#6

112 18 0
                                    

"Aku suka caramu untuk membuatku tertarik padamu. Tapi, aku tersadarkan akan satu hal. Kau itu kutub selatan bumi dan aku kutub utara nya. Artinya, kita terpisah jarak yang begitu jauh. Hanya berharap untuk bersatu, tapi tak pernah tahu mungkinkah itu terjadi?"

"Dika!"

Cowok di depanku ini hanya menoleh padaku dan menaikkan sebelah alisnya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue"

Dika hanya menautkan alisnya. Mungkin mencoba mengingat pertanyaan ku. Aku menunggu pergerakan mulutnya. Namun, apa yang terjadi? Dika malah bergegas masuk meninggalkanku yang sedari tadi mengikuti nya dari belakang seperti anak ayam.

Bibirku secara otomatis mengerucut mirip kue cucur.

"Dasar lo kulkas!", umpatku yang sengaja kukeraskan.

"Apa? Kulkas?",sahut Dika tiba tiba bersamaan alisnya naik sebelah.

"Nggak, salah denger kali lo!", sahutku dengan wajahku yang sekarang bisa dikatakan konyol.

"Kenapa sih ngomel mulu? Kalo gue kulkas kenapa? Justru kalo gue kulkas gue bisa jaga hati cewek gue nantinya"

Ceweknya? Siapa?

Kami pun masuk ke mall. Sesuai janji, hari ini Dika yang akan mentraktir ku. Dia menawarkanku membeli makan ataukah baju. Tapi aku menolaknya, aku membeli buku buku fisika dan kimia. Itupun karena paksaan Dika.

Setelah lelah berkeliling mall, tepat pukul 9 malam, kami memutuskan untuk pulang. Dika hendak mengantarku, tapi sekali lagi aku harus menolaknya. Aku merasa sudah sangat merepotkannya seharian ini.

"Kenapa nggak mau gue anter sih del?"

"Kalo gue bilang nggak usah ya nggak usah, lagian kenapa sih lo maksa?"

"Lo itu cewek yang pertama jalan berdua sama gue, kalo ada apa apa sama lo, gue juga yang disalahin", ujar Dika dengan tatapannya yang langsung menatap mataku.

Pertama kali? Bukannya dia sering jalan sama mantannya?

"Ya elah gitu doang? Lo lupa kalo gue itu pernah ikutan karate? Yah walaupun cuman seminggu sih. Gue bisa jaga diri, Dika. Udah deh nggak usah sok perhatian gitu, besok bakal gue contoin matematika. Udah tenang aja", ujarku santai sampai tak sadar menepuk bahu Dika.

"Pinter juga lo", sahut Dika dengan tangannya yang sedikit mengacak poniku. Untuk pertama kalinya.

"Tapi tetep aja gue mau nganter lo"

"Ya ampun,  nih anak keras kepala banget sihh, siapa yang ngasih lo hak buat maksa gue?"

"Mama lo!"

Cepp! Tak ada kata yang bisa ku keluarkan lagi. Mama? Sudah cukup, itu alasan yang sangat tepat membuatku diam seribu bahasa. Lagi. Dika memang ahlinya membuat cewek sepertiku luluh dengan dirinya. Pantes lo, bikin Bita gamon!

Di dalam mobilnya, aku sangat mengantuk. Rasa kantuk ini semakin tak tertahankan, sampai aku tertidur. Aku pun berlayar pada mimpiku. Kurasakan sesuatu yang lembut mirip selimut yang membalut tubuhku menahan hawa dingin dari AC mobil Dika.
Hingga, akhirnya aku sampai di rumah. Mungkin karena aku sangat lelah, sampai Dika harus menepuk pipiku dan terus memanggil namaku. Dia membuatku terkejut dengan musik di ponselnya yang sengaja dia keraskan dan ditempelkan di telingaku. Sesegera mungkin aku bangun dan keluar dari mobilnya juga berucap terima kasih setelah aku sadar ini sudah di depan rumahku. Ketika aku akan keluar dari mobil, Dika menahan tanganku, lagi. Ternyata dia minta sesuatu yang sekarang kurasakan hangat tengah menyelimutiku.

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang