#19

72 9 0
                                    

"Bukan kamu yang salah. Suka sama orang itu hal yang wajar. Yang salah itu aku, kenapa hatiku nggak mau di tempati kamu?"

---------------------------------------------------------

Suasana malam yang bisa dikategorikan sebagai malam yang indah. Malam ini purnama memancarkan sinarnya dengan anggun, seakan ia memberikan izin kepada Adelle jalan berdua bersama Alvin.

Di sinilah ia sekarang, bersama mantan gebetannya, Alvin. Gaun selutut berwarna peach melekat indah di tubuhnya. Rambutnya tergerai bebas di punggungnya. Tak lupa poni yang sengaja ia biarkan jatuh ke pelipisnya. Benar kan kata Alvin, be my perfect girl tonight! Nyatanya, memang sekarang Adelle tampak menawan. Alvin saja sampai tidak berkedip melihatnya.

"Apa?", tanya Adelle membuyarkan kekaguman Alvin.

"Makin cantik aja lo", ujarnya tetap melihat Adelle.

"Hh, mau dibeliin apa sih lo? Nggak usah pake muji-muji kali", sahut Adelle menghela nafas berat, kemudian menyeruput minumannya.

"Ck, apa ya? Beliin cewek yang kaya lo dong"

"Buat apaan?", tanya Adelle dengan alis bertautan.

"Buat gue ambil hatinya, hehehe"

"Receh vin receh!", maki Alvin dalam hati.

"Receh!", sahut Adelle meniup poninya, bibirnya mengerucut membuat Alvin gemas sendiri. Tangannya tergerak menyibakkan poni Adelle. Sang pemilik dibuat kaget karenanya.

"Jangan pegang-pegang!", sentak Adelle menepis jemari Alvin.

"Jangan!", cegah Alvin ketika Adelle hendak menoleh ke arah kiri mereka.

"Apasih!?", bukannya berhenti tetapi malah gencar menolehkan kepalanya ke arah yang sama.

Adelle dibuat speechless melihat 2 orang yang sedang berjalan beriringan.

"Udah gue bilang kan, jangan", Alvin berusaha mengalihkan pandangan Adelle dari Dika dan Bita.

"Apasih? Ada siapa? Mana?", tanya Adelle pura-pura tak tahu. Terkadang ekspresi menipu mereka yang menganggap kita bahagia, bukan? Apa yang kita lihat tidak benar-benar sama dengan apa yang mereka rasakan. Maka dari itu, jangan kita menggunjingnya tanpa tahu apa yang sedang mereka alami. Begitu pula dengan Adelle saat ini, jelas-jelas hatinya perih, kenapa dengan mudahnya ia memasang wajah ketidak tahuannya.

"Nggak usah muna lo!", tunjuk Alvin tepat.

"Gu.. Gue.."

"Perih tau vin, liat dia jalan gitu sama pacarnya, gue masih belum bisa rela"

Bulir bening keluar dari mata cantik Adelle. Tak dapat ditutupi kalau Adelle masih belum menerima semua ini sepenuhnya. Dia mengakui bahwa Dika berpacaran dengan Bita, tetapi sama sekali tidak masuk akal jika secepat itu posisinya digantikan Bita. Tetapi, apakah Dika pernah menempatkan Adelle dalam hatinya?

Kini air mata itu tak dapat di bendung lagi. Pipinya sudah basah dengan tangisan. Bibirnya ia gigit dengan kuat agar meminimalisir tangisannya. Kepalanya menduduk, membuat poninya menutupi mata Adelle. Tujuannya agar wajah sedihnya tidak terlihat Alvin.

"Jangan liat gue! Gue jelek kalau nangis!"

"Nggak nangis juga lo tetep jelek!"

Obrolan itu masih tersimpan jelas di ingatannya 2 tahun lalu. Saat ia masih bersama Alvin, sebagai sepasang sahabat.

Sebuah tangan terulur mengusap rambut Adelle. Usapannya begitu lembut membuat sang pemilik terbuai. Dengan perlahan, tangan itu merapatkan kepala Adelle dengan tubuhnya. Adelle ikut begitu saja, karena ia pikir orang ini adalah Alvin.

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang