#15

96 8 2
                                    

"Saat bulan yang datang mendekat pada bintang, langit itu adalah yang paling terang dari yang lain. Tapi bila diantara mereka kabut hitam menyelimuti. Maka seterang cahayanya tak akan terlihat oleh manusia di bumi ini"


Malam ini malam terterang yang pernah Alvin lihat selama 2 tahun ini. Purnama? Bukan. Bintang sedang reuni? Bukan. Matahari muncul di malam hari? Bukan. Ada yang lebih terang di mata Alvin dari itu semua. Seorang gadis yang sedang menuruni tangga. Menyelipkan poni yang terurai bebas di keningnya. Matanya kini bertubrukan dengan lensa mata Alvin. Sejenak ia lupa dengan kekhawatiran yang entah mengapa muncul dalam hatinya. Senyum kecil terlukis disana. Mata gadis itu sedikit menyipit melempar senyum manisnya pada Alvin.

"Udah lama nunggunya?"

"Nggak, baru aja dateng, jalan yuk!"

"Ma, berangkat dulu ya?",teriak Adelle pamit pada mamanya yang sedang berada di dapur.

"Hati-hati dell, vin, ekorin terus anak gadis tante ya?!!", jawab mama Adelle setengah berteriak.

"Ck, apaan sih mama"

"Aelah, gitu aja dibilangin tante. Yuk lah, cabut"

Dalam mobil hitam milik Alvin ini musik mengalun dengan lembutnya. Membuat jemari Adelle bergerak sesuai iramanya.

Jinsimeuro I loved you
Sungguh, aku mencintaimu
Neol saranghaetdeon mankeum deo himdeun geoya
Sulit, sebetapa aku mencintaimu
Miwohago sipeodo
Padahal aku ingin membencimu
Haji motal neoraseo deo miun geoya
Aku semakin membencimu karena aku tak bisa membencimu

"Tau aja lo"

"Masa iya nggak tahu sama kesukaan sahabatnya sendiri"

"Oh, em, i..iya sahabat", tanggap Adelle gagu.

"Lo kalau nggak suka ganti aja lagunya"

"Alah, santai aja. Lo sekarang jadi formal gitu ngomongnya? Berasa ngomong sama calon pacar deh guenya"

Whatt??

"Anu.. Soalnya gue nggak enak aja"

"Asal lo tahu aja, cuman elo satu satunya cewek yang bisa buat gue sabar untuk ndengerin lagu korea"

"Masa sih?"

"Ihh, dibilangin ngeyel ya", ujar Alvin seraya mencubit pipi Adelle gemas. Seketika, pipinya merah padam. Darahnya berdesir cepat. Rasa yang sebelumnya pernah ia rasakan bersama Dika. Emm..  Dika.

Sadar, akan semburat pipi merah Adelle, Alvin pun menahan senyum jahil. Beberapa kali ia melirik Adelle lalu memalingkan wajah untuk sekedar tersenyum.

Gini ya rasanya orang yang lagi kasmaran? Elah, kek orang gila gue

Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai pada tujuan.
Mobil Alvin terparkir rapi di deretan mobil sejenisnya. Sementara Alvin yang sudah berjalan memunggungi Adelle, Adelle terpaku pada mobil di depannya.

Mobil ini kayak pernah liat. Bukannya ini mobil punya.. Dika ya?

"Dell!"

"Ya?"

"Yuk!", tangan Alvin meraih jemari mungil Adelle. Mendapat perlakuan seperti ini, jantung Adelle berdetak 2 kali lebih cepat. Darahnya berdesir, hangat, nyaman.

"Kita mau kemana dulu?", tanya Adelle sesaat setelah memasuki mall.

"Gramed yuk,  laper gue"

"Punya otak dipakek kek, jangan di taruh doang. Gramed toko buku oon", satu cubitan kecil mendarat di tangan kekar Alvin yang setia menggenggam jemari Adelle. 

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang