2. Ollaf-nya Damar

233 45 32
                                    

Author

"Guys, gue denger-denger ada murid baru di sekolah kita" jelas Ozi yang nama aslinya tuh Arif Alfarex. Tapi Damar selalu manggilnya Ozi. Entah kenapa panggilan itu semakin menjadi-jadi. Terkadang juga sering pake embel-embel babang.

"Siapa? Cewek, cowok?" Tanya Raka yang langsung semangat 45 kalau membahas cewek-cewek. Apalagi yang cantik. Secara dia jomblo guys!

"Gue denger sih cewek," jawab Ozi santai sambil mencomot goreng pisang yang entah milik siapa.

"Wah seru tuh. Dam–"

"OZII ITU PUNYA GUE! KENAPA LO MAKAN?!" Seketika keadaan menjadi hening. Semua pasang mata kini menatap ke arah Vuzi yang tiba-tiba menggebrak meja sambil berteriak tidak jelas.

"Oh gue gak tau. Gue keluarin lagi deh" Ozi mengangguk-ngangguk bersiap untuk memuntahkan lagi makanan milik Vuzi yang tidak sengaja ia makan.

"JANGAN!" Cegah Vuzi sambil menahan wajah Ozi dengan tangannya.

"Oke"

"Ngomong-ngomong Tresna sama Dava kemana?" Tanya Damar tiba-tiba.

"Gak sekalian lo tanyain si Fatra?" Tanya Raka.

Damar menggeleng, "gue gak kangen dia" Damar mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin. Mencari 2 makhluk-ralat-3 makhluk yang belum bergabung dengannya.

"ANJIR! SI ALDO NGONDEK TUH!" Ucap Raka heboh sendiri sambil menunjuk ke arah seorang laki-laki yang sedang berjalan menuju kantin. Dan yang paling parahnya, laki-laki yang bernama Aldo tersebut sedang mengipasi wajahnya dengan kipas lipat.

"Goblok. Secara dia kan cowok. Kenapa jasadnya cewek?" Tanya Damar di barengi gelak tawaan teman-temannya.

"Banci," cibir Ozi yang masih setia memakan goreng pisang milik Vuzi. Vuzi sedari tadi sudah mengamuk meminta ganti rugi, tapi Ozi mengancam dengan cara "gue bilangin sama si Aninda kalo lo kere. Mau?" Vuzi akhirnya mengalah dan membiarkan Ozi memakannya sampai habis. Secarakan Aninda itu gebetannya Vuzi. Kalo Vuzi kere, mau di taro di mana itu muka?

"ALDO, NGAPAIN LO NGONDEK HAH?!" Panggil Raka yang sudah berdiri di atas kursi kantin sambil menahan perut akibat tertawa berlebihan. Aldo yang merasa terejek langsung menghampiri meja yang dimana Damar dkk duduk.

"Biarin. Dasar beke!" Ketus Aldo sambil membulatkan kedua matanya. Lalu melipat kedua tangannya di depan dada, Ala lebay.

"Gue gak beke! Liat sekarang yang beke siapa? Lo atau gue?" Tanya Raka.

Semua orang menahan tawanya ketika Raka mengucapkan kalimat komyol tadi. Dan bodohnya, Raka kini masih berdiri di atas kursi kantin. Belagu punya tubuh yang tinggi, padahal emang kenyataannya dia beke.

"Siapa bilang? Turun lo!" Ucapan Aldo semakin mengerikan layaknya singa yang akan menerkam mangsanya.

Raka perlahan-lahan turun dari kursi. Ketika sudah berhadapan dengan Aldo, Damar dkk tertawa terbahak-bahak. Dan sekarang lebih jelas kalau Raka itu lebih pendek dari pada Aldo.

"Liat, lo yang beke" ucap Aldo mendekatkan tubuhnya ke samping Raka. Raka hanya sebahu Aldo. Aldo kini tertawa puas melihat wajah datar Raka.

"Pinter lo!"

****

Kini kelas XI IPS-4 menjadi ribut setelah di beritahukan bahwa pak Alam–guru bahasa indonesia–tidak masuk karena di kabarkan sakit. Satu kelas menjadi ribut, termasuk geng Damri. Ada yang memukul-mukul meja sambil bernyanyi lagu balonku versi qasidah, cewek-cewek yang tak luput dengan kata gosip hot, ada juga yang sedang berpoto-poto, membuat musical.ly, dan semacamnya. Lama-lama ini kelas bisa hancur kalau begini. Hampir semua guru yang mengajar di sini stress dan mendekati kegilaan.

"Dit, lo punya permen karet?" Tanya Damar kepada Adit yang duduk tepat di belakang Damar.

Adit hari-hari selalu punya stock permen karet. Entah itu sedang belajar, ataupun tidak. Adit selalu mengunyah permen karet. Adit selalu siap sedia permen karet. Adit berkata “sedia permen karet, sebelum bosan” itu adalah motto andalannya. Padahal ia copast dari peribahasa "sedia payung sebelum hujan" yang ia ubah.

"Banyak. Mau?" Seakan peka, Adit menyodorkan permen karet tersebut. Lalu Damar mengambilnya dan mulai mengunyahnya.

"Damarr! Gue kangen lo!" Tiba-tiba Raka datang lalu duduk di kursi sebelah Damar.

"Najis! Gue bukan homo ataupun gay. Gue normal Ka" jelas Damar ilffel.

"Lo makan apaan?" Tanya Raka.

"Hm" gumam Damar sambil mengangkat dagunya ke arah permen karet milik Adit yang berada di atas meja. "Lo makan deh. Bantuin si Adit biar cepet abis" ucap Damar. Merasa paham, Raka mengambilnya lalu mulai mengunyahnya.

Damar bangkit dari duduknya, lalu ia mulai menghampiri sekumpulan cewek-cewek yang sedang bergosip.

"Ya gue denger dia masuk kelas XI IPA-1"

"Tapi dia cantik gak?"

"Gak mungkin kalo dia gi

"WOI! Hobi lo pada bergosip ya?" suara Damar mengagetkan kumpulan perempuan yang sedang bergosip.

Kini semua yang berada di meja tersebut menatap ke arah Damar yang sedang berdiri sambil sesekali meniup-niup permen karetnya sampai menghasilkan sebuah balon kecil.

"Kenapa? Naksir? Tapi gue gak mau sama cewek yang suka bikin gosip" tanya Damar yang penuh dengan ke percaya diriannya.

"Apalagi gue" ucap Olla yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Damar. "Awas, gue mau duduk" tambah Olla.

"Ngapain lo kesini Ollaf?" ucap Damar. Olla yang mendengar namanya berubah menjadi Ollaf langsung membulatkan matanya.

"Tadi lo bilang apa?" Tanya Olla nyolot.

"Ollaf" jawab Damar polos.

"Gue bukan Ollaf, Damaar!"

"Tapi lo mirip Ollaf yang ada di film frozen" ucap Damar tak mau kalah.

"Lo gini-gini suka ama film anak kecil? Oh Damar.. Lo udah ge–

Damar langsung memotong pembicaraan Olla sebelum Olla membocorkan aibnya bahwa Damar sering menonton kartun anak-anak. "Tapi lo tetep mirip si tokoh Ollaf yang di buat oleh Elsa. Memiliki tangan dari ranting. Serta hidung dari wortel. Tapi hidung lo kenapa mancung ke dalem?" Tanya Damar menunjuk hidung Olla.

"Semerdeka lo deh. Awas!" Ucap Olla menepis kasar tangan Damar. Lalu Damar menggeser tubuhnya. Sebelum menjauh dari kursi Olla, Damar dengan sengaja membuang bekas permen karet ke arah kursi Olla tanpa sepengetahuan Olla.

"Dam, kantin yok!!" Ajak Raka yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Bye-bye Ollaf" ucap Damar sambil melambaikan tangan kepada teman-teman Olla.

Damar lalu menghampiri Raka dkk yang sudah keluar untuk bolos menuju kantin.

"DAMAAAR!"

Baru saja selangkah keluar dari pintu kelas, Olla sudah berteriak memanggil nama Damar. Damar sekilas melirik ke arah di mana Olla sedang menahan emosi karena permen karet yang Damar buang tadi kini menempel di rok seragam Olla.

Karena Damar tak mau ribut dengan Olla, yang ujung-ujungnya akan masuk ke ruang BK. Damar tersenyum puas. Rencana untuk menjahili sosok Ollaf-nya berhasil.

****

Bad Boy GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang