Damar memijit pelipisnya yang terasa pusing. Pasalnya, tadi ia dkk sudah tanding futsal melawan SMA sebelah. Dengan semangat yang full, alhasil tim basket SMA Garuda memenangkan pertandingannya. Damar dkk mencetak goal sebanyak 14 kali goal sedangkan SMA Pelita hanya 6 kali mencetak goal.
Tak lama kemudian, handphone milik Damar berdering. Damar merongoh saku celananya. Ketika di lihat layar handphonenya, bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan manis.
Mara: Damar, buku MTK gue di lo ya?!
Jari Damar pun mulai menari - nari di atas keyboard. Mengetikkan sebuah balasan untuk Mara.
Damar: iya, lo lagi ngapain?
Tak lama menunggu, Mara pun membalas pesan dari Damar.
Mara: Lagi belajar. Jangan ganggu😤
Damar: Okay. Belajar yang rajin demi masa depan kita yang cerah.
Detik berikutnya sudah tak ada balasan lagi dari Mara. Damar menyimpan kembali handphonenya. Ia menatap langit - langit kamarnya. Kenapa bisa ia tersenyum jika mendengar nama Mara?
Saat ini yang bisa membuat Damar bahagia adalah Mara, Mara dan Mara. Damar senyum - senyum sendiri mengingat moment yang telah ia lalui bersama dengan Mara. Entah itu saat Damar melihat wajah sejuk Mara, menjahili Mara, menggodanya, dan semuanya berkaitan dengan Mara.
****
"Hai cantik," sapa Damar kepada Olla yang baru saja melangkah masuk ke kelasnya dengan raut wajah sedikit memucat.
Olla mendelik sambil menatap Damar dengan tajam. "Apa lo?!" Desis Olla nyolot.
"Biasa aja kali neng" goda Raka yang tiba - tiba datang lalu duduk di sebelah Damar.
"Diem lo. Gue sumbat mulut lo. Mau?" Ucap Olla mengangkat tinggi-tinggi tempat pensil yang entah milik siapa, lalu melangkah menuju kursinya berada. Olla tak mau cari ribut di pagi hari gini. Apalagi dengan Damar. Sumpah males pikirnya.
"Dam, lo kemana aja?" Tanya Dava yang baru masuk ke kelas.
"Yee.. Orang lagi ke sem-sem mah jangan di ganggu bray" ujar Raka sambil menepuk - nepuk bahu Dava.
Seakan faham, Dava hanya mengangguk - ngangguk sambil menampakkan senyum gelinya. Kemudian melangkah menuju bangkunya yang berada paling pojokan.
"Gimana Dam?" Serobot Fatra di sela - sela menyalin tugas IPS milik Rio.
"Mm.." Gumam Damar sambil menggaruk - garuk dagu yang tidak gatal.
"UKS dong Dam!" Ujar Raka yang sedang menyilangkan kakinya di atas meja.
Damar menaikan sebelah alisnya, bingung. "Usaha dong Kalau lo Sayang!!" Ucap Raka. Damar mengangguk - ngangguk faham.
"Tapi gimana sam--"
"DAMAAAR??!!"
Damar yang merasa di panggil namanya langsung mengedarkan pandangannya. Dan di lihatnya Olla sedang emosi saat berpapasan muka dengan Damar. Damar pun faham akan kenapa Olla berteriak.
"Damar? Lo apain kursi gue?" Tanya Olla tajam.
"Gue cuman olesin satu botol balsem doang kok" jawab Damar polos. Sepolos - polosnya.
"DAMAAAR!!! IH!" Olla menghentak - hentakkan kakinya sambil memukul - mukul bahu Damar sebagai pelampiasan kekesalannya.
"Apa sayang?" Goda Damar, membuat Olla semakin menjadi - jadi seperti singa yang ingin menerkam mangsanya.
"Gue aduin lo ke Bk. BYE!" Ucap Olla lalu melangkah pergi keluar kelas. Damar hanya menggeleng - geleng melihat kepergian Olla yang katanya akan mengadukan Damar ke BK.
****
"Buruan!" Ujar Mara yang berdiri di ambang pintu sambil memegang beberapa buku tugas yang di perintahkan oleh bu Mel untuk di simpan di mejanya.
Katjima yang masih memasuk - masukkan bukunya ke dalam tas mencibir. "Ck! Bentar Mar"
Beberapa detik kemudian, Katjima melangkah menuju Mara yang sudah siap untuk pergi ke ruang Bk. "Ayo!" Katjima mengangguk.
Sesampainya di depan pintu coklat yang bertuliskan 'Ruang BK' dengan papan yang menggantung, Mara mengetuknya sebanyak 3 kali. Setelah di persilahkan masuk, Mara dan Katjima membuka pintu tersebut.
"Permisi bu.." Ucap Katjima sambil mencari - cari sosok bu Mel.
"Mara?" Panggil seorang guru. Mara mengedarkan pandangannya mencari - cari sosok yang memanggil namanya. Ternyata itu bu Mel.
Mara melangkah menghampiri meja bu Mel. "Ini..." Ucapan Mara menggantung ketika kedua bola matanya menangkap sosok yang tidak asing lagi untuk Mara lihat sedang berhadapan dengan bu Mel.
Fikiran Mara tak jauh dari kata pelanggaran. Jika ada seorang siswa yang sudah berhadapan dengan bu Mel, pasti siswa tersebut sudah melanggar aturan. Dan benar saja, ketika Mara melirik ke arah kerah baju Damar, ia tidak memakai dasi. Rambutnya agak sedikit kemerahan.
"Hai Mara?" Sapa Damar, membuat Mara mendelik.
"Diam kamu!" Tegur bu Mel ketika Damar tertangkap basah sedang menggoda Mara. Damar menurut. Ia kini diam.
"Damaar... Ibu sudah capek nasehatin kamu." Jelas bu Mel pasrah. Tiba - tiba tangan bu Mel mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dan ternyata, itu adalah sebuah cermin yang berukuran sedang. Kemudian di serahkannya benda tipis tersebut kepada Damar. "Nih!"
Damar mengambilnya. Tapi wajahnya terlihat sangat kebingungan. "Buat apa bu?" Tanya Damar datar.
"Liat wajah kamu!" Perintah bu Mel. Seakan paham, Damar melihat pantulan wajahnya melalui cermin yang di berikan bu Mel tadi.
"Gimana?" Tanya bu Mel.
"Ganteng bu,"
"Kok ganteng?! Lihat baik - baik. Ada perubahan apa di diri kamu!" Ucap bu Mel yang sudah naik darah alias darah tinggi.
"Saya...." Damar sengaja menggantungkan ucapannya. "Makin kece nih bu" lagi - lagi Damar bergurau sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya ke arah belakang.
"Damar! Ibu bilang ada perubahan apa di diri kamu sekarang?!" Tanya bu Mel yang sudah benar - benar darah tinggi.
"Baik bu. Hari ini kesalahan saya nggak pake dasi. Karena dasinya di pinjem oleh Bimo buat ngiket tasnya. Sepatu bebas. Rambut di warna. Dan terakhir, tadi saya terlambat masuk sekolah" jelas Damar, membuat bu Mel puas dengan apa yang Damar ucapkan.
"Kamu pintar.."
"Saya udah pintar dari lahir bu" ujar Damar.
"Jangan jawab omongan saya!" Bentak bu Mel, membuat bulu kuduk Damar naik.
"Dan kenapa kamu bisa terlambat masuk sekolah?" Tanya bu Mel.
Hening.
Damar tak menjawab, ia malah menatap Mara yang masih setia memeriksa buku - buku tugas dari bu Mel.
"Damar?! Kamu ngeliatin siapa?" Tanya bu Mel.
"Calon masa depan bu" jawab Damar tak melirik sama sekali kepada bu Mel.
"Jawab pertanyaan ibu!"
"Mara bu!" Damar tersadar dari lamunannya.
"Sekarang kamu keliling lapang sebanyak 50 kali." Ucap bu Mel, membuat Damar membulatkan kedua matanya tak percaya. "Gak ada bantahan. Cepat!"
"Baik bu.."
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Goals
Fiksi Remaja[Teen-Fiction#1 by Rahma and Anisa] Damar Zulam. Gue paling gak suka sama pencintaan. Karena di dalam percintaan ada kata harapan, dan gue paling benci harapan. Tapi, meski begitu, gue tetep suka tebar harapan. Jangan salah, itu gue lakuin karena it...