#26

23 1 0
                                    

"Rasanya, aku ini benar-benar seorang pengecut bukan? Tapi, sudikah kesempatan kedua itu hadir kembali untukku?"

"Halo del?", panggilan Dika terhubung setelah puluhan kali men-diall nomor gadis itu.

"Del? Halo? Lo denger gue?", Tapi tak ada jawaban.

"Oke gini aja, gue mau jelasin semuanya. Semuanya. Lo cukup denger aja. Ya?"

"Gue gak bermaksud buat khianatin lo del. Gue sama Ashla gak ada apa-apa selain kita mau kasih lo surprise"

"Gue gak pernah pergi ke luar negeri. Iya, itu bener. Gue bohongin lo. Iya, itu bener. Tapi gue punya alasan buat semua itu"

"Dan itu yang sampe sekarang lo belum sadar. Gue mau, lo mau sama gue karena memang itu keinginan lo. Gue kasih lo waktu seminggu, tapi nyatanya gak ada perubahan sama sekali. Gak ada keinginan lo buat cari tau gimana keadaan gue"

"Its okay. Gue maklum kalo cewek punya gengsi yang lebih tinggi. Karena itu kita bikin rencana biar lo cemburu. Dan ini belum sepenuhnya berhasil del"

"Please, maafin gue. Kasi gue kesempatan lagi. Maafin gue"

"Sorry, gue ga bisa"

Selesai.

Dan,  panggilan terputus sepihak. Sebenarnya Adelle bukan tipe cewek yang memang benar-benar berhati batu. Berlagak tidak peduli, atau apa adanya. Bukan, dia sama seperti gadia lainnya. Melankolis, pencemburu, juga untuk menaklukkan hatinya tidak terlalu sulit. Setelah panggilan itu, ia menangis. Tidak menduga bahwa Dika telah mempersiapkan semuanya. Dia merasa kasihan pada dirinya. Tidak pernah peka dengan keadaan sekitar. Yang Adelle takutkan sekarang ialah, bagaimana kalau Dika akhirnya berpaling darinya? Bagaimana kalau akhirnya Dika berhenti menyukainya? Dan, Bagaimana... bagaimana jika akhirnya Dika memilih Ashla? Ah, tidak! Tidak menutup kemungkinan untuk itu juga.

================================

"Drama kisah romansa remaja nggak akan jauh-jauh alurnya. Kalau udah ketemu, muncul rasa tertarik, akhirnya pacaran, kalau ada lainnya yang lebih menarik, maka akhirnya putus. Galau. Begitu aja seterusnya", kata Bita lalu menyeruput es teh di depannya.

"Jadi?", tanya Adelle menaikkan sebelah alisnya.

"Ya gitu", jawab Ashla seadanya.

"Apaan sih? Bukannya kasih solusi kek"

"Semua fase itu kalau dilihat sebelah mata, gampang banget kan? Tapi buat ke fase jadian itu pasti salah satu atau mungkin keduanya. Maksud gue, kalian ya, yah berjuang banget"

"Kayak yang dilakuin Dika itu, menurut gue itu manly banget sih. Dia tipe orang yang niat tau. Ambil resiko gitu demi orang yang gak pekaan kayak lo"

"Lo jangan gitu dong. Gue kan jadi tambah merasa bersalah", Adelle menurunkan arah pandangnya, dan tangannya sibuk mengaduk-aduk es jeruk.

"Hehe, gini-gini. Kalo lo takut Dika stop di sini, sekarang gantian lo yang berjuang dong", kata Bita membuat Adelle sedikit terbatuk.

"Gue? Tapi gue- "

"Gengsi? Wajar sih, cewek. Yang gue maksud berjuang bukan berjuang macam Dika gitu. Yang biasa-biasa aja lah. Kasih dia kesempatan lagi misalnya, lo bilang dia minta itu kan?"

AdelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang