6. Senin sial

141 29 29
                                    

Buku tulis, tempat pensil, alat sholat, dan yang lainnya sudah masuk ke dalam tas sekolah Mara. Seragam putih abu - abu, lengkap beserta atributnya sudah melekat di seragam Mara. Terkecuali topi. Mara sengaja tak memakai topi dari rumah dengan alasan takut terjatuh di perjalanan. Lalu mengakibatkan topi tersebut kotor. Dengan percaya diri, Mara melangkahkan kakinya keluar rumah menuju halte.

6.45 A.m

Mara melirik arjoli di pergelangan tangannya. 15 menit lagi upacara akan di mulai. Semua murid di persilahkan untuk bersiap-siap mengecek ulang atribut mereka. Tapi, Mara terlihat sedang kebingungan sambil mengobrak-abrik tasnya. Dia sekarang tampak beringsut.

"Nyari apa Mar?" Tanya Khatjima setelah ia selesai mengecek atributnya.

"Topi," jawab Mara tanpa melirik ke arah Khatjima. Mata Mara kini sedang fokus kepada tasnya hanya untuk mencari satu barangnya, topi.

"Nih!" Tiba-tiba seseorang memasangkan topinya ke kepala Mara. Mara pun menoleh ke sampingnya. Ia terkejut saat mendapati tubuh jangkung Damar. Bukannya tadi Khatjima? Tanyanya kepada dirinya sendiri. Entah sejak kapan Damar tiba-tiba berada di samping Mara.

"Pake topi gue aja" Ucap Damar santai seakan ia tak peduli dengan peraturan sekolah.

"T-terus lo gimana?" Tanya Mara bingung, sekaligus khawatir.

"Gue udah biasa kok jadi pajangan di depan." Jawab Damar santai sambil melesat pergi meninggalkan Mara. Mara terdiam melihat tubuh Damar yang semakin menjauh.

Upacara berlangsung. Benar saja, Damar sekarang sedang berdiri di depan. Bahkan tak hanya Damar saja, anggota yang di juluki 7 sekawan alias geng Damri ikut - ikutan berjajar rapi di depan. Ternyata kesolidaritasan mereka sangat tinggi, sampai - sampai ada istilah 'Di hukum satu, di hukum semua.'

Tidak ada yang bisa Mara lakukan. Hanya memperhatikan Damar di barisan kelasnya. Itu pun semakin membuat Mara merasa bersalah sekaligus risih karena sedari tadi Damar juga diam - diam sedang memperhatikannya.

Alhasil Mara tidak berkonsentrasi dengan pelajaran hari ini. Dia asik berfikir bagaimana caranya berterima kasih kepada Damar karena telah menyelamatkannya, sekaligus meminta maaf sudah membuat Damar di hukum karena dirinya.

Jadi intinya, Damar adalah penyelamat di hari Senin.

****

"Ma, anter ke kelas IPS-4 yuk!" Ajak Mara kepada Khatjima ketika bel istirahat sudah berbunyi sejak 2 menit yang lalu. Khatjima mengangguk.

Sekalian mandang bebep Dava!!

Ketika sudah sampai di depan pintu kelas XI IPS-4, tubuh Mara seakan terkunci. Untuk mengetuk pintu saja susah.

Tok.. Tok.. Tok..

Akhirnya Mara paksakan untuk mengetuk pintu itu sebanyak 3 kali. Dan beberapa detik kemudian muncullah seorang lelaki.

"Nyari siapa?" Tanya seorang lelaki yang Mara ketahui adalah anggota komplotan Damar yang paling beke.

"D-Damar ada?" Tanya Mara gugup tak tertolong karena ini pertama kalinya ia mencari sosok Damar.

"SIAPA KA?" teriak seseorang dari dalam kelas IPS-4.

"DOI LO DAM!" jawab Raka menoleh ke dalam kelas.

Di sisi lain, Damar langsung tersenyum puas saat mendengar bahwa yang sedang mencari dirinya adalah Mara. Damar langsung bangkit lalu melangkah keluar kelas untuk menemui sang pujaan hatinya.

"Kenapa?" Tanya Damar tiba - tiba datang di balik pintu.

Mara refleks mundur selangkah karena kaget. "Ini topi lo. Makasih" ucap Mara menyodorkan topi milik Damar.

Bad Boy GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang