#25

43 3 4
                                    

"Lalu, salah siapa sekarang jika kita berdua terjebak dalam satu cinta yang sama?"

20 menit lagi pemuda itu datang menjemputnya. Berhubungan dengan pacar sahabatnya, agak membuatnya resah. Pertama, ia rasa Adelle mulai curiga akan gerak-geriknya belakangan ini. Kedua, ia takut terbawa perasaan kepadanya. Siapa lagi kalau bukan Dika. Cowok angkuh yang terus menerus minta bantuannya. Segala dengan alasan ingin membuat surprise lah, kalau memang situ ngaku gentle mengapa harus ia juga yang dijadikan perantaranya?

Tiinnn

Itu pasti bunyi klakson mobil Dika. Huh, ayo Ashla lo harus bangun benteng kuat-kuat. Jangan sampai lo baper.

"Lama amat sih!?", sentak Dika begitu melihat Ashla menghampirinya.

"Santai aja sih, situ yang butuh wajar dong nunggu", jawab Ashla mengerucutkan bibirnya.

"Masuk", katanya lalu menuju bagian pengemudi.

Mobil pun melaju. Baik Ashla maupun pembaca pasti tidak tahu kemana mobil ini akan membawanya. Kalau dideskripsikan, jalanan terlihat sangat terang. Lalu lintas lumayan padat, dan ia terus-terusan melihat pasangan berlalu lalang.

"Kita mau kemana sih?", tanya Ashla memecah keheningan.

"Woy, jawab napa!?"

"Astaga batu bara, lo gak ada niatan jawab gue gitu!", katanya merasa teracuhkan. Terabaikan. Dan tidak digunakan.

"Diem. Bawel!", 2 kata yang sangat tidak berfaedah untuk dilontarkan. Nyatanya, 2 kata itu tidak menjawab pertanyaannya. Helaan nafas putus asa terdengar. Dan Dika tetap pada zonanya, untuk mengabaikan apapun yang akan dilakukan Ashla.

Sejujurnya, Dika dengan berat hati harus meminta bantuan Ashla. Ia tidak mungkin meminta bantuan Bita, ia terlalu baik untuk itu. Harus berapa kali lagi ia menyakiti hati perempuan itu. Apalagi kalau bantuan yang ia minta selalu berputar pada satu titik. Titik itu, adalah Adelle.

Kalau kalian menanyakan alasan mengapa Dika tiba-tiba ada disini adalah, karena sebenarnya ia tidak pernah pergi kemanapun. Ia ingin membuat Adelle menyadari kehadirannya di sekitarnya, itu nyata. Ia tidak perlu khawatir akan bullyan kakak kelas, ataupun fans gilanya. Karena ia ingin memastikan dirinya mampu untuk melindungi Adelle. Nyatanya, setelah seminggu dramanya belum juga membuahkan hasil. Karena kesabaran manusia untuk menunggu itu ada batasnya, akhirnya ia meminta sedikit bantuan Ashla.

Namun, bukan fokus untuk membantunya ia malah terus menerus memancing Dika untuk memperlakukannya secara istimewa. Ini aneh, tapi ya sudahlah. Yang penting Dika bisa jaga perasaan dengan baik-baik, kan?

Sudah cukup berbasa-basinya, mereka sampai pada tempat yang tidak terlalu ramai namun tidak terlalu sepi juga. Bisa ia baca nama tempat itu adalah 'Cafe La Forest'
Hm, tidak ada unsur hutan-hutannya rasanya. Tapi, yasudah mungkin nama pemiliknya saja ada unsur hutannya. Siapa tahu, Raden Forest auwouwo?

"Lo pesen apa?"

"Samain kayak lo aja", sahut Ashla.

"Hm, lo aja kalo gitu yang pesen. Gue mager", kata Dika menyebalkan. Baru saja Ashla akan menjatuhkan bokongnya sesaat setelah menarik kursi pilihannya. Apa urat kemanusiaannya sudah putus? Setelah di terbangkan akan perhatian kecilnya, sekarang malah di putar balikkan 180°. Thanks

10 menit menunggu, dengan keheningan. Bukan, maksudnya dengan tingkah Dika yang selalu mengacangin apapun yang dilakukan Ashla.

"Permisi kakak, silahkan pesanannya", seorang pramusaji tersenyum manis ke arah Dika. Sedangkan Dika, hanya mengangguk kecil sebagai bentuk menghargai. Dengan wajah datar tentunya.

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang