Vanessa Amelia (01)

60 3 0
                                    


Vanessa Amelia - Part 01



Vanessa Amelia.

Aku membaca satu per satu kartu identitas yang ada dalam dompet miliknya yang belum sempat kukembalikan. Ada sejumlah uang, KTP, SIM, kartu mahasiswa, empat lembar pas foto berwarna ukuran 4x6 yang masih terbungkus plastik dan dua buah kartu ATM dengan nama bank yang berbeda. Nama yang bagus, sayang tindakannya menamparku beberapa waktu yang lalu tidak sebagus namanya.

Sebenarnya aku sudah lama hendak mengembalikannya, namun selalu batal karena sibuk dengan urusan pernikahan Olivia dan Christian, kasus trigonometri cinta antara Tiara dan orangtuanya serta Samuel, bahkan juga dengan seseorang yang tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah. Kasihan juga, berbagai keperluan yang membutuhkan kartu identitas jadi tertunda karena ada dalam dompet tersebut. Tak jadi masalah jika ada back up fotocopiannya.

Aku menuliskan sebuah pesan singkat di secarik kertas, menyelipkannya dalam dompet tersebut lalu membawa dan menyimpannya dalam jok sepeda motor biar selalu terbawa ke manapun aku pergi. Dengan begitu, akan mudah untuk dikembalikan jika ada waktu luang tanpa harus pulang ke kost terlebih dahulu.


-----ooOoo-----


Enam bulan sudah aku tidak lagi bersama Viona. Enam bulan sudah aku menjalani hari-hariku dengan penuh tanda tanya; ada apa, kenapa dan mengapa Viona bisa berubah. Seandainya aku tahu, tentu aku akan minta maaf dan berharap segala sesuatunya bisa kembali normal seperti yang dulu. Yah, seandainya.

Sore ini aku sedang duduk santai di teras depan rumah Christian, hendak mengambil titipan Olivia untuk orangtuanya. Karena barang yang hendak dititipkan tersebut belum sempat dibeli, Olivia memintaku untuk menunggu sementara ia dan Christian suaminya pergi ke supermarket.

Dan, sore ini pula secara tidak sengaja aku kembali bertemu dengan Viona. Ia bersama dengan beberapa orang teman-temannya sedang bercanda ceria di rumah Claudia, salah satu teman sekelasnya. Rumah tempat tinggal Claudia tepat berada di seberang jalan depan rumah Christian, suami Olivia.

Suasana ramai sangat terasa karena hari ini Claudia berulang tahun. Aku jadi ingat kalau hari ini juga adalah hari ulang tahun Rani, putri tunggal Dhea. Kado untuknya belum sempat kubelikan, akupun belum tahu kado apa yang hendak kuberikan padanya.

Aku duduk di salah satu kursi rotan sambil menikmati alunan musik yang terdengar sambil memperhatikan kemeriahan suasana yang terlihat dari teras depan rumah Christian. Berkali-kali aku menarik nafas berat, mencoba mengalihkan pikiranku tentang Viona. Tak henti-hentinya dan tak bisa dicegah aku terus melirik ke arahnya yang sedang tertawa. Aku begitu menyukai senyuman itu, senyuman yang begitu memikat bagiku.

Rasanya ingin pulang, namun sayangnya Olivia dan suaminya belum datang. Aku belum tahu hendak pergi ke mana, tetapi sebaiknya aku pergi sejenak daripada alam pikiranku terus menerus tentang Viona yang berada di depan sana. Aku lalu menghidupkan mesin motor dan mengarahkannya ke jalan.

Setelah cukup lama memperhatikan keadaan lingkungan sekitar di sepanjang jalan, baru kusadari kalau ternyata rumah Christian letaknya tidak begitu jauh dari rumah Vanessa. Aku tersenyum, dua hal yang hendak kulakukan terealisasi sekaligus. Niat untuk mengembalikan dompet Vanessa bisa kesampaian juga tanpa harus menyediakan waktu luang khusus agar datang mengantarkannya langsung, termasuk dengan menjauh dari Viona saat ini.

Aku lalu bergegas menuju rumahnya, yang letaknya tak jauh dari posisiku sekarang. Di depan pintu gerbang aku menghentikan sepeda motor dengan ragu, terbayang entah seperti apa nanti sambutan Vanessa padaku. Ah, nanti saja baru dipikirkan.

Dilarang Jatuh Cinta! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang