Kangen - Part 02
"Yakin?! Sama sekali tidak ada perasaan apa-apa?!" cecar Ari lagi.
"Jangan ngomong yang aneh-aneh, Ri. Aku sama Viona itu sama sekali tidak ada apa-apa. Aku cuma seorang driver sepeda motor yang kebetulan saja dipercaya untuk mengantar dan menjemput Viona kemanapun tujuannya sepanjang dibutuhkan."
"Kelihatannya mesra sekali, ya," ucap Ari sambil memperhatikan Viona dan Reynald menyeberang jalan.
"Namanya juga baru jadian, tentu saja itu bukan sesuatu hal yang perlu dipertanyakan," jawabku pura-pura tidak peduli.
"Kamu Tidak marah ketika Viona bilang kamu tidak perlu lagi menjemputnya untuk mengantarkannya ke sekolah karena sudah ada Reynald?" tanya Ari lagi.
"Kenapa aku harus marah? Reynald kan pacarnya Viona, sudah sepantasnya ia menggantikan tugasku itu," jawabku datar.
"Yakin kalau kamu tidak marah atau kecewa? Yakin kalau kamu sama sekali tidak merasa kehilangan Viona?" Ari terus mencecarku dengan keingintahuan yang dalam.
"Berapa kali aku harus bilang?! Takada masalah kalau Viona pacaran sama Reynald!" Aku menjawab tegas sambil menoleh menatap wajah Ari yang tertutup helm di belakangku.
"Hahaha.. Tidak perlu marah begitu dong, Venz. Katakan saja, kalau sejujurnya dalam hatimu itu ada rasa marah, kecewa dan terluka melihat kebersamaan dan kemesraan mereka."
Aku hanya diam dan tak merespons kalimat Ari barusan. Walaupun sejujurnya apa yang dikatakan Ari itu benar, namun aku berusaha menyembunyikannya dengan bersikap senormal mungkin.
"Kamu cemburu sama Reynald, ya?! Kamu sebenarnya mencintai Viona, kan?!" Ari sudah benar-benar membuatku kesal kali ini.
"Ri, kamu kok tidak pengertian begini sih? Aku tidak cemburu sama Reynald. Hanya merasa .... sedikit kehilangan Viona. Selama ini kan Viona selalu bersama-sama denganku, ada apa-apa selalu aku duluan yang dimintai tolong. Ya, merasa aneh saja, ketika Viona tiba-tiba lebih sering bersama dengan orang lain," jawabku sedikit diplomatis.
"Bilang saja kalau kamu tidak rela posisimu digantikan Reynald. Sudahlah Venz, tidak usah bohong kalau sebenarnya kamu mencintai Viona. Dari dulu sejak aku tahu kamu menjadikan foto Viona sebagai wallpaper HP-mu, sejak saat itu juga kamu itu diam-diam mencintai dan menyayangi Viona."
Aku bergerak hendak memprotes, tetapi lampu lalu lintasnya sudah menyala hijau dan diikuti dengan rentetan bunyi klakson dari sejumlah kendaraan dari arah belakang. Aku lalu menjalankan sepeda motorku tanpa berkata apa-apa lagi.
-----ooOoo-----
Pagi ini aku kembali bertemu dengan Viona. Ia sedang bersama-sama dengan Reynald di terminal, menunggu angkot yang akan membawa mereka ke sekolah. Sebenarnya Viona menyadari keberadaanku, namun ia pura-pura tidak melihatku. Entah sampai kapan ia akan terus seperti itu.
Aku merindukan dirinya yang dulu. Dirinya yang dulu, yang meskipun sudah resmi menjadi pacar Reynald, aku masih bisa terus dekat dengannya walaupun terkadang mesti berbagi dengan Reynald.
Meskipun Viona kini sudah benar-benar membenciku, namun aku tetap berupaya menunjukkan sikap dan perilaku yang sama seperti tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dengan dirinya. Perhatian dan kepedulian yang sama, meskipun itu selalu mendapati penolakan.
Tak ada yang salah ketika kita menunjukkan kepedulian kepada seseorang. Yang salah adalah, mengharapkan dirinya untuk melakukan hal yang sama. Mencintaimu itu sederhana, tetapi tidak sesederhana menuntaskan kerinduan. Mencintai itu sederhana, hanya perlu memberi dan menerima. Dan tentunya hati yang tulus. Tak perlu banyak kata, yang penting pembuktian.
-----ooOoo-----
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang Jatuh Cinta! 2
RomantizmWARNING!! BERISI KONTEN SENSITIF, DIHARAPKAN TIDAK TERBAWA OLEH EMOSI YANG BERLEBIHAN KETIKA MEMBACA BAGIAN YANG MENYEBABKAN GEJOLAK EMOSIONAL. . . "Hanya ada dua pilihan ketika menjalani cinta beda keyakinan, ganti Tuhan atau ganti pacar. Sesungguh...