Present?

10K 695 42
                                    

"Ugh.. Sakura~"

Sasuke tidak akan percaya hal di luar nalar macam ini jika tidak punya teman bernama Sai.

"Ini.." Bisiknya.

Kepalanya refleks menoleh ke belakang saat merasakan tepukan di bahunya. "Kau kelelahan, terlalu mencemaskannya."

Si petunjuk arah.

Sai memijit dahinya sambil sesekali meringis.

"Kenapa baru sekarang?" Desis Sasuke.

Sai memandang tak terima, kepalanya sudah capek-capek dikuras malam ini!

"Mana ku tahu kau dan Sakura punya hubungan seperti itu sejak dulu. Kau tidak pernah cerita padaku atau Naruto. Sakura juga bukan orang yang mudah terbuka, asal kau tahu!"

Bukan hal sulit untuknya masuk ke mimpi orang dan cari tahu apapun yang ia inginkan lewat 'wilayah kekuasaan'-nya. Tapi mimpi Sakura, tidaklah mudah. Perempuan itu bahkan menolak mentah-mentah Sai yang mau menerobos masuk ke dalam mimpinya. Mungkin sekarang Sakura sudah lelah makanya ia bisa dengan mudah masuk.

Sasuke diam.

Sai benar.

"Terimakasih." Ucapnya kemudian.

Kalau tidak begini, ia tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya. Bagaimana keadaan Sakura dulu, bagaimana perasaan perempuan itu, apa yang terjadi padanya.

"Kau hutang sarapan padaku." Dan dengan tepukan terakhir, Sai menghilang.

Aspal yang dipijaknya jadi sesuatu yang menarik dipandangi Sasuke saat ini. Setelah semua yang terjadi, apa masih bisa ia menyalahkan Sakura?

Tangannya yang terkepal kuat tiba-tiba melemah saat tangan lain menggenggamnya. Sasuke terpana beberapa detik, gila, ini mimpi terburuk dan terbaiknya.

Sakura tersenyum manis di sebelahnya.

Mimik mukanya berubah jadi gemas sambil mencubit punggung tangan Sasuke sampai lecet dan berdarah. Perih, tapi Sasuke merasa ini lebih baik daripada melihat Sakura yang hanya diam.

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir." Dada pria itu bergemuruh saat Sakura mengecup singkat bibirnya—. "Selamat ulang tahun."—lalu pergi secepat dan sedingin angin.

Genggaman lemah tangan Sakura membawanya kembali pada kenyataan. Sasuke mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya tersadar bahwa dirinya sudah kembali berada di kamar Sakura.

Ia sudah bangun.

Pemuda itu tersenyum tipis melihat luka kecil di tangannya. Luka kecil yang membuatnya yakin bahwa yang tadi bukan hanya sekedar bunga tidur. Yang tadi adalah kenyataan. Ia benar-benar bertemu Sakura.

Senyumnya tiba-tiba berubah jadi sendu.

"Ini ulang tahun terburuk."

Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa Sakura masih belum bangun dari tidurnya.

oooo

Naruto menggeram rendah melihat Shion yang masih bertahan di depan rumah Ruiz sejak dirinya datang dan sekarang sudah mau pergi lagi.

"Pergilah."

"Aku mohon."

Pria itu kesini cuma mau mengambil beberapa barang Sakura yang Ino minta bawakan.

"Tidak."

Shion mendongakkan kepalanya. Matanya sudah merah menahan tangis. Dia sudah berada di luar dua jam lebih, dan sangat kedinginan.

BraveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang