Akira tidur di pangkuan Sakura, mereka akhirnya pulang jam 8 malam setelah mengganti pakaian Akira dengan yang baru dan mengisi perut. Anak itu tampak nyenyak, mungkin karena kelelahan, untungnya besok hari minggu jadi ia bisa tidur sampai siang. Sebenarnya mata Sakura juga sudah tidak tahan untuk tidak tidur, ia juga lelah hari ini, ditambah Sasuke tidak mengajaknya bicara di mobil seperti biasa. Tapi ada yang berbeda dari lelaki ini, ia menyempatkan diri melirik dua orang disebelahnya sesekali lewat kaca spion."Terimakasih sudah mengantar kami." Ucap Sakura saat mereka tiba di rumah Ruiz, beberapa pelayan di luar sudah siap menyambut kedatangannya. Dari dalam, Konan terlihat berjalan ke luar.
Sasuke sama sekali tidak menjawab, lelaki itu sudah keluar dari mobil saat Sakura melepas sit beltnya. "Sini." Sakura menatapnya bingung, mau apa lelaki ini? "Biar aku yang menggendongnya." Lelaki itu menarik Akira dari pelukan Sakura sepelan mungkin dan menggendongnya. Saat berbalik, Konan sudah berdiri beberapa meter di belakangnya.
"Oh astaga, maaf merepotkan kalian." Sakura tersenyum canggung, duh padahal dirinya dan Sasuke yang membawa Akira selarut ini sampai kelelahan, tapi malah kakak iparnya yang minta maaf. "Tidak sama sekali Konan-nee."
"Biar aku saja." Ucap Sasuke saat Konan merentangkan tangannya siap untuk menggendong Akira. "Tunjukkan saja dimana kamarnya." Sasuke tersenyum tipis saat Akira—dalam tidurnya— memeluk lehernya. Seorang pelayan mengkomando dirinya untuk duluan masuk ke dalam menuju kamar Akira, sementara Konan dan Sakura masih berdiri di luar, tepat saat lelaki itu masuk mobil Sasori pun masuk.
"Maaf membawanya sampai larut Konan-nee."
"Tidak apa-apa, lagi pula Akira jarang bertemu denganmu. Sepertinya kalian juga bersenang-senang." Ujar Konan, tangannya dilipat di depan dada, ia tersenyum geli melihat Sakura agak salah tingkah.
"Aku masuk duluan." Konan dan Ruiz masuk duluan saat pria itu dan Sasori tiba di tempat mereka berdiri. Tumben kakaknya tidak pulang tengah malam?
"Tadi Sasuke?" Sakura hanya mengangguk menjawab pertanyaan Sasori, lelaki itu berjalan di sebelahnya sambil membalas pesan di ponselnya. "Sudah siap jadi ayah ya." Sasori bicara asal-asalan, pria itu menghentikan langkahnya saat adiknya tiba-tiba berhenti. Sasori memandang adiknya horror, "Sakura, AAA..." Sakura menarik rambut Sasori kuat-kuat hingga ada beberapa yang rontok ditangannya, lalu pergi begitu saja meninggalkan kakaknya yang masih meringis.
"Aku salah apaaa?"
Serius, kulit kepalanya perih!
oooo
Sasuke menghela napasnya sebelum masuk ke dalam apartermennya.
Klek.
Greb.
"Sudah selesai bersenang-senangnya?" Tidak biasanya, sebisa mungkin lelaki itu melepaskan tangan yang memeluknya dari belakang pelan-pelan, ia berusaha tidak membuat perempuan di belakangnya salah paham, masih ada sisa rasa pusing di kepalanya saat ini, "Sasu—"
"Jangan sekarang Shion, aku lelah." Shion melipat kedua tangannya di depan dada, "Kau bisa lelah untuknya, tapi untukku tidak?" Shion duduk di samping ranjang, Sasuke tidak menanggapi ucapannya, lelak itu menutup mata dengan lengan kanannya. Sasuke menghela napasnya seklai lagi, "Aku pusing." Air muka Shion tiba-tiba berubah, ia geser posisi duduknya lebih dekat dengan Sasuke, "Dibagian mana?" Kepala Sasuke kini sudah berada di atas pahanya, tangan Shion cekatan memijat dahinya.
"Aku merasa mengingat sesuatu."
Refleks, Shion menghentikan gerakannya, "Apa itu?"
"Tidak tahu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Brave
FanfictionAkasuna Sakura tahu dirinya tak sepenuhnya sempurna. Bisa memiliki semuanya tidak berarti bisa memiliki Sasuke juga. Benarkah? Kita lihat siapa yang akan tertawa pada akhirnya... kau hancurkan hati ku, aku hancurkan mobilmu. "Kau tahu lagu ini sayan...