Study tour malam ini bertempatan di pinggir pantai kuta. Ibu Delis–masih sama seperti di Museum Renon, yaitu menjelaskan sejarah tempat-tempat di Bali–berdiri di depan murid-murid Garuda sambil menjelaskan sejarah melalui media toak.
"Selanjutnya, Hugh Mahbett menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan." Jelas ibu Delis dengan penuh semangat yang tinggi bak tentara yang ingin melawan musuhnya.
Damar yang berada di barisan paling depan hanya menyimak dengan teliti. Padahal kalau di perhatikan, Damar itu seperti serius ingin mendapatkan ilmu yang dalam, tapi kenyataannya sangat tidak. Jika indra penglihatannya memfokuskan kepada ibu Delis, tetapi pikirannya sedang terarah kepada kejadian lain–maksudnya kepada hal yang tidak berfaedah.
Ibu Delis tiba-tiba berhenti menjelaskan materi. "Baiklah, ibu akan melemparkan pertanyaan." Jelasnya, kemudian membuka-buka lembaran kertas yang ia pegang sedari tadi.
"Yah bu.." Keluh seorang murid, membuat kedua panjang ibu Delis langsung menyapukan pandangannya.
"Kenapa Raka? Ada masalah?" Tanya nya kepada Raka.
Raka yang mengeluh, hanya mengacungkan tangannya. "Gimana mau bisa nangkap pertanyaan bu?" Tanya Raka polos–malahan termasuk kedalam kategori pertanyaan bodoh.
"Diam kamu!" Tegur ibu Delis kepada Raka. Tapi yang di tegur hanya menyingsatkan kedua alisnya. "Yang tidak bisa jawab, ibu hukum."
"Ibbuuuuu?" Suara dengan nada lagu ummi sontak membuat semua murid tertawa.
Fatra yang merasa di tertawakan hanya menggaruk tengkuk Raka yang berada di sebelahnya. "Hehe."
"Sebelah kanan Fat, gatel tuh!" Pinta Raka karena Fatra menggaruk tengkuknya.
Fatra hanya menuruti perintah Raka, tapi kedua matanya sedang menatap teman-temannya yang tertawa lepas.
"Pelan-pelan nying!" Desis Raka.
"LHA? GUE NGAPAIN GARUK TENGKUK LO? KURANG KERJAAN!" Dengus Fatra ketika ia baru menyadari apa yang di lakukan dirinya.
Fatra seperti orang yang bodoh.
"Njing ngakak gue. HAHAHA!" Tukas Dava yang diam-diam menghanyutkan–awalnya Dava hanya tersenyum, so jual mahal. Tetapi ia berhasil tertawa terbahak ketika melihat Fatra seperti orang bodoh.
"Tolol lo mpat!" Raka menjitak kepada Fatra sebelah kanan.
"Sakit tolol!"
"Monyet!"
🌾
"DAM? DAMARRR!?"
Teriakan dengan nada cempreng itu membuat pemilik nama langsung membalikan badannya. "Kenapa?" Tanya Damar santai.
Pemilik suara cempreng–Raka–hanya memberi kode agar Damar mengikuti dirinya.
"Mau kemana sih njing?" Tanya Damar sinis.
"Slow pak. Gue di suruh babang buat nemuin dia sama lo." Jelas Raka, Damar pun hanya diam.
Sesampainya di kamar hotel, Raka langsung menggebrak pintu kamar. "OZI, DAMAR NIH!" Teriak Raka.
Ozi langsung datang menghampiri Raka melalui pintu kamar mandi. Dengan wajah yang masih berantakan, "kenapa?" Tanya Ozi santai.
"Lah? Lo yang nyuruh!" Kemudian Raka langsung melangkah menjauh dari Damar dan Ozi.
Damar hanya mengangkat kedua bahunya. Kemudian pandangannya teralih kepada Ozi. "Kenapa lo panggil gue?" Tanya Damar.
Pasalnya, Damar tadi sedang bersantai di depan lobby sambil menikmati udara sejuk. Seketika itu, suasananya menjadi hancur karena Raka mengganggu aktivitasnya.
"Kata Fatra, malam ini main ke pantai bareng para doi. Lagi pula kita wajib ke sana kan? Ya udah ayo siap-siap. Yang lain udah pada rapi." Setelah menepuk bahu Damar, Ozi langsung melarikan diri ke kamar mandi lagi.
"Doyan wc," ujar Damar.
Kemudian Damar mencari Raka, untuk memberi tahu kabar dari Ozi tadi. Barang kali Raka belum tahu.
Dan setelah di tanya, ternyata Raka memang belum tahu sama sekali. Ia langsung mencari-cari pakaian miliknya dari dalam tas ranselnya.
Setelah memberi tahukan Raka dengan alasan "ayo kita wajib kepantai malam ini. Jadi, lo harus siap-siap." Damar langsung mengganti pakaian yang menurutnya nyaman untuk di kenakan untuk malam ini.
🌾🌾
"AYOO BURUAN AH ELAH LAMA BENER BOCAH!" ujar Fatra di ambang pintu. Fatra sedari tadi hanya berteriak-teriak saja. Ia meneriaki Raka yang berdandan sangat lama.
"Bentar njing!" Decak Raka yang juga merasa kesal kepada Fatra.
Setelah siap, Raka langsung lari keluar kamar hotel. Setelah di kunci, Ozi lah yang selalu memegang kunci tersebut.
Ketujuh–ralat–ke enam kecuali Raka, hanya sibuk dengan ponselnya masing-masing. Raka yang berjalan paling depan tidak ngeuh kalau teman-temannya sedang asik sendiri.
Damar yang berada di barisan paling belakang–sendirian–sedang tersenyum kepada benda pintar miliknya. Setelah mendapatkan balasan dari Mara, Damar senang bukan main.
Mara: oke, Katjima juga ikut ke pantai bareng Dava. Jadi?
Damar: kamu bareng sama aku.
Sejujurnya, Mara sangat risih dengan kosa kata aku–kamu. Tapi jika tidak menggunakan kata tersebut, Mara akan di tegur oleh Damar. Dan Mara masih beruntung kalau kata tersebut hanya berlaku hanya bersama Damar saja.
Mara sempat berpikir emang Damar siapa gue? So ngatur-ngatur segala. Ya ini hak gue lah! Mau ngapain jugaa. Tetapi Mara sadar, kalau Damar hanya mengajak dirinya supaya tidak bergaul terlalu jauh. Maka dari itu, Mara hanya bisa pasrah.
Damar segera mengececk ponselnya setelah bergetar.
Mara: tapi janji, jangan suka nyebelin!😤
Damar: siap kapten.
"Sampe gaes!" Seru Raka semangat 45.
🌾🌾🌾
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Goals
Teen Fiction[Teen-Fiction#1 by Rahma and Anisa] Damar Zulam. Gue paling gak suka sama pencintaan. Karena di dalam percintaan ada kata harapan, dan gue paling benci harapan. Tapi, meski begitu, gue tetep suka tebar harapan. Jangan salah, itu gue lakuin karena it...