#1

197 26 3
                                    

“Aku masih takut untuk berharap lebih saat awal yang baru dimulai"

Whatsapp
Chat :

“Besok lo bawa pelajaran nggak ?”

”Bawa aja, buat jaga jaga”

“Emang besok ada pelajaraan?”

”nggak tau. La, gue bingung nih. Soal P. Juli belum gue selesain. Kalo besok dia nanyain gimana??”

”Yaelah lu del! Udah beda kelas lagi! Masa tuh guru masih ngajar kita?”

”Ya kan siapa tau aja la! Emang lo tau bakal ada pergantian guru? Tau darimana? Kakak kelas gue malah 3 tahun diajar P. Juli”

”Yang bener aja lo? Gimana nih del?”

”Nah tuh habis lo!”

”kok jadi gue doang? Lo juga kali!!”

”Siapa yaaa? emang kita sekelas?”

Tawaku pecah saat melihat balasan emotikon manyun dari sohibku itu. Sudah setahun kami sekelas. Dan tahun ini? Entahlah, aku berharap kami sekelas lagi.
Hari ini adalah hari pertama sekolah di tahun ajaran baru. Setelah apa yang kualami di kelas sebelumnya, aku ingin membuka sebuah lembaran baru, sebuah harapan baru, sebuah cerita baru, dan disana hanya akulah yang menjadi pemeran utamanya. Dan disana, ada ashla yang menjadi tokoh sampingan yang selalu bersamaku.
Benar saja, ketika aku berharap kami sekelas lagi itu terjadi. Lagi-lagi Ashla dan aku berada pada kelas yang sama. Kami melangkahkan kaki menuju kelas baru itu. Awalnya, semua terasa asing. Suasana kelas, teman-teman yang baru, dan jumlah siswa perempuan yang ada lebih banyak dibanding dengan kelas 10 dulu.
Kulangkahkan kakiku masuk kedalam kelas baru. Namun sesaat, langkahku terhenti mengingat masa laluku di kelas 10. Diawal aku masuk dulu, semua terasa sama, asing. Waktu itu, untuk sesaat aku berharap semua baik baik saja. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya.
Aku membuang nafasku dengan kasar. “Ini adalah awal yang baru, aku berharap semua terjadi seperti yang aku inginkan”.

“Del! Yuk masuk”, kata Ashla membuyarkan lamunanku

“Eh.. iya, kita duduk dimana? Nyari yang agak belakang ajalah. Bosen gue udah setahun duduk di depan”.

“Iya deh! Nurut lo aja”

Bangku belakang terisi semua, bahkan ada yang sampai berebut untuk duduk di belakang. Akhirnya, kami memutuskan untuk duduk di deret kedua.

“Kepada seluruh anak-anak, dimohon segera berbaris ke lapangan tengah sekarang juga”, suara P. Yono membuat kami bergegas.

Beberapa pengumuman penting kami terima, terutama untuk kelas 10. Ada banyak peraturan yang harus mereka patuhi. Kalau begini, mengingatkanku saat aku dulu masih kelas 10. Tak terasa saat inilah aku senior mereka.

“Loh? Kok pindah sih?”,aku bertanya-tanya dalam batin.

Ohh, ternyata dia yang memindahkan tas kami. Entahlah aku tak tahu sipa namanya, tapi ya sudahlah. Tapi kemudian, aku tersadarkan akan sesuatu yang membuatku sedikit berteriak dihadapan Ashla.

“Kok tas kita pindah la? Berarti setahun ini dong gue duduk didepan??”

“Lo baru 1 tahun kali.. nah gue? 2 tahun gue duduk didepan, lo ngerti sekarang gue mau apa?”

“Rasanya gue pengen cincang tuh anak yang mindahin tas kita!!”

Tringg!! Kilatan mata Ashla menyilaukan mataku. Memang benar dia sudah 2 tahun duduk didepan. Saat masih kelas 10, dia tidak duduk bersamaku. Kami saling mengenal dari ekskul yang sama.

“Yaudah lah yaa, terima aja. Yuk duduk, pegel gue kelamaan baris”, kataku menenangkan Ashla.

Pelajaran untuk hari ini pun dimulai. Seperti biasa, ada perkenalan. Dan dari itu, aku mengetahui nama dua anak yang memindahkan tasku.

"Lo yang mindahin tas kita berdua ya tadi?", tanyaku berusaha halus

"Iyaa,  sorry ya gue gak maksut gitu.  Soalnya gue belum biasa diduk depan", jawab gadis yang namanya kiki

"Harusnya ngomong dulu dong,  jangan langsung mindahin gitu", kata Ashla sambil tertawa.

Saat bel istirahat, aku dan Ashla pergi ke kantin.  Karena baru pertama masuk kelas baru jadi pinginnya keluar terus karena belum nyaman di kelas baru. Teman temanku dari kelas 10 sering datang ke kelasku, mungkin mereka juga merasakan hal yang sama seperti yang ku rasakan.

#Vote+Comment😘

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang