- Still Niall pov -
Brugg.
Terdengar suara hantaman keras dari jalanan. Aku menoleh ke jalan itu.
" Astaga!! Barbara!! " Barbara tertabrak oleh sebuah mobil. Aku menghampiri nya. Kepalanya berdarah, dan badannya sudah tidak berdaya.
" Kumohon Barbs. " Ya tuhan, aku hampir menangis. Aku menepuk pipi Barbara. Dia belum sepenuhnya menutup matanya.
Barbara tersenyum kecil padaku, lalu menutup matanya. Darahnya terus mengalir. Mobil yang menabrak Barbara tadi langsung melaju pergi.
" Sialan kau, bajingan!! " Teriakku pada pengendara mobil itu. Aku tau dia tidak akan mendengarnya.
" Apakah berguna kalian menatap Barbara seperti itu? Kalian ingin Barbara mati?! " Teriakku lagi pada orang-orang yang hanya melihat kecelakaan ini, tanpa membantu.
" Ya tuhan!! Untuk apa orang tua kalian, menyekolahkan kalian?! Bodoh!! "
Aku mengangkat Barbara dan membawa nya ke mobil. Seharusnya memakai ambulance, agar ditangani terlebih dahulu. Tetapi, jika memanggil ambulance akan memakan waktu lebih lama.
Sesampainya di rumah sakit, aku menggendong Barbara dan memberikan nya kepada dokter.
" Tunggu disini. " Ucap sang dokter.
Barbara dibawa ke ruang ICU.
" Aku pamit. " Kata kata itu selalu ada di pikiranku.
Pamit dalam artian apa?! ya tuhan.
Aku menutup kedua wajahku dengan kedua telapak tangan ku.
Beberapa menit kemudian, dokternya itu keluar. Aku langsung berdiri dan menghampiri sang dokter.
" Dimana keluarga nya? " Tanyanya.
" Saya sahabatnya. "
" Barbara terkena benturan yang cukup keras, sehingga terjadi pendarahan pada otaknya. Kemungkinan keselamatan nya hanya 1 %. Dan kemungkinan juga, jika Barbara sadar, dia akan kehilangan separuh ingatannya. " *Ah si anj ga ngerti. Kalau salah jangan salah jangan di judge ya✌ . Masih SMP kelas 7, kan belum tau ginian. Pendarahan pendarahan kaya gitu, tau dari google.
Deg.
" Maaf, tapi tuhan yang menentukan umurnya. " Ucapku.
" Itu hanya kemungkinan. "
" Kau menginginkan dia meninggal? " Aku menaikkan satu alisku.
" Ini perkiraan. "
" Apa maksudmu berbicara seperti itu?" Aku menarik kerah baju sang dokter.
" Jika kau tidak tau apa-apa, diam lah. Anak kecil. " Dokter itu melepaskan tanganku dari kerah bajunya.
Aku berjalan ke arah pintu ICU.
" Eh stop. Pakai ini. " Ucap sang suster. Dia memberikan gaun protektif pembesuk ICU
Aku memasuki ruangan ICU itu. Terdapat Barbara yang terbaring lemah, tidak sadarkan diri. Ada alat monitoring, selang infus, ventilasi mekanik ventilator, dan lain lain.
Aku tidak bisa melihat nya seperti ini. Tak terasa, aku meneteskan air mataku.
Kata kata " Aku pamit. " itu masih terbayang.
Aku mendekati Barbara.
" Aku tau kau bisa melawan semua ini. Aku tau. Aku yakin kau akan selamat, tuhan menyayangi mu. " Aku mengelus rambut Barbara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone • niall h
FanfictionTidak perlu menjadi baik untuk dicintai. Semua orang berhak dicintai, tetapi semua orang juga berhak untuk tidak mencintai. Cinta yang dipaksakan tidak akan menimbulkan sebuah kebahagiaan. - Barbara Palvin - Mencintai dan menyayangi itu berbeda. Jan...