New Life

4.4K 441 49
                                    

"Hihi.."

Sasuke meneguk air mineralnya sambil melirik Sakura dari sela-sela botol.

"Kau memandanginya terus." Sakura meliriknya sekilas lalu kembali memperhatikan foto dalam genggamannya, tampak berseri-seri sekali di mata Sasuke, Boy yang tadi diajaknya jogging sore duduk anteng di kaki istrinya.

Ah, istri.

Sasuke masih canggung dengan istilah itu. Tapi hatinya juga selalu berdesir tiap kali ingat bahwa sejak empat bulan lalu Sakura bukan lagi tunangannya. Rasanya bangga bisa menjadikan perempuan "liar" nan "bar-bar" ini istrinya, seakan-akan dia adalah satu-satunya lelaki yang mampu menaklukan Sakura—bahkan Sasori yang hidup dengan perempuan ini sejak kecil pun mungkin tidak akan sanggup.

Mereka tinggal di apartement Sasuke di kawasan Nob Hill setelah menikah, tidak jauh dari Pacific Heights—kawasan rumah Akasuna Ruiz di Frisco. Setiap bulan Sakura check up di Kaiser Permanente Hospital, dipilih Sasuke karena jaraknya dekat dengan Nob Hill juga Pacific Heights—jaga-jaga kalau ada kondisi urgent maka mereka bisa berangkat dari apartemen atau rumah Akasuna dan sampai di rumah sakit tanpa menunggu lama.

Memulai hidup baru hanya berdua dengan Sakura memperkenalkannya pada "kacamata" baru.

Tidak mudah, proses adaptasi itu masih berlangsung sampai sekarang. Dan Sasuke tidak percaya bahwa ini sudah empat bulan, hampir memasuki bulan ke-lima. Hidupnya sekarang tidak se-praktis dulu, Sakura selalu masak makanan segar untuknya—siapa yang menyangka kan Sakura bisa memasak?, apartemennya yang dulu dingin dan kelabu sekarang berubah jadi hangat dan hijau—hijau karena Sakura membawa tanaman masuk untuk ditaruh di dekat jendela, dan di dalam kulkas ada berbagai macam merk susu ibu hamil—eksperimen Sakura di awal kehamilan ketika mencari susu mana yang cocok.

Kehamilan Sakura termasuk yang kooperatif, Sakura memang menjalani pagi hari dengan morning sickness tapi selalu terjadi, menurut Sasuke ngidamnya juga tidak menyusahkan.

"Tidak menyusahkan, tapi repot-repot mendatangkan Jiro Ono dari Jepang hanya untuk bikin sushi, cuma satu porsi pula." Gumam Naruto saat Sasuke bilang ngidamnya Sakura yang satu itu memacu adrenalin. Naruto yang status kewarganegaraannya masih single hanya bisa geleng-geleng kepala sambil berpikir bahwa sahabatnya benar-benar sudah gila.

Sasuke termasuk golongan pria yang super protective sampai Sakura kadang sebal karenanya. Pertanyaan "Dimana?" "Sedang apa?" "Apa kabar?" adalah tiga pertanyaan dasar dari Sasuke yang selalu hadir di pesan textnya ketika pria itu bekerja, "Apa kabar?" saudara-saudara. Pria itu selalu memakan lebih dulu apa yang mau Sakura makan untuk memastikan makanannya aman, pernah satu kali Sasuke melakukannya pada masakan Sakura yang berakhir dengan Sakura yang marah setengah mati, "Kau pikir aku mau meracuni diri sendiri?". Sasuke menyediakan satu ruang rekreasi untuk Sakura di apartemen yang diperuntukkan untuk me time, laki-laki itu akan menggeser single sofa dan menunggu tepat di depan pintu sampai acara me time Sakura selesai. Jugo selalu ada dengan jarak enam kaki di belakang Sakura ketika keluar rumah tanpa Sasuke. Dan yang paling pamungkas, setiap malam Sakura jadi gulingnya.

"Kau senang?" Sasuke merunduk di belakang Sakura, matanya ikut menatap foto USG yang daritadi dielu-elukan istrinya.

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja." Sakura menyikut perut Sasuke pelan. Pria itu terkekeh, diciumnya puncak kepala Sakura lama-lama, tangannya mengusap-usap perut Sakura yang sudah mulai terlihat membesar.

"Kau bau keringat Sasuke-kun."

"Kau suka bau keringatku."

"Aku lebih suka bau keringat Akira." Sasuke lalu melirik anak kecil yang tertidur pulas di pangkuan Sakura, mulutnya masih belepotan cokelat.

BraveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang