"Gimana? Pinterkan temen gue!?" tanya Fatra mewakili teman-temannya. Yang di sebut-sebut pintar hanya melipat kedua tangannya di depan dada sampil tersenyum simpul.
Dan seketika itu, Damar teringat akan maksud utamanya pindah ke bus yang ini. Damar langsung menyapukan pandangannya ke setiap penjuru bus tersebut. Mana? Pikirnya dalam batin. Damar pun pelan-pelan mulai melangkah mencari sosok yang ia cari. Tepat di samping jendela di bangku ke 4 sebelah kanan Damar berdiri, di lihatnya seorang perempuan yang sedang asik dengan gadgetnya.
Melihat bangku di sebelahnya kosong, Damar langsung melompat untuk menempati bangku tersebut. Damar langsung mengapit tangan gadis tersebut secara tiba-tiba, membuat gadis tersebut terjolak kaget. Bukannya merasa bersalah telah mengagetkan gadis tersebut. Damar malah menyandarkan kepalanya ke bahu gadis itu. "Mara.. Gue kangen" gumam Damar manja pada sang gadis yang di ketahuinya adalah Mara, sang pujaan hatinya.
"WAH! WAH! WAH! SI DAMAR BAHAYA TUH! MAEN HAJAR GANDENG AJA ANAK ORANG!" teriak Fatra sambil menunjuk dimana sekarang Damar berada.
"PANTESAN TIBA-TIBA NGILANG, TERNYATA LIAT ADA YANG BENING!!" tambah Tresna menimpali omongan Fatra.
"AWAS NENG HATI-HATI! DAMAR MAH SUKA MABUK DARAT!" ujar Raka. Karena beke, Raka berteriak sambil berdiri di atas kursi dengan mulut penuh dengan snack yang sedang ia makan.
Mendengar ejekan demi ejekan keluar dari mulut teman-temannya Damar, Mara berusaha melepaskan tangan Damar yang semakin erat mengapit lengannya. Namun, usahanya terhenti saat Mara mendengar Damar memelas.
"Please, jangan dulu lepasin, gue lagi pusing.." gumam Damar pelan, tapi masih bisa terdengaroleh Mara. Mara yang mendengar itu tidak bisa berkata apa-apa. Bahkan Mara bingung harus melakukan hal apa.
"Lo punya minyak telon gak?" tanya Damar sambil mengubah posisi tidurnya yang nyaman.
"Mm, bentar," ujar Mara lalu mulai membuka tas ransel yang ia bawa. Kemudian Mara mengeluarkan botol minyak telon yang ukurannya cukup besar. "Ha, nih!" di sodorkannya minyak telon tersebut kepada Damar.
Damar tidak mengambil langsung minyak telon tersebut. "Bisa tolong olesin. Gue lemes.." ucap Damar semakin memelas. Karena tidak tega, Mara pun mulai mengoleskan minyak telon tersebut ke kening dan juga leher Damar sambil di barengi pijatan-pijatan pelan. Damar pun mulai tertidur di bahu Mara.
****
Bus melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, membelah jalan raya yang tanpak sepi. Tidak hanya jalan saja yang sepi, begitu juga dengan keadaan di dalam bus. Hampir semua penghuni bus tertidur, hanya ada beberapa orang yang masih terjaga. Diantaranya anggota geng damri yang sedang mengotak-atik gitar, dan seorang gadis dekat jendela yang tengah melamun mengamati keadaan di sekitarnya. Di sebelahnya ada seorang pemuda yang tengah tertidur pulas di bahu sang gadis tersebut. Kenyataannya gadis tersebut sangat risih dengan posisi tidur sang pemuda itu. Damar, nama pemuda itu dan Mara lah yang menjadi sandaran kepala Damar.
"Maraa.." desah Damar sambil membenarkan posisi duduknya.
"Hm?"
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo!" ucap Damar to the point tanpa ragu.
Mara hanya mengangguk, mempersilahkan Damar untuk berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Goals
Teen Fiction[Teen-Fiction#1 by Rahma and Anisa] Damar Zulam. Gue paling gak suka sama pencintaan. Karena di dalam percintaan ada kata harapan, dan gue paling benci harapan. Tapi, meski begitu, gue tetep suka tebar harapan. Jangan salah, itu gue lakuin karena it...