Ketika Hujan Turun (03)

66 3 0
                                    


Ketika Hujan Turun - Part 03




"Sorry Tante, aku tidak bisa. Saat ini aku sedang mengantar seseorang pula. Tante coba hubungi teman yang lain saja, ya," ucapku berbohong karena memang aku malas keluar malam ini.

"Ya sudah, nggak apa-apa. Kamu tolong SMS pada Tante salah satu nomor HP teman kamu, ya," pesan Tante Dina.

"Okey," ucapku sambil tersenyum, sementara Ari hanya menatapku sambil geleng-geleng kepala.

"Ri, aku kan sudah bilang tadi kalau aku nggak mau sepeda motorku berlumpur lagi. Meskipun hujan sudah berhenti, namun sisa-sisa air kotor yang tergenang di jalan tetap akan mengotori body kendaraan yang melintas," kataku pada Ari yang ekspresi wajahnya meminta penjelasan.

"Menurut aku, itu namanya kamu menolak berkat, Venz. Dan satu hal lagi, kamu melewatkan satu kesempatan untuk berbuat baik; menolong orang lain yang membutuh bantuan." Ari mengemukakan pendapatnya.

"Terserah apa pendapatmu, aku memang lagi malas untuk keluar jalan malam ini," ucapku perlahan setelah terdiam beberapa saat. Menurutku, kalimat Ari barusan memang ada benarnya juga.

"Cuma berpendapat Venz, tidak memaksamu untuk berubah pikiran. Aku masuk dulu ya, mau mengerjakan tugasnya Marni. Sekali lagi, makasih ya Venz atas bantuannya tadi," Ari tersenyum di akhir kalimatnya.

"Iya, sama-sama. Makasih juga karena sudah mengingatkan aku dengan pendapatmu tadi." Aku menjawab sambil mencari nomor HP Marsel, salah satu temanku sesama pengojek untuk dikirimkan pada Tante Dina.

"Sudahlah, Venz. Kamu berhak menentukan pilihan, apapun yang dikatakan orang padamu," ujar Ari lagi.

Aku hanya tersenyum lalu berbalik menuju kamarku sendiri. Pendapat Ari memang benar. Dengan kondisi seperti ini, tentu sebagian besar pengojek tidak berada di pangkalan lagi, sama seperti aku. Hanya saja aku sudah terlanjur berbohong, semoga saja Marsel bersedia menjemput Tante Dina.

Aku lalu kembali asyik dengan aktivitasku dalam kamar, mendengarkan lagu-lagu sambil diiringi dengan petikan gitar. Lagu-lagunya Dewa 19 dari album Pandawa Lima memang sudah cukup lama, namun masih nyaman di telinga.


Melayang ku cari-cari arti, yang pasti tak'kan kau temui...

Tak perlu kau nilai-nilai semua, biarlah semua adanya...

Kau coba meraba-raba hati, warna gejolak di sini...

Alirkan semua rahasia, taburkan dalam suasana...


Tak usah kau cari makna hadirnya diriku...

Aku di sini untukmu...

Mungkin memberi arti cinta pada dirimu...

Aku di sini untukmu...


Tak usah kau tanya-tanya lagi, coba kau hayati peranmu...

Lupakan sekilas esok hari, semua telah terjadi...

Aku dan dirimu tenggelam dalam asa...

Dan tak ingin lari, tanggalkan rasa ini...

Cobalah entaskan, pastikan lepas atau terus...

Semoga perih terbang tinggi di awan...


Tak usah kau cari makna hadirnya diriku...

Dilarang Jatuh Cinta! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang