1. Hari sial (Mara)

331 53 35
                                    

Author

"...Aku suka hujan. Karena aku suka melihat mereka mengalir diatas daun. Dan Aku bersyukur, karena malam ini sedang turun hujan, pasti akan banyak genangan air di pagi harinya."

Setelah menulis diary-nya, gadis yang bernama Mara tersebut menutup kembali diary-nya lalu beranjak dari balkon kamarnya. Sekarang Mara harus beristirahat, karena besok adalah hari pertama Mara bersekolah di SMA yang baru. Sebelum pindah ke Jakarta, Mara tinggal di Bali. Karena ingin tinggal bersama sang kakak, terpaksa pula Mara pindah ke Jakarta dan sekolah di sana.

Dan besok adalah pengalaman barunya saat di Jakarta.. "Welcome Jakarta" gumam Mara sebelum ia benar-benar menutup matanya.

.

Aneh, sudah pukul 06.15, tapi pagi masih terlihat gelap. Mungkin awan hari ini sedang mendung. Belum ada satu pun orang yang keluar dari rumah mereka. Begitu pun dengan Mara, dia masih tertidur pulas di ranjang barunya. Tapi tidak, saat alarmnya berbunyi.

Krriiing....

Mara bangun sambil meraba-raba alarmnya yang berada di atas nakas lalu melihatnya. Seketika itu juga mata Mara langsung membulat. "ya ampun, aku kesiangan" Mara pun langsung beranjak dari tempat tidurnya. Ia segera berlari ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya—mandi.

Rumah besar bertingkat dua yang di dominasi warna putih abu itu, membuat teriakan Mara sangat menggema di sudut ruangan rumahnya. Mungkin itu akibat ruangannya masih belum banyak barang-barang. Jadi teriakan Mara itu semakin menjadi-jadi.

Tapi, Mara tampaknya tidak khawatir teriakannya terdengar oleh sang penghuni rumah selain dirinya. Pembantu di rumah pun masih berkutat di dapur. Sedangkan Kakaknya–Reza–masih terlelap di alam mimpinya. Jadi, tidak ada gunanya Mara khawatir.

Selanjutnya, Mara langsung pergi ke depan kompleks untuk menunghu angkutan umum yang lewat. Meski baru pertama kali sekolah, Mara sudah hafal jalan ke arah sekolahnya. Pasalnya, kemarin sore ia memaksa kakaknya supaya mengenalkan sekolah barunya.

****

6.40 am

Kini matahari perlahan sudah mulai menampakan wujudnya. Tapi, seorang gadis yang kini sudah siap dengan seragam sekolahnya masih berdiri di halte bus. Dengan posisi duduk yang menghadap ke arah genangan air yang tercipta oleh tetesan air hujan kemarin malam. Entah apa yang sedang ada di pikirannya. Tapi Mara sangat menikmatinya. Tak lama, saat motor sport berwarna hitam melintas di hadapannya. Dengan kecepatan yang di atas rata-rata, mengakibatkan genangan air itu menciprat begitu saja ke arah Mara yang sedang memandang genangan air tersebut.

Memang tidak kotor. Tapi sebagian seragam milik Mara basah terkena air jalan itu.

Mara langsung berdiri dari duduknya, "OI! HATI-HATI DONG! UDAH TAU ADA GENANGAN AIR, KENAPA GAK DI PELANIN?! BAJU GUE JADI BASAH NIH!" Mara berteriak sekencang mungkin. Berharap pengendara motor sport itu mau bertanggung jawab atas ulah tidak sopannya itu.

Alhasil motor sport itu berhenti, lalu sang pengemudi melirik ke arah Mara yang sedang berdiri di tiang halte. "SORRY CANTIK!! SAYA LAGI BURU-BURU. NANTI DI LANJUT LAGI YA NGOBROLNYA." balas sang pemilik motor sport tersebut. "OH YA, MAKASIH UDAH MAU PERHATIAN SAMA SAYA!" tambahnya sebelum pengemudi motor itu pergi kembali membelah jalan raya dengan kecepatan di atas rata-rata.

'Apa?? Ngobrol?perhatian?' batin Mara bertanya-tanya. "OI.. SIAPA YANG NGAJAK LO NG..ngobrol?" teriaknya lagi setelah sadar apa maksud dari sang pengendara motor sport tadi. Tapi, tak ada gunanya. Motor sport berwarna hitam tadi sudah terlanjur menghilang.

****

Setelah turun dari angkutan umum, Mara langsung berlari sekencang mungkin. Layaknya seorang pelari marathon yang ingin mencapai area finish dengan cepat dan tepat. Mara melihat arloji miliknya yang terpasang manis di tangan kirinya. "Satu menit lagi bel," ujarnya yang semakin mempercepat larinya.

Mara tak bisa membayangkan kalau saja hari pertamanya masuk, ia sudah mendapatkan hukuman akibat terlambat masuk gerbang.

Teengg...

Tepat saat kedua kaki Mara menapak di lantai sekolah, bel sudah berbunyi.

'Syukurlah aku tepat waktu' batinnya. Saat Mara akan meneruskan langkahnya dengan keringat yang perlahan meluncur mulus di pelipisnya dan nafas yang masih terasa naik-turun, seseorang memanggilnya dari arah belakang.

"Mara!!" panggil seseorang tersebut.

Mara perlahan membalikkan badannya ke belakang meski dengan dada yang masih berdegub menstabilkan nafasnya. Mara bisa melihat seorang guru yang kini akan menghampirinya. Mara harus mulai memasang senyumnya. Ingat Mara! Senyummm. Batin Mara bersorak ria menyemangati dirinya sendiri.

"Kamu Mara kan? Mara Quinsha? Murid baru pindahankan?" tanya seorang guru wanita yang Mara ketahui namanya itu Rahmi, S.pd melalui name-tag milik guru tersebut.

"Iya bu" jawab Mara sambil tersenyum ramah.

"Dan sekarang kamu ikut saya untuk perkenalan di kelas baru kamu" jelas Ibu Rahmi.

Setelah di perintah oleh bu Rahmi, akhirnya kini Mara bisa mulai belajar di kelas barunya, XI IPA-1. Setelah memperkenalkan namanya di depan kelas, Mara di persilahkan duduk di bangku paling pojok belakang bersama dengan seorang siswi perempuan yang bernama Khatjima.

Baru saja masuk kelas baru dan berniat untuk belajar, hari ini kelas XI IPA-1 sedang free class. Mara mendesah. Rasanya capek sekali jika harus melihat keadaan kelasnya yang sedang ribut.

"Mar?" tanya Khatjima tiba-tiba.

"Hah? Eh, kenapa?" tanya Mara gelagapan saat Katjima–teman sebangkunya–memanggil namanya.

"Eh, enggak. Hehe.." jawab Katjima sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal–ia salah tingkah sendiri.

****

Bad Boy GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang