"Jadi kau sudah jawab 'ya'?" Ino menyerahkan potongan apel pada Sakura dan kembali memotong sisanya.
"Kau jawab 'tidak'?" Ino mengernyit heran saat Sakura menggeleng. "Bukan, aku belum menjawab." Matanya memandang jauh kedepan sambil mengunyah apel. "Kenapa? Kau ragu atau kau tidak mau?" Ino tidak tahu apa yang Sakura pikirkan saat ini. Setelah semua yang dilakukan Sasuke dan kedekatan mereka kembali, ia kira Sakura akan mudah menjawab 'ya'. Semua orang tahu bahwa Sakura juga mencintai Sasuke.
"Mungkin aku ragu." Jawabnya singkat, Sakura gigit potongan apel terakhir di tangannya. "Baiklah, apa yang membuatmu ragu?" Ino menumpukan tangannya di meja, memposisikan diri untuk siap mendengarkan cerita Sakura. Sudah lama mereka tidak saling bercerita.
"Selama ini aku selalu memaksanya. Sasuke tidak pernah boleh mengambil keputusan tanpa persetujuanku, sementara aku berhak melakukan apapun tanpa persetujuannya. Dia menurut saat aku bilang tidak ada yang boleh tahu hubungan kita dulu, bahkan Naruto—" Sakura menggeleng sambil tertawa miris,"—aku tetap pergi saat dia bilang jangan, aku membuat nenek menjodohkanku dengan Uchiha agar aku tetap dengannya—aku tidak rela dia melupakanku, aku memaksanya terus-menerus menerima kehadiranku padahal aku tahu dia membenciku." Ino menegakkan tubuhnya, ia kira yang akan Sakura katakan adalah hal sepele seperti 'aku masih 20 tahun' atau 'aku mau membuat nenekku jantungan dulu saat tahu aku hamil, baru aku mau menikah'.
"Ino, matanya. Aku tahu dia benar-benar membenciku saat pertama kali kami bertemu setelah kecelakaan itu. Dia bahkan tidak mengingatku..., saat aku melihatnya begitu aku malah semakin ingin membuatnya ingat siapa aku, membuatnya kembali padaku seperti dulu. Ino aku jahat." Ino berdiri untuk lebih dekat dengan Sakura, dipegangnya kedua lengan Sakura erat-erat. "Kau tidak jahat Sakura. Dengan tidak memaksanya mengingat siapa dirimu saja sudah sangat berat."
Sasuke menyandarkan tubuhnya ke tembok. Ia tidak jadi masuk saat mendengar percakapan menarik Ino dan Sakura. Jadi Sakura masih berpikir bahwa keberadaannya saat ini adalah paksaan? Tanpa menguping lebih jauh lagi, ia pergi dari sana.
"Dia bahkan tidak tahu kau membatalkan penawaran pendidikan itu kan?"
"Tidak." Sakura menunduk. Sejak kecil ia sudah di-setting untuk menjadi makhluk sempurna. Lahir di keluarga yang begitu dipandang membuat dirinya tertuntut untuk bisa terlihat lebih dimata orang lain. Sakura pintar, ia sudah lancar perkalian saat duduk di playground, bisa lima bahasa asing dengan lancar saat berumur tujuh, lompat kelas saat SD, jadi murid termuda di SMAnya dulu. Orang tuanya tidak pernah tahu apa yang benar-benar diinginkannya, dia diatur untuk menjadi pebisnis seperti ayahnya. Balet satu-satunya hal yang membuat Sakura bernapas dan Sasuke satu-satunya orang yang tidak memandang sepele apa yang Sakura lakukan. Maka saat ia dapat kesempatan untuk audisi masuk pendidikan di Juilliard, ia pikir itu akan jadi kejutan untuk Sasuke, Sakura juga punya kesempatan untuk melepaskan diri dari kewajiban menjadi salah satu pemimpin perusahaan, tapi ternyata dugaannya salah.
Sakura memejamkan matanya erat-erat, ia tidak mau mengingat masa lalunya lagi. Tiket emas yang membawanya dalam ketidakpastian hidup itu sudah ia bakar saat tahu Sasuke kecelakaan—tepat dihari dirinya audisi.
"Kalau aku tidak egois, mungkin aku tidak ada dalam keadaan ini." Ino memeluk Sakura erat. Menjadi teman bertengkar Sakura setiap kali bertemu tidak membuatnya kehilangan kabar tentang Sakura.
"Kau tidak egois Sakura. Percayalah, kau berhak atas semuanya. Kau berhak atas Sasuke." Sakura diam tidak menanggapi.
"Orang yang terpaksa memilih hidup denganmu tidak akan memutuskan terjun dan menjadikan dirinya sendiri bantalan saat kau jatuh di La Rossa Negra."
oooo
Sasuke menyandarkan tubuhnya lelah. Ia biarkan rokoknya yang tinggal setengah batang terbakar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brave
FanfictionAkasuna Sakura tahu dirinya tak sepenuhnya sempurna. Bisa memiliki semuanya tidak berarti bisa memiliki Sasuke juga. Benarkah? Kita lihat siapa yang akan tertawa pada akhirnya... kau hancurkan hati ku, aku hancurkan mobilmu. "Kau tahu lagu ini sayan...