Rahasia Hati (02)

425 6 0
                                    

Rahasia Hati - Part 02




Aku benci untuk mengakuinya, tetapi teori Ari ada benarnya. Seorang cowok tak'kan pernah bisa menjalin persahabatan murni dengan seorang cewek. Itu sudah menjadi hukum alam. Sebutan 'sahabat' atau 'adik' seringkali hanyalah kamuflase dari perasaan yang sebenarnya.

Selalu ada garis tidak kasat mata yang memisahkan antara perasaan cinta dan persahabatan. Seharusnya, keduanya tidak boleh dibawa menyeberang ke kawasan lain selain kawasannya sendiri. Karena, jika persahabatan dibawa terlalu jauh, maka benih-benih cinta akan timbul, tumbuh dan berkembang. Begitu pula sebaliknya, jika perasaan cinta dibawa terlalu jauh, maka cinta itu akan berakhir menjadi persahabatan. Atau, bisa menjadi lebih buruk lagi, menjadi akhir dari persahabatan.

Sudah beberapa kali Ari mencoba meyakinkanku agar aku mengakui perasaanku pada Viona, namun aku tidak menghiraukannya. Aku hanya diam saja karena pada dasarnya aku cukup tahu diri dengan menyadari keadaanku sendiri, bahwa aku bukanlah apa-apa dan bukan pula siapa-siapa.

Ari memang benar. Cinta yang hanya dipendam bukanlah cinta. Kuakui, aku menikmati setiap moment ketika bersama-sama dengan Viona, apapun statusnya bagiku. Itulah saat-saat terindah dan terbaik bagiku, berada di sisi orang yang aku sayangi. David, Ikhsan, atau siapapun boleh datang dan pergi, tetapi aku akan selalu ada di sisinya. Mendampinginya dalam susah maupun senang.

"Thanks ya, Ri. Tetapi, aku tidak akan pernah bisa melakukan seperti yang kamu sarankan. Aku justru memikirkannya dengan sungguh-sungguh dan pada akhirnya aku sampai pada suatu keputusan akhir, bahwa aku harus berkorban,"

"Berkorban?!" tanya Ari dengan ekspresi bingung.

"Iya, berkorban. Dengan tidak mengakui perasaanku yang sesungguhnya pada Viona, bukankah itu suatu pengorbanan?! Aku harus berkorban demi menjaga hubungan baik antara aku dengan Viona, terutama antara aku dengan orang tua serta keluarga besarnya. Yah, berkorban demi kebaikan bersama," jawabku mantap.

"Kamu yakin kalau kamu tidak akan menyesal?!" tanya Ari lagi.

"Seharusnya pengorbanan itu bukan untuk disesali, Ri. Pengorbanan itu untuk disyukuri karena tentu saja tujuan dari pengorbanan itu adalah untuk hal lain yang lebih baik," aku menjawab sambil tersenyum.

"Terserah kamulah," kata Ari setelah menarik nafas berat.


-----ooOoo-----


Daun-daun dengan bulir-bulir air yang masih melekat sehabis hujan menyambut kedatangan Viona bersamaku di rumah Grace, teman sekolahnya Viona. Lampu taman yang kekuningan membuat suasana semakin merona dan membuat pantulan yang indah di mata. Beberapa bintang terlihat di langit yang jernih sehabis hujan.

Viona langsung berjalan menuju teras, menemui Grace yang terlihat sedang duduk santai sambil membaca sebuah buku, sedangkan aku berjalan di antara rerumputan yang masih basah. Sisa-sisa air hujan yang membasahi kaki, terasa dingin menyegarkan. Lampu kuning remang taman dan bulir air sisa hujan dari tanaman hias membuat suasana terasa nyaman.

Aku menoleh sejenak, memandang ke teras. Terlihat Viona bersama Grace sedang asyik bercengkerama sambil sesekali tertawa. Entah topik apa yang sedang mereka perbincangkan, namun aku tak ingin mengganggunya meskipun Viona sudah memanggilku masuk, bergabung bersama mereka di teras. Aku lebih memilih untuk menikmati suasana taman yang terasa teduh dan udara dingin yang berhembus pelan.

Dilarang Jatuh Cinta! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang