#21

42 6 0
                                    

"Daripada kamu repot-repot khawatir, lebih baik akhiri saja hubungan ini"
----

Flashback on

Mengaduh pada batu yang membuat kita terjatuh memang bukan keputusan yang tepat. Batu itu benda diam, tak hidup, dan tak berguna jika mengeluh padanya.

Kurang lebih, deskripsi ini cocok denganmu, Dika. Bedanya kalau kamu adalah makhluk yang hidup. Benci? Tidak. Bita sama sekali tidak membenci Dika. Memang ini sepenuhnya salahnya. Pada awalnya saja ia sudah bersalah, masih menggantungkan penuh harap pada seorang Dika. Dengan segala ketidak mungkinan Dika mengajaknya berpacaran. Ia kira Dika sudah merubah pandangan terhadapnya, walau memang tidak masuk akal. Nyatanya, hingga saat ini ia tak kunjung mendapat perubahan dari Dika.

Malam itu, Bita memutuskan untuk menelpon Adelle. Ia berpikir kalau inilah jalan yang seharusnya ia tempuh sejak dulu. Belajar melupakan Dika, dan mengikhlaskan apa yang bukan miliknya untuk orang lain. Bita menjelaskan panjang lebar kepada Adelle. Tentang bagaimana Dika bersamanya, tentang hal kecil apa saja yang Dika lakukan dan selalu berhubungan dengan Adelle saat ia bersama Bita. Bita sudah muak pura-pura bahagia. Ia harus menulikan telinga, membutakan mata, dan membangun tembok pada hatinya demi Dika tetap bersamanya. Sekarang, biarlah ia melihat orang yang ia cinta mati bahagia. Bukan dengan dirinya, tapi dengan Adelle.

Flashback off

"Kamu jahat!", Adelle membuka suara sembari mengerucutkan bibirnya.

"Jahat kenapa?", Dika bingung. Ia mengerutkan keningnya.

"Bisa ya kamu masih tanya. Sekarang ak--gue tanya, tujuan lo pacarin Bita apa?"

Dika terkekeh pelan, menunjukkam lesung pipinya.
"Tujuan aku buat kamu cemburu"

Mulut Adelle seketika terbuka. Ekspresi kagetnya dengan mata bulat sempurna.

"Biasa aja kali ekspresinya. Bukannya kamu udah punya Alvin?", sindir Dika memutar bola matanya malas.

Adelle tersenyum, manis sekali. Siapapun yang melihatnya, pasti akan terkesima.
"Jadi gara-gara itu kam--lo cemburu? Dan melakukan semua drama ini? Lucu banget sih", tangan Adelle tergerak mencubit pipi Dika. Tapi tidak, tangannya berhenti di udara. Dika yang melihat 2 tangan mungil itu menaikkan sebelah alisnya. Dengan salah tingkahnya, Adelle menarik tangannya kembali.

"Gue sama Alvin itu sahabatan sejak SMP. Lagian, dapet hak darimana lo bisa cemburu ke gue?", sarkas Adelle membuat Dika terhenyak sejenak.

"Gue cuman minta kepastian", Dika berkata 'lo-gue' mengimbangi Adelle. "Tentang pertunangan kita", tiga kata yang sukses membuat Adelle terkejut.

"Kenapa? Kalo gue tolak lo, lo langsung dapat yang baru? Gitu?"

"Gue gak bilang gitu"

"Atau, lo emang gak kasihan sama bokap gue? Lo nggak suka sama keluarga gue? "

"Gue juga gak bilang gitu"

"Ohh, jangan jangan emang dari awal lo cuman mempermainkan gue? Toh, kalo gue terima lo, bulan depan lo bakal ke luar negeri kan?"

"Jangan sok tahu!", kata Dika mempertahankan wajah datarnya. Walau, jelas terlihat rahangnya yang mengeras. Dengan muka yang merah padam.

"Iya! Gue emang sok tahu! Kenapa? Gak suka?"

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang