#7

101 19 0
                                    

"Tau nggak sih kamu itu mirip hanger baju. Cuman bedanya kalo kamu itu kerjanya gantungin hati aku terus"

Kalau aja aku harus memilih, mungkin aku akan pilih nggak akan pernah bertemu atau kenal kamu. Mau sekeras apapun aku berusaha untuk buang perasaan ini, yang udah terlanjur sayang susah ngelupainnya.

"Dell"

Suara itu, tidak lain adalah Dika. Aneh sepertinya, kalau memang suara itu yang ingin kudengar hingga aku tidak fokus pada pelajaran terakhir sebelum istirahat.
Aku membalikkan tubuh, dan kini tepat berada di hadapannya dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

"Iya?",sahutku santai yang tanpa sadar melihat bola basket di tangannya.

"Emm, gue mau, gue, mau.."

"Apa?"

"Gue..  Mau undang lo nonton pertandingan basket gue", kata Dika dengan menunjukkan bola basketnya yang sudah dari tadi kuamati.

"Kapan? Siapa aja? Dimana? "

"Nanti pulang sekolah, cuman lo yang gue undang. Di lapangan basket sekolah kita.Nanti kesananya bareng sama gue"

"Cuman gue? Nah nanti disana gue cewek sendiri dong?"

"Ya nggak lah, gue denger nanti Ashla juga kesana"

"Yaudah gue bareng Ashla aja"

"Nggak nggak, gue nanti juga minta lo buat temenin gue ambil jersey gue di laundry, bisa kan?

"Boleh deh"

Ada senyuman yang terbit dari bibir Dika. Senyuman yang sangat manis dan disusul lesung pipi membuat bibirku tiba tiba melengkung dengan sempurna, tak ingin kalah manisnya dari Dika.

Orang yang jatuh cinta itu ciri cirinya suka ngelamunin si doi. Senyum senyum sendiri, kangen kalo nggak ketemu, sulit fokus kalo sama pelajaran, bawaanya seneng mulu kalo udah ketemu

Bel pulang berbunyi, lamunanku mengingat ocehan Ashla terbuyar. Saat yang kunanti sejak tadi. Benar, Dika mendatangi bangku ku setelah memastikan Ashla pergi.

"Yuk berangkat"

Hanya anggukan yang dapat aku lakukan saat ini. Ada sesuatu yang berbeda saat aku melihat senyumnya.
Kami melangkahkan kaki menuju laundry ceria yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Namun tetap saja Dika memaksa untuk membawa mobil. Kali ini dia menyetir dengan perlahan, nyaman.

"Tumben lo nyetirnya pelan"

"Kenapa?"

"Nggak apa sih"

"Lo lebih suka yang kayak gimana?"

"Yang kaya gini, kenapa nanya nanya? "

"Salah?"

"Enggak"

Lagian gue juga seneng kalo lo nanya

Tak lama, kami pun sampai di rumah laundry ceria.

"Masuk lo, ambilin cuciannya"

"Kok gue? Yang punya cucian siapa?"

"Lo kan beberapa hari ini udah numpang mobil gue, jadi sekarang gue minta bayarannya"

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang