30

72 5 4
                                    

"Zayn Javadd Malik?" Panggil seorang pria yang bisa dibilang cukup tua dengan jas putih itu memanggil nama Zayn yang sedang mencoba untuk tidur di ruangan rawat Emma.

"Yes?"

"Bolehkah aku mengatakan sesuatu?" Tanya pria yang biasa disebut dokter itu.

"Yeah sure."

Dokter itu berdehem dan menarik sebuah bangku ke sebelah Zayn. "Mr.Watson sudah tiba di London. Dia berasal dari Paris dan Emma pergi ke London dikarenakan pendidikan. Jadi kumohon kepadamu untuk menjelaskan semua yang terjadi kepada keluarganya agar kau tidak disalahkan karena kau adalah orang paling dekat dengannya di London. Baiklah aku harus pergi, selamat malam."

Zayn mengangguk dan kembali mencoba untuk tidur setelah pintu benar-benar tertutup.

Namun suara pintu terbuka membuat Zayn kembali menegakan badannya.

Mr.Watson dan Mrs.Watson bersama seorang remaja.

Dengan seenaknya, sebuah pukulan keras mendarat di pipi Zayn oleh remaja itu. Zayn hanya diam karena ia merasa pantas mendapatkan itu.

"Hey sudah. Jangan pukuli dia, dia tidak bersalah." Mrs.Watson menarik tangan remaja yang mungkin adalah anak pertamanya menjauh dari Zayn.

"Aku kekasihnya." Ucap Zayn membuat Mr.Watson tersenyum begitupun istrinya yang ikut tersenyum.

"Aku mengenalnya di kelas musik, dan kita mulai dekat di perpustakaan. Namun ada suatu kejanggalan yang aku tidak ketahui. Emma ikut aku ke rumah sakit untuk menemaniku, lalu
tiba-tiba ada seorang pasien dan pasien itu adalah Emma. Dia sedang koma, namun sebuah sosok seperti Emma selalu mengikuti ku dan dia selalu melarangku untuk berbuat kesalahan. Aku tidak tau, sir." Ucap Zayn panjang lebar.

"Jadi?" Tanya remaja itu meminta penjelasan.

"Aku harus pulang Mr.Watson, terimakasih." Tanpa menghiraukan pertanyaan remaja itu, Zayn keluar dari ruangan rawat Emma dan memutuskan untuk pulang.

***

"Orang tua dan kakaknya sudah datang. Aku sudah menceritakan semuanya dengan sebuah hadiah tinju dari kakaknya itu." Ucap Zayn kepada kedua sahabatnya yang sedang menatapnya dengan tatapan kasihan.

"Miris sekali kisah cinta mu dengan Emma." Ucap Niall seraya menepuk pundak Zayn pelan.

Tiba-tiba Barbara merasakan sebuah tangan dingin yang menimpa tangannya dan itu berhasil membuatnya diam terpaku.

"Astaga," Ucap nya pelan sambil menarik tangan kanannya yang tertimpa oleh tangan dingin dan pucat itu.

Kepalanya menoleh dan menemukan sosok Emma yang tersenyum masam dengan wajah pucatnya.

"Ada apa Barbara?" Tanya Niall.

"Kisah cintaku dan Zayn tidak se-miris yang kau bayangkan. Aku akan bahagia bersama nya suatu saat nanti." Bisik sosok Emma itu di telinga Barbara.

"Niall yang mengatakannya, bukan aku!" Karena kesal, Barbara akhirnya membentak sosok Emma itu dan membuat sosok Emma itu sedikit tersentak.

"Maaf." Sosok Emma menyatukan kedua tangannya seperti orang yang sedang meminta maaf. Lalu ia menghilang.

Barbara memukul lengan Zayn cukup keras dan beranjak dari sofa empuknya itu.

Yang Barbara ingin lakukan sekarang adalah pergi ke rumah sakit dan menemui tubuh Emma yang arwahnya membuat dirinya hampir menjadi gila.

Ia meraih mantel yang tergantung.

"Niall, antar aku ke rumah sakit."

"Tapi—"

Friendzone • niall hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang