori bisa melacaknya dengan GPS. Adiknya menempelkan cip kecil di kalung Boy. Ia dan orang-orang nya lalu menuju ke tempat Sakura yang terus berpindah tempat. GPS nya terus bergerak dan makin jauh dari rumah—dari kota. Pria itu panik saat tiba-tiba jejak Sakura menghilang. Kalau Sakura menuntunnya, tidak mungkin adiknya sengaja menghilangkannya.
Handphonenya tiba-tiba berdering. Ia tidak bisa berpikir lagi saat salah satu orangnya bilang ada ledakan besar 20 meter di depannya, tepat di tikungan depan. Matanya juga bisa menangkap asap hitam pekat mengepul ke atas.
"Sakura, kau dimana?" Gumamnya panik. Adiknya ini sebenarnya mau kemana?
Sasori sempat terkejut saat tiba-tiba mobil Sasuke menyalip mobilnya.
Anak buahnya sudah lebih dulu tiba di barisan depan dan turun. Tanpa menunggu dikomandoi, Kakashi memimpin dua anak buahnya masuk ke dalam hutan.
Mobil mereka sama-sama berhenti beberapa meter di depan satu mobil yang sudah hancur. Sasuke keluar lebih dulu daripada Sasori. Pria itu langsung lari menuju hutan setelah diam beberapa saat di depan mobil yang bentuknya sudah bukan seperti mobil—seperti mencari sesuatu, atau seseorang.
Tubuh Sasori kaku melihat mobil yang sudah hancur di depannya. Ada dua mobil hitam yang terparkir di belakangnya—kondisinya baik-baik saja. Pria itu kemudian turun. Matanya menelisik dua mobil di depannya. Dua-duanya kosong. Ia lalu melangkah menuju mobil yang sudah hancur.
Perasaannya tiba-tiba tidak enak. Ada banyak darah tercecer di jalan—menuju arah hutan. Ia terpaku di tempat saat menyadari sesuatu. "Tidak." Gumamnya.
Ini mobil Sakura.
Hancur di depan matanya.
Setelah fokusnya kembali, pria itu lalu menyusul Sasuke masuk ke dalam hutan. Seorang pria lari berlawanan arah dengannya. Sasori tidak memperhatikan, sulit mengumpulkan fokusnya yang sempat tercecer. Yang dipikirkannya hanya keadaan Sakura.
Pria itu mempercepat larinya saat mendengar suara desingan peluru—lagi.
"Nona."

KAMU SEDANG MEMBACA
Brave
FanfictionAkasuna Sakura tahu dirinya tak sepenuhnya sempurna. Bisa memiliki semuanya tidak berarti bisa memiliki Sasuke juga. Benarkah? Kita lihat siapa yang akan tertawa pada akhirnya... kau hancurkan hati ku, aku hancurkan mobilmu. "Kau tahu lagu ini sayan...