#22

41 7 0
                                    

"Kamu tidak perlu berlagak seperti orang yang mampu melakukan segala hal. Kamu tetap manusia, yang memiliki segudang kekurangan"

Adelle's Pov

Aku berjalan menyusuri lorong sekolah pagi ini. Aku harus menerima konsekuensi akan keputusanku. Entah seberapa keras lagi aku berusaha bernalar apa yang akan terjadi padaku nantinya, aku tetap tak punya pilihan lain.

Aku menerima perjodohan ini.

Kalau ini demi papa, maka apapun akan aku lakukan. Termasuk, berurusan dengan cowok tak punya hati macam Dika. Aku berani bertaruh, kalau setelah ini Dika menjadi seenaknya padaku. Lebih seenaknya maksudku.

Tanganku memutar knop pintu kelasku. Kelasku masih sepi rupanya, aku menuju bangku tempat dudukku. Benar saja masih sepi, kulirik jam tanganku dan ternyata ini masih pukul 6 pagi. Aku terpaksa berangkat sangat awal pagi ini, aku lelah berada di rumah dengan semua pikiran yang berputar pada satu masalah saja. Rasanya, membosankan.

Aku memutuskan untuk menelusupkan kepalaku dalam lipatan tangan yang sudah aku buat dimeja. Di detik itu, mataku menerawang jauh bagaimana jadinya jika aku menolak perjodohanku dengan Dika. Apa kabar dengan perusahaan papa? Tetapi, apa kabar dengan masa depanku?

Bukan aku menyesali setiap jalan hidup yang Tuhan pilihkan untukku. Aku masih harus bersyukur, karena aku yakin dibalik semua itu, ada rencana Tuhan yang indah dan mungkin sudah dipersiapkan untukku.

Entah sudah berapa lama aku merenung dan memejamkan mataku. Saat sebilah tangan menepuk pundakku, aku cukup terhenyak. Kemudian, aku mendongakkan kepalaku. Benar saja, itu Ashla yang baru saja tiba. Keadaan kelas yang tadi hanya ada aku, dan segerombolan makhluk alam lain, kini menjadi ramai. Dan aku tidak menyadarinya. Hei, apa aku tertidur!?

"Baru sampe lo?", itu pertanyaan basa-basi.

"Udah dari dua menit yang lalu", katanya sambil menempatkan tubuhnya menjadi posisi duduk.

"Gue pengen curhat sama lo, boleh?"

"Boleh dungggg. Mau curhat apa princess-nya Dika?", tanyanya memposisikan tubuhnya menghadap sepenuhnya ke arahku.

"Dika mau ke luar negeri, sementara tadi pagi gue baru aja nerima perjodohan kami", kataku benar-benar tak semangat.

"Jodoh? Perjodohan? Ke luar negeri? Lo ngomong apa sih? Gue nggak ngerti", tanggap Ashla dengan gelagatnya yang bingung akan semua penuturanku.

"Maaf karena gue belum sempet ceritain ini sama lo. Sejak gue masih SMP ternyata gue udah dijodohkan sama Dika"

"Hah!? Lo--"

"Bentar, gue lanjutin dulu. Baru lo boleh nyela. Gini, karena perusahaan papa gue di ambang bangkrut, ya bisa dikatakan hampir lah. Papanya Dika nawarin kerja sama, dengan syarat anaknya dijodohkan sama gue. Dan anaknya itu.. "

"Dika?"

"Iyaa"

"Gue nggak ngerti harus ngomong apa lagi. Ini semua di luar yang gue kira. Gue nggak pernah ngira, kalo kalian itu, dijodohkan"

"Maaf, baru cerita ini sama lo"

"Nggak apa kok. Terus, gimana sekarang? Dika mau ke luar negeri?"

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang