25. Eta terangkanlah

71 6 15
                                    

"DAM-MAR!"

Damar sedikit mengubah posisi duduknya ketika Raka duduk di sampingnya. Ia menatap wajah Raka yang menurutnya semakin hari semakin menjengkelkan. Tapi? Bodo amat. Raka membalas tatapan datar dari Damar dengan cengiran khasnya.
"mau apaan lo?" tanya Damar dingin.

"malam ini dinner yok?" ucap Raka bersemangat sambil menganggukan kepalanya.

"hm..."

Raka kembali menatap Damar. Tapi kali ini tatapannya bukan sebuah cengiran, tapi terlihat seperti tatapan seorang yang seperti kebingungan. Kenapa lo Dam?

Seakan paham, Damar hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap ke arah sepatu miliknya yang di ayun-ayunkan di atas meja. Raka beranjak dari duduknya, kemudian pergi meninggalkan Damar.

"dinner? Malam ini? Hah... " Damar menghela nafasnya pelan.

Tapi detik berikutnya,  Raka lagi-lagi mengejutkan Damar dengan cara seperti tadi. "Dam, liat Fatra gak?" tanyanya sambil menaiki salah satu meja siswa, kemudian kedua tangannya memegang ke arah atas pintu kelas dan ia mulai mengayunkan tubuhnya bak seperti monyet yang sedang bergelantungan mencari makanannya.

"monyet!" desisan pelan dari Damar membuat Raka merasa bodo amat dengan tingkahnya.

****

"kok telinga gue panas ya?" ujar Fatra kepada dirinya sendiri. Dava yang berada di sampingnya hanya diam membisu,  tidak menggubris ucapan dari Fatra. Tapi Fatra tidak mengambil pusing hal itu, alhamdulillah dosa gue jadi ngurangan. Pikirnya acuh.

Bodo amat!

"FATRA!"

"MONYET!!"

Fatra terjolak kaget ketika melihat wajah konyol Raka yang berada di hadapannya. Saat Raka meneriaki nama Fatra,  Fatra refleks menyebut dirinya sebagai monyet.  "anjir, lo siluman monyet Fat."

"iblis." dengus Fatra kepada Raka.

"HEHH!!!!" tegur Fatra dan Raka secara bersamaan ketika melihat Dava yang tiba-tiba menyelonong begitu saja tanpa mengucapkan pamit. "DAVA GUE GOROK LO YA!!" ancam Raka ketika melihat Dava yang sudah berjalan melewati koridor.

"KALO BISA BOLEH AJA!!" balas Dava sambil berlari dengan arah mundur.

Raka tidak memperdulikan Dava lagi.  Ia kembali menatap wajah Fatra dengan sumringah. Dalam hatinya ia sudah tidak bersabar ingin mengungkapkan dan memberitahukan tujuannya mencari Fatra.

"malam ini kita ke Alun-alun yok Fat?" Raka terdiam.

Fatra hanya mengedipkan kedua matanya secara perlahan kemudian pergi meninggalkan Raka yang masih berdiri di tempat dengan kedua tangannya terangkat. "yes berjaya gue guys!" ujarnya kemudian pergi untuk menuju ke kelasnya.

****

"Damarrr?" Raka berjalan menghampiri Damar yang tengah sibuk membenarkan posisi dasinya. "Dam? Gue mau ngom–

"udah tai" serobot Damar tanpa harus menatap wajah Raka.

"bego. Tau! Bukan tai!" ujar Raka sambil menekankan kata demi kata yang terlontar dari mulutnya.

Damar hanya mengangguk kemudian ia bertanya kepada Raka jika keberangkatan nanti malam harus dengan pasangannya masing-masing. "so? Gue jomblo loh Ka.." jelas Damar dengan sedikit rasa penyesalannya.

"anjir, jadi lo mau sama gue gitu?  Oh sorry gu–

"najis anjing." potong Damar langsung.

Raka mengetuk dagunya dengan jari telunjuk. Sebenarnya ia juga bingung, apakah Sera juga mau ikut dengannya. Jika tidak? "gue juga bingung.. Mm???"

"batalin aja deh." usul Fatra tiba-tiba.

"tapi pan kita uda–

"HIJI.. DUA.. TILU.. Hiji dua tilu ETA TERANGKANLAH tung tang tung!!" Raka,  Fatra dan Damar langsung menyapuksn pendangannya ke arah pintu kelas. Di sana terdqpat kekelompok teman-temannya, Vuzi, Ozi dan Tresna yang tengah memperagakan goyangan dari lagu eta terangkanlah.

"njing booming!" ujar Raka kemudian ia menyusul Ozi,  Vuzi dan Tresna yang tengah asik menggoyangkan pinggulnya. "tung tang tung." ujar Raka bersemangat sambil melompat-lompat.

💛💛

So? Jangan lupa tinggalkan jejak guys:)

Comment! Comment!!!

Jangan lupa buat follow AnisaKN96  dan baca cerita dia colab bareng gue di ANI di balik INA 💚

Ig: @rahmaaila_

Bad Boy GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang