Raka
Enak aja ya Damar. Selalu saja nyuruh orang jomblo buat jalan di belakangnya. Emang dia fikir orang jomblo obat nyamuk? Gak sekalian aja pembokat. Biar orang yang LAKU tambah seneng.
Damar bilang "yang jomblo di belakang aja. Biar gak ganggu. Terus kalo lo di culik, lo pacarin aja tuh yang nyulik." kan bikin nyes hati. Udah bilang jomblo, eh malah di suruh pacarin tukang nyulik. Kan double!
Dengan hati yang amat sangat-sangat terpaksa, aku turutin yang Damar mau. Yaitu aku harus membuntuti para saitan. Sambil memakan permen gula, aku mengedarkan pandangan ke pantai yang udaranya sedang sejuk. Tidak terlalu dingin.
Saat ku tanya Aldo ingin apa. Dia cuman menjawab "tolong buat gue tersenyum!" permintaan itulah yang di ucapkan Aldo kepadaku.
Mencari ide itu susah. Dan untungnya ketika aku berfikir bagaimana caranya supaya Aldo tersenyum karena ku bawa paksa dirinya, datanglah seorang pengamen yang bermodal kepada gitar kecilnya. Aku mencoba meminjamnya, dan untung yang kedua adalah pengamen itu mau menginjamkannya kepadaku. Jadi aku tidak usah repot-repot memohonnya.
Setelahnya, aku mulai memetik senar gitar itu. Menyanyikan lagu yang Aldo mau, lagu Surat cinta untuk Starla dari Virgoun. Meskipun ku rasa suaraku pas-pasan banget, tapi dapatku lihat Aldo cukup menghayati ketika mendengarkannya.
"Baaagguusss sekali..!!" kata Aldo setelah acara nyanyiku selesai. Dan aku hanya mengucapkan makasih di sela senyum mirisku.
"Kalo main piano bisa? Biola? Bass? Drum?!" Aldo cukup pintar untuk membanjiriku pertanyaan yang kurang bermutu. Maksudku, aku tidak bisa melakukan hal itu semua. Tapi, untuk membuat Aldo tersenyum, untuk kesekian kalinya lagi aku senyum. Lebih tepat, fake smile.
Dan para saitan yang sedang berpacaran, kini malah main mesra-mesraan. Itu tambah membuatku kesal. Tapi untungnya, yang pacaran duduk di belakangku. Kalau tidak? Hmm..
Dan untuk malam ini, makasih, aku banyak untungnya.
"Semua? Bis-bisalah.. Gampang." jawabku sedikit gugup karena telah berbohong.
"Terus apa yang enggak lo bisa?!" tanya Aldo.
"AKU.GAK.BISA.MAININ.HATI.KAMU! tau gak?!" jawabku segaja penuh penekanan ketika melirik Dava sedang memeluk pinggang Katjima dari arah belakang. Dasar P.O box! Modus pula.
"Awww.." ujar para saitan yang mungkin-bukan mungkin lagi-mendengarkanku menggombal kepada Aldo. Dan kini keadaan menjadi ribut. Para saitan sedang mengejekku yang katanya homo. Terserah, aku tidak akan mengekang para saitan terkutuk.
"Ka, gue kasian sama lo tau gak?!" tanya Ozi yang sedang berbincang ria dengan Putri.
Merasa terpanggil namaku dengan sebutan 'Ka', aku menoleh sambil berucap "apa?!"
"Lo kek kurang belaian sayang.. HAHA!" jawab Ozi yang sudah tertawa lepas sehabis mengejek ku di kata kurang belaian sayang.
Aku tidak mau menanggapinya. Biarkan sekarang dia bahagia. Lihat nanti di hotel! Aku akan balas dendam. Mungkin kalau kalian menggambarkanku, kini kepalaku sudah bertanduk, mataku berubah warna menjadi merah, serta akan ku keluarkan senyuman devil terkeren sejagat raya. Bukannya lebih jahatkan dari pada saitan yang sedang berpacaran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Goals
Teen Fiction[Teen-Fiction#1 by Rahma and Anisa] Damar Zulam. Gue paling gak suka sama pencintaan. Karena di dalam percintaan ada kata harapan, dan gue paling benci harapan. Tapi, meski begitu, gue tetep suka tebar harapan. Jangan salah, itu gue lakuin karena it...