#13

71 9 0
                                    

"Ada saatnya kita menyadari menjauh bukan berarti berhenti menyayangi, namun sebaliknya, dengan menjauh kita lebih tahu apakah dia bisa bertahan tanpa kita"

Suara dering handphone terdengar sayup-sayup di telinga gadis yang  masih tertidur di ranjang kesayangannya. Membuat gadis ini membuka matanya, meregangkan tubuhnya, meliuk ke kanan dan ke kiri menimbulkan bunyi tak asing dari pergerakan tulangnya. Dengan malas, ia mengambil hp dari atas nakasnya. Ada satu pesan masuk dari nomor yang tentu ia kenali. Siapa dia? Ya, dia adalah.. Alvin, sahabatnya masa SMP yang dulu pernah mengisi hati sepinya.

Adelle's POV

"Hari ini lo sibuk gak?"

Dia..
Ngapain chat gue, jangan sampe lo kembali ngisi hati gue disaat gue berusaha lupakan lo.

"Enggak, kenapa?"

"Jalan yuk.."

Lahh, kesambet apa ni bocah

"Kemana?"

"Tempat kesukaan kita waktu SMP, inget kan?"

Tempat itu..
Tempat favorit kita dulu, tempat yang sampe sekarang masih gue inget, saat lo selalu hadir buat gue apapun keadaannya. Saat lo selalu buat gue baper dengan gombalan receh lo dan perhatian tulus dari lo. Saat rasa sahabat gue ke lo berubah menjadi rasa suka. Dan saat dimana lo meminta saran gue untuk nembak cewek yang lo suka. Dan gue terlalu berharap buat posisi itu, karena apa? Cewek itu bukan gue.

"Masih kok, jam berapa?"

"Jam 8 aja, gue jemput ya"

"Beres deh"

Kalaupun cinta gue ke lo kembali kayak dulu, gue akan berusaha sekeras mungkin untuk meyakinkan hati gue. Hati ini udah nggak bisa lo masukin lagi, karena gue udah punya yang lain, Dika..

Menyiapkan diri pergi bersama orang yang pernah kamu sayang itu bukan hal yang mudah. Walau tidak pernah bertemu lama, dan rasa rindu ini yang semakin menjadi, tetap saja masih ada rasa sakit yang tak mudah untuk dihilangkan. Sayangnya, dia yang kurindukan adalah penyebabnya. Tapi, aku tak boleh berpaku terus pada masa lalu. Itu hanyalah masa lalu dan biarlah berlalu. Mungkin saja Tuhan mengirimkan dia kembali padaku untuk membantuku keluar dari masalah yang sedang membelitku. Namun, tetap saja rencana Tuhan itu rahasia. Biarlah tetap begitu, selama aku yakin apapun yang Tuhan tentukan adalah yang terbaik untukku, aku akan coba menjalaninya dengan senyuman.

Memakai jeans hitam dengan atasan biru, kulihat sekali lagi pantulan diriku sendiri di cermin. Aku memang bukan gadis yang cantik, tapi aku tahu orang menyayangiku bukan karena kecantikanku. Tetapi, mereka menyayangiku karena aku menyayangi mereka.

Tak terasa, sekarang ini jam sudah menunjukkan pukul 8.15 pagi. Tepat saat itu juga bunyi klakson mobil terdengar begitu nyaringnya. Dengan cepat aku keluar dari kamar, menuruni tingkatan anak tangga. Sesaat aku merasa begitu senang bisa melepas rindu dengannya. Namun, aku juga tersadar, aku ini hanyalah selembar daun yang merindukan sebatang pohon.

Mama memanggilku untuk segera turun dan menemui lelaki kekar dengan tinggi yang tidak bisa dibandingkan denganku. Kenapa? Karena tinggiku hanya sampai pundaknya. Tak heran, bila dulu sewaktu SMP ia sering mengolokku 'unyil'. Terkadang juga, ia mencubit pipi merahku, dan terus mengolokku tukang baper bila gombalan recehnya sukses membuat pipiku terbakar. Hh, aku mengingatnya kembali.

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang