Prolog

349 30 10
                                    

Udara dingin pagi ini sampai terasa menusuk tulang-tulangnya membuat rambut tipis di kulit tangannya berdiri walau tubuhnya sudah terbalut jaket mickey mouse kesayangannya. Walaupun sudah berangkat agak siang hari ini, tetap saja udara dingin masih menyelimuti setiap langkahnya.

“Kenapa juga gue masuk hari ini, udah siang gini masih aja sepi, nyebelin”, ujar gadis ini sambil menghentakkan sebelah kakinya.

Menurutnya, tidak ada guru, tidak ada pelajaran adalah hari yang tidak pernah ia harapkan datang. Dan sayangnya itu adalah hari ini. Berbeda dengan yang lain, tapi itulah pendapatnya.

Derap langkah sepatu terdengar dari kejauhan yang kini semakin mendekat.

“Dell!”, teriak seorang gadis di tengah sepinya sekolah ini membuat beberapa pasang mata menoleh kearahnya. Tapi gadis yang ia panggil sama sekali tidak menoleh, ia malah terus berjalan.

“Adelle!”, teriakannya semakin kencang, membuat orang yang ia panggil menghembuskan napas kasar dan harus menoleh ke arahnya.

“Apa?”, balasnya datar tanpa ekspresi.

“Dell, lo tuh punya kuping gak sihh? Dipanggil bukannya--“, omelannya diputus langsung oleh Adelle.

“Udah!  gausah kebanyakan ngomel mulu lo! Mood gue udah rusak, jangan lo tambah lagi dengan omelan lo yang ga pernah ada abisnya!”

“Dasar lo dell,  lo itu cantik tapi dinginnya kayak es batu! Lo itu kapan sih ngertinya?”, gerutu gadis yang bernama Ashla ini.

“Eh lo sekarang kelas apa?”, tanya Ashla sembari menyamai langkahnya dengan Adelle.

“12-Ipa”, singkat jawaban Adelle.

“Kenapa masih ngikut sih?”, ujar Adelle begitu sampai di depan kelasnya

“Eh, iya lupa, gue pergi dulu yaa”

👟👟👟👟👟👟

Adelle duduk dibangkunya, kemudian mengambil novel dan mulai membaca bagian prolog novel tersebut. Lembaran kertas novel itu ia balik sangat kasar. Saat mood gadis ini buruk, semua lembaran apapun disekitarnya menjadi tempat pelampiasannya. Belum lagi,  novel yang dibacanya sudah lama ia beli. Sampai sampai ada lembaran novel yang robek dan jatuh di lantai.

“Sial, pake jatuh lagi! ”, umpatnya.

Tak disangka, tangan seseorang mengambil kertas tersebut saat adelle hendak mengambilnya.

“Nihh, hampir aja gue injek”, katanya penuh senyuman yang hangat.

Adelle mengambil halaman novelnya yang robek tanpa berterimakasih.

“Bisa ngomong terima kasih nggak?”, ujar cowok itu dengan kesal.

“Penting?”, jawab Adelle dingin.

Cowok yang bernama Dika itu langsung menuju bangkunya, dengan muka kesal.

Anehnya, setiap lembaran novel yang sekarang ia baca ini sama persis dengan yang ia alami selama ini, sebuah cerita dimana ia menjadi peran utama dalam novel ini. Ketika cinta segitiga terjadi pada kisah cinta pertamanya. Novel itu membuat Adelle hanyut dalam ceritanya.

#Dikit, soalnya prolog :) jangan lupa vote+coment oke?

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang