9. Persiapan study tour ke Bali

149 25 5
                                    

Pengumuman dadakan yang di adakan sepulang sekolah membuat murid SMA Garuda, terutama kelas XI dan XII belum juga pulang. Keadaan lapang di siang hari sangatlah panas. Hampir--malah bukan hampir lagi--semua murid kepanasan, termasuk Mara. Dia kini berada di tengah lapang, karena bagian sisi lapang yang teduh sudah di penuhi oleh kakak kelasnya.

Semua orang yang berada di tengah lapangan, satu persatu mulai bertingkah. Bermaksud mengatasi panas yang menyengat. Ada yang memakai topi, ada yang mengipas-ngipasi wajahnya dengan buku, mengangkat tas ke kepala, dan ada juga yang berteduh di balik bayangan murid yang sedang berdiri. Mara juga ingin melakukan hal yang serupa, tapi saat meraba-raba tasnya untuk mencari topi, benda tersebut malah tidak ada.

Saat Mara mulai pasrah dengan panas yang menyengat, tiba-tiba tubuhnya terasa teduh seketika. Siapa yang neduhin gue? Fikirnya. Ketika hendak menoleh, seorang pria berdiri di sebelahnya sambil mengangkat payung yang di pegangnya.

"Damar?!" Mara tak menyangka. Kini yang sedang memayungi dirinya adalah Damar. Seorang Damar Zulam memayungi seorang Mara? Kini Mara dan Damar menjadi pusat perhatian semuanya.

"Lo kepanasan ya?" tanya Damar kepada Mara saat kedua mata mereka bertemu. "Eh, ngapain lo di sini?!" tanya Mara. Karena risih, ia mundur satu langkah dari Damar.

"Mau mayungin lo!" jawab Damar santai. Raut wajah Damar sangat-sangat santai. Ia sama sekali tidak risih saat semua orang mulai menatap Damar dengan tatapan iri. Pasalnya, Damar juga banyak di kagumi para kaum hawa. Sebelum Mara datang ke SMA Garuda, Damar tak kelihatan jika sedang dekat dengan seorang perempuan apalagi berpacaran. Tapi, semenjak kedatangan Mara ke SMA Garuda, hampir semua orang bisa melihat kedekatan Damar dan murid baru itu. Rata-rata yang menatap Damar itu dengan tatapan yang iri. Karena apa? Tak sembarang perempuan yang bisa dekat dengan Damar.

"Payungin aja diri lo sendiri. Kenapa harus mayungin gue?" tanya Mara. "Ya.. Karena gue gak mau lo kepanasan aja." jawab Damar, membuat kedua bola pipi Mara berubah warna. Mara mencoba untuk menyembunyikannya dari penglihatan Damar. Tapi, Damar terlanjur mengetahuinya.

"Cie.. Cie.., Damar mayungin doi!!!" serobot Fatra tiba-tiba. "Sekalian aja pake jas ujannya Dam!" lanjut Raka so polos tanpa melirik ke arah Damar dan Mara berdiri. Dalam sekejap, anggota geng Damri pun tertawa. Bahkan teman terdekat Mara pun ikut-ikutan tertawa. Ini wajar, karena hanya Damar dan Mara saja yang memakai payung di tengah-tengah kerumunan orang-orang. Tapi anehnya, ide konyol Damar memakai payung di bawah terik matahari mulai di copast oleh murid lainnya yang juga membawa payung.

"Dam, ide gila lo di copast juga ya!" ujar Fatra. "Ya iyalah! Gue kan pinter" jawab Damar dengan dagu yang di angkat a.k.a sombong.

Suasana pun berubah hening saat bapak kepala sekolah mengetuk-ngetuk microphone. Pengumuman yang berisi tentang study tour ke Bali itu di mulai. Acara study tour ini biasa di adakan 2 tahun sekali. Dan bisa di adakan di akhir tahun. Bermaksud tahun baruan bersama di tempat tujuan.

****

"Nunggu angkot Mar!?" tanya seseorang kepada Mara yang tengah duduk sambil mengayun-ayunkan kakinya di halte depan sekolah. Mara pun menoleh dan ia mendapati wajah Damar yang tanpa dosa langsung duduk di samping Mara. Damar lagi! Damar lagi! Keluh Mara dalam hati. Merasa suasana menjadi hening, Mara buru-buru mengangguk.

"Kalo gitu, bareng gue aja yuk?!" ajak Damar dengan alis yang terangkat naik-turun. "Gak deh" tolak Mara lembut.

"Udah, ikut aja. Lagian jam segini mana ada angkot?" mendengar pernyataan Damar, Mara langsung melirik arjoli yang terpasang manis di tangan kirinya. Pukul 16.00, memang benar saja pernyataan dari Damar. Pantas, sedari tadi Mara tidak melihat angkot yang lewat. Toh ini sudah sore.

"Jadi ikut gak?" tanya Damar. Mara pun dengan berat hati mengangguk dan langsung mengikuti langkah Damar menuju motornya berada.

"Udah siap?" tanya Damar saat merasakan tangan Mara di atas punggungnya. Mara mengangguk, dan Damar pun mulai melajukan motornya.

Keahlian Damar melajukan motor dengan cepat, membuat Mara semakin erat berpegangan pada tas punggung Damar. Sedangkan Damar yang sedari tadi melihat tingkah Mara lewat kaca spion hanya terkekeh dan semakin melajukan motornya lebih cepat lagi.

Bukannya mengantarkan Mara ke rumah, Damar malah menepikan motornya di depan supermarket.

"Kok berhenti di sini sih Dam?!" tanya Mara kebingungan. Damar tidak menjawab pertanyaan dari Mara. Ia malah menarik tangan Mara lalu membawanya masuk ke dalam supermarket tersebut. Mau ngapain?! Tanya Mara dalam hatinya. Tapi Mara malah menurut saja dengan Damar.

Sesampainya di Dalam, Mara malah seperti seorang pembantu. Dia membuntuti Damar dari belakang sambil mendorong troli. Sedangkan Damar malah asik memilih-milih dan memasukan apa yang ia pilih ke dalam trolinya.

"Lo mau apa Mar?!" tanya Damar tiba-tiba. "Eh.. Gak usah!" tolak Mara kaku.

"Udah, lo jangan malu-malu. Gue tau kok kalo lo lapar. Ambil aja" ucap Damar santai. Sambil kembali memilih-milih snack yang ia inginkan.

"Dam, ini semua buat apa?" tanya Mara di sela-sela memilih makanan yang akan ia pilih.

"Buat besok. Kita kan mau study tour. Nah semua makanan ini tuh buat besok." ucap Damar sambil memasukan 2 bungkus snack berukuran jumbo.

Mara hanya mengangguk lalu ia menarik sebungkus wafer rasa vanilla dan memasukannya ke dalam keranjang. "Apalagi Mar? Ambil aja semau lo" ujar Damar yang masih terfokus kepada makanan pilihannya.

"Udah deh itu aja."

Troli yang di dorong Mara mulai terisi penuh. Tapi, Damar belum juga berhenti memasukan makanan yang ia inginkan. Tapi, setelah memilih 2 bungkus ice cream, Damar mendorong trolinya menuju kasir untuk di bayar.

"Dam, lo yakin bisa bayar semua ini?" tanya Mara ragu-ragu ketika kedua matanya melihat troli yang di dorong Damar sudah penuh dengan makanan yang Damar pilih.

"Tenang aja.. Percaya sama gue!" jawab Damar santai.

"Lo dapet uang dari mana?" tanya Mara.

"Minta."

Mara melongo. "Emang di kasih?" tanya Mara ambigu.

"Apa sih yang gak bisa Damar dapetin!?" Jawab Damar dengan seribu kepercaya diriannya.

****

Sempainya di rumah Mara, "masuk dulu Dam?!" ajak Mara setelah melepas helm milik Damar.

"Lain kali aja deh Mar. Gue masih ada urusan, gak papa kan? Gue titip salam aja sama kak Reza" Jawaban Damar di hadiahi anggukan dari Mara. Damar pun kembali melajukan perjalanannya entah kemana.

"Damarnya gak di ajak masuk Mar?"

...

Bad Boy GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang