Perfect life?

5.1K 447 116
                                    

Sakura memasukkan lipatan terakhir baju Sasuke ke dalam koper.

"Aku kan baru akan berangkat lusa, kenapa dibereskan sekarang?"

Sakura menoleh kearah suaminya yang baru keluar dari kamar mandi. Sasuke keluar tanpa menutup bagian atas tubuhnya dengan titik-titik air jatuh dari ujung rambutnya yang basah. "Huh?" Sakura kembali fokus menekan koper Sasuke lalu menutupnya. Cuma Sakura yang wajahnya tidak bersemu merah melihat dirinya berpenampilan seperti sekarang.

"Haaaah, akhirnya." Perempuan itu mengelus perutnya sambil duduk diatas koper. Kepalanya menoleh keatas ketika Sasuke sudah sampai di depannya, sudah pakai baju. Pria itu lalu duduk di lantai, posisi ini membuat Sakura lebih tinggi darinya. "Kau mau mengusirku dari rumah ya?" Sesekali pria itu mengecup tangan Sakura.

"Bisa tidak kalau kau perginya cuma sehari?" Lusa, Sasuke dan kakaknya—Sasori—akan pergi ke Las Vegas selama dua hari, mendadak ada urusan bisnis di sana. Dia sempat bertanya kenapa harus ke Vegas padahal headquarter mereka ada di Frisco, Sasuke bilang ini permintaan investor. Memang benar sih, investor segalanya. Tapi kalau begini, 2 hari ke depan dia akan tidur sendirian. Sasuke menghela napasnya dan memandang Sakura yang sekarang merangkul lehernya penuh pengertian. Ini adalah keempat kalinya dia mendapatkan pertanyaan yang sama.

"Tidak bisa, sayang." Dan jawabannya selalu sama.

Sakura masih belum bisa terbiasa jauh dari Sasuke semenjak kejadian dramatis beberapa bulan lalu. Meski dirinya tidak pernah seintens Sasuke, menanyakan hal remeh sesering-seringnya, tapi dia tetap khawatir. "Memangnya tidak bisa diwakilkan satu orang saja?" Sasuke menggeleng lalu mengecup ringan bibirnya. "Kalau bisa aku memilih tidak pergi." Jawabnya.

"Sekarang jawab pertanyaan ku tadi, kenapa pakaian ku dibereskan sekarang?"

"Aku sedang tidak ada kerjaan." Sakura mengalihkan pandangannya dari Sasuke dengan wajah merona, membuat pria itu mengernyit bingung. "Memangnya kau besok sibuk?" Tanya Sasuke lagi, Sakura masih belum mau menoleh ke arahnya.

"Besok aku mau dengan mu seharian." Wajahnya makin merah saat mengucapkan itu terang-terangan. Sakura kemudian menoleh ke arah Sasuke pelan-pelan, suaminya itu menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasa hampir-hampir membuat Sakura kesal karena merasa tidak adil. Masa cuma dia yang malu-malu sih?

Tapi sedetik kemudian Sakura dibuat bingung. Sasuke tiba-tiba menyembunyikan wajahnya di perut Sakura. "Aku benar-benar malu." Ucap Sasuke, harunya yang bicara begitu dirinya, bukan Sakura. Perempuan di depannya malah terkekeh geli sambil sesekali meremas rambutnya yang masih setengah basah.

Dug

"Eh?" Pekik Sakura. Sasuke buru-buru mendongak. Keduanya saling tatap tidak percaya.

Dug Dug

Sasuke bisa merasakan dengan jelas tendangan dari dalam perut Sakura. Sakura bilang, anak mereka memang sudah mulai bergerak kecil sejak dua minggu lalu, tapi setiap kali Sasuke menempelkan tangannya, mereka diam.

"Kau bisa merasakannya?" Tanya Sakura sumringah. Sakura kali ini bisa merasakan dengan jelas pergerakan mereka.

"Mereka bergerak." Sasuke meraba-raba perut Sakura lembut, kepalanya ditempelkan lagi di sana.

"Handphone! Mana handphone ku?" Seru Sakura sibuk. Ini pertama kalinya anak-anaknya bergerak sejelas ini, harus diabadikan!

"Hahaha mereka bergerak." Sasuke senang bukan main, dia tidak percaya ini. Ada kehidupan di dalam sana, dan mereka adalah anak-anaknya. Kepalanya mendongak lagi menatap langsung wajah Sakura yang sama antusiasnya dengan dirinya. Jika momen indah ini punya harga, Sasuke akan bayar dengan harga yang paling mahal.

BraveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang