#12

82 11 0
                                    

"Aku tahu selalu ada duka yang datang di antara kita. Tapi akankah kau menyerahkan rasamu semudah itu? Sebesar itukah rasa cintamu untukku?"

"Kebahagiaanku itu sederhana. Cukup lihat kamu senyum sama tertawa. Tapi sayang banget, senyum dan tawamu bukan karena aku"

"Kok lo jadi alay ya?"

"Halah, dari dulu juga lo pengen dapat alay yang beginian dari gue kan?"

Bita memutar bola matanya dengan malas mendengar celotehan Dika. Walau dalam hatinya perasaan mendesir masih sangat jelas terasa. Matanya memang diputar dengan malas, tapi pipinya merah sempurna. Dika itu somethingnya Bita, dengan begitu mau sekeras apapun membunuh perasaan sendiri saat yang diberi perasaan membuatnya melayang, ya jelas gagal rencana.

Malam tadi entah kesambet setan mana, tiba tiba Dika mengirim chat kepada Bita. Awalnya hanya basa basi kelas, guru, pelajaran, tapi lama-lama jadi tukang gombal. Bita sampai melayang di buatnya. Sampai ia rela tidur hingga larut malam. Sungguh sebuah keajaiban bagi Bita. Hal yang ia tunggu-tunggu selama ini. Kalau dulu Bita yang basa basi chat, menunggu balasan sampai ketiduran. Belum tentu juga besoknya di balas. Sekarang, tanpa topan tanpa badai chat darinya datang begitu saja.

(Flashback)
Kemarin sehabis Adelle mendapat celotehan lebih tepatnya perintah yang sangat menyakitkan dari sahabatnya sendiri, Ashla, ia berjalan menunduk membiarkan helaian poni menutupi matanya. Bukan karena apa, tapi ia tak kuasa menahan air matanya yang terus mendesak keluar. Setetes demi tetes ia hapus dengan punggung tangannya, rasanya ia ingin cepat cepat pulang dan mengurung diri di kamar.

Buggh

Adelle mendongakkan kepalanya, melihat wajah seseorang yang barusan ia tabrak dadanya. Wajahnya terlihat buram, karena genangan air matanya. Dengan cepat, ia menghapus genangan itu dan sekarang terpampanglah dengan jelas siapa orang di hadapannya saat ini. Orang yang sebenarnya sudah Ashla rencanakan untuk Adelle jauhi.

"Kenapa?"

Tanpa peduli dengan pertanyaan Dika, Adelle berlalu meninggalkannya. Tangan kekar Dika mencekal pergelangan tangan Adelle. Membuat gadis itu berhenti.

"Kenapa?", suaranya agak meninggi tak sabar menunggu jawaban.

"Nggak papa", jawab Adelle tak minat.
"Kenapa nangis?"

"Dell?", ulang Dika sembari melambaikan tangan di depan wajah Adelle yang menunduk.

"Lo tuh kenapa sih Dik? Nggak peka apa? Gue lagi nggak mau di ganggu, gue mau sendiri!", bentak Adelle, menggigit bibir bawahnya menahan air mata yang sudah mendesak keluar. Bukan karena ia tidak suka melihat Dika di hadapannya, namun, ia tak bisa membentak orang di hadapannya saat ini.

"Ya tapi kenapa? Lo habis di apain sama Ashla? Suruh ngejauhin gue karena dia suka sama gue?? Iya?!"

"Lo kok jadi bentak gue? Dan, kenapa harus menyangkutkan Ashla, nggak ada sangkut pautnya sama dia!"

"Ya terus kenapa?"

"Lo mau tahu kenapa?"

Dika menganggukkan kepala sangat ingin mengetahui jawaban yang akan di lontarkan Adelle.

"Karena gue capek, jenuh, males ketemu, ngomong, marah marah sama lo! Gue udah muak, karena lo, gue nggak bisa sahabatan lagi dengan Ashla. Jadi biarin gue sendiri, paham?!!", mata Adelle sudah memerah menahan genangan air mata.

Pegangan tangan Dika mengendur mendengar penjelasan Adelle. Benarkah ia penyebabnya? Dia sayang pada Adelle yang tidak sengaja sama dengan sayang Ashla padanya. Tapi, apakah itu kesalahan? Orang bilang, jatuh cinta itu wajar, tak pernah ada yang menyalahkan, lalu ini apa? Remaja merasakan cinta itu wajar, tapi kalau sampai obsesi, bisakah itu dikatakan wajar?

Hujan tak selalu mendengar panggilan katak, angin pun tak selalu menjadi penyebab gugurnya daun. Ini bukanlah takdir. Ini hanya sebuah teori yang terlintas di benak manusia. Hanya sebuah pemikiran yang entah mengapa sama dengan nasibnya. Nasib yang tak berpihak padanya.

Dalam dunia ini, teori akan muncul dengan satu kata tanya 'Mengapa?' dan sekarang ia juga ingin teori dari kata mengapa nya muncul. Dan pertanyaan itu adalah, "Mengapa ia tak ditakdirkan untukku?"

Saat itulah, awal dari kerenggangan hubungan 2 insan manusia itu. Penyebabnya tidak rumit untuk dimengerti, hanya ingin menjaga perasaan satu sama lain. Karena tanpa mereka sadari, mereka percaya, mencintai tak harus memiliki. Cukup, menjaga hati sudah lebih dari cukup.

"Dell", teriak Dika memanggil wanita yang melangkah menjauh darinya. Orang yang ia panggil, berhenti pada tempatnya.

"Kalau seumpama gue jadian sama Bita. Lo.. terima?", kata Dika dengan nada suara bertanya namun menantang.

"Kok lo tanya gue? Emang ada hubungannya sama gue? Jadian ya jadian aja. Apa hak gue larang lo?!", mata merah Adelle menyiratkan ia memang sudah tak tahan menumpahkan air matanya.

Sebenarnya, hanya dia yang tahu, bahwa ada sesuatu yang ia patahkan sendiri jauh di dalam dirinya. Hatinya.

Bukan karena apa Dika menanyakan sesuatu yang ia sendiri tahu sangat bertentangan dengan hatinya. Hatinya menginginkan Adelle, tapi apalah daya bila orang yang ia inginkan tak pernah melihat kearahnya. Tak pernah menjawab panggilan hatinya. Tak pernah ingin mengerti bila ia ingin melihat senyuman dari wajahnya. Ternyata, pertanyaan yang sekaligus membuktikan perasaannya telah dijawab dengan sirat mata keyakinan. Sayangnya, jawabannya tak sama dengan apa yang ia prediksi. Apa yang ia rasakan berbanding terbalik dengan peraaan hatinya. Bukan maksud ingin menghakimi hati orang lain, tapi kalau sudah tak bisa di harapakan, mau bagaimana lagi?

Azka Aldric Riandika, cowok tampan, kaya, atletis, menyerahkan hati dinginnya kepada Adelle. Seorang Dika yang tak pernah peduli dengan yang namanya cinta. Kini, ia sedang galau karena cinta.

(Now)

"Lama banget balesnya?", sudah hampir 10 menit Dika melamunkan kejadian kemarin. Mungkin karena terlalu mendadak, tanpa persiapan untuk membuat pertahanan baru. Dika itu laki laki tapi juga manusia biasa. Dan wajar kalau manusia sepertinya galau. Benar kan?

"Sorry, tadi bantuin mama😅"

"Rajin bener lo, jarang banget ada anak yang bantuin mamanya, apalagi lo kan cowok😂"

"Gantian lah, mama kan juga punya capek. Kalo bukan kita yang mau mengerti, siapa lagi?😇😇"

"Bener juga tuh, btw, emot lo nggak nguatin 😂"

"Anggap aja lo emang bener lagi chatting sama calon malaikat hati lo :v"

"Yakali malaikat punya hp?😂😂"

"Ini ada, gue, calon malaikat hati lo"

"Baper bang", memang benar Bita sekarang ini sedang terbang dalam imajinasinya. Benar benar melayang, hatinya bergetar melihat setiap kata balasan chat dari Dika, apalagi Dika menyebut dirinya sendiri sebagai calon malaikat hatinya. Pipi chubbynya memerah, senyum senyum kecil terus terukir di bibir mungilnya. Sesekali ia berguling diatas tempat tidurnya, tak tahan dengan kata kata gombal Dika.

Sementara yang sedang di imajinasikan, membalas chat tanpa minat, bisa dikatakan ini posisi Bita saat ini hanyalah... Tempat singgah

Dudududu
Vomment guys 😘😘

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang