"BALII I'AM COMING!!"
Sesampainya di hotel, Damar langsung pergi ke pantai untuk menghirup udara segar di sana. Saat berteriak, Damar juga merentangkan kedua tangannya bak film titanic yang bedanya titanic beradegan di perahu. Damar memejamkan kedua matanya dan semakin menghirup kesegaran udara di sore hari.
Tidak berselang lama, Damar merasakan ada sebuah tangan mungil memeluk pinggangnya. Awalnya ia terjolak keget. Tapi, saat tangan mungil itu mengeratkan pelukannya, Damar seakan merasa kehangatan di udara dingin tersebut.
"Menghayati banget lo Dam." celetuk Ozi yang entah sejak kapan berada di hadapan Damar.
Mendengar perkataan Ozi tadi, Damar langsung mencerna ucapan itu. Menghayati?! Maksudnya apa? Fikir Damar. Beberapa detik kemudian Damar melepaskan tangan yang di kata mungil itu, lalu ia berbalik badan. Saat itu juga Damar terjolak kaget ketika mengetahui siapa yang memeluk dirinya.
"Lo apa-apaan sih?!" tanya Damar, kesal.
"Biar feel-nya tambah dapet gitu Dadam.." jawab Raka. Yap, tangan yang di sebut-sebut mungil itu adalah tangan Raka. Dengan wajah polos, Raka masih menggoda Damar dengan caranya sendiri.
"Dapet feel dari mananya huh?!" ucap Damar memalingkan pandangannya dari Raka.
"Kalo lo gak dapet feel, ngapain pula lo tadi merem-merem hah?!" ujar Dava yang diam-diam juga ikut menggoda Damar.
"Ya, tadi gue cuma-"
"Ngaku aja kali Dam!" serobot Tresna yang sedang bermain pasir dengan Ozi.
Tidak mau ambil pusing, Damar langsung pergi meninggalkan mereka untuk menuju hotel tempat mereka menginap selama berada di Bali. Ketika memasuki lobby, kedua mata Damar memicing. Bukannya.. Damar dapat melihat tubuh gadis yang tidak asing lagi baginya sedang menyeret koper miliknya. Segera mungkin Damar menemui gadis tersebut.
"Perlu bantuan?!" tawar Damar ketika sudah berhadapan dengan gadis tersebut. Gadis yang di maksud-maksud Damar itu adalah Mara.
"Eh.. Gak perlu!" tolak Mara tanpa menatap wajah adem Damar. Mara pun melanjutkan kembali langkahnya menuju kamar untuk ia menginap.
Meskipun sudah di tolak secara halus, Damar tetap keukeuh membuntuti Mara sampai ke depan pintu kamar Mara. Setelah Mara membuka pintu dengan password yang ia miliki, Mara tidak menyadari kalau di belakangnya ada Damar sedang berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada bidangnya.
"Ngapain?!" tanya Mara ketus.
"Gue cuman mastiin lo doang kok." jawab Damar acuh tapi tegas.
"Ya udah gue mau istirahat." Mara pun langsung masuk ke dalam kamar dan mengacuhkan Damar yang terus-menerus menggodanya.
Tanpa membuka sepatu, Mara langsung membanting tubuhnya ke kasur. Katjima yang sekamar dengan Mara juga ikut merebahkan tubuhnya yang masih merasa lelah setelah menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bali.
****
Seharusnya satu kamar itu beranggotakan 4 orang saja. Tapi, Damar beda. Ia lebih memilih sekamar dengan teman-temannya. Meskipun sudah di larang, tapi Damar lagi-lagi membujuk bu Delis. Karena kewalahan, akhirnya bu Delis mengijinkan. Asalkan tidak terjadi keributan ataupun masalah.
"Nanti sore jalan-jalan yok?!" ujar Tresna yang sedang fokus dengan iPhonennya.
"Kemana?" tanya Vuzi yang langsung bangkit dari tidurannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Goals
Teen Fiction[Teen-Fiction#1 by Rahma and Anisa] Damar Zulam. Gue paling gak suka sama pencintaan. Karena di dalam percintaan ada kata harapan, dan gue paling benci harapan. Tapi, meski begitu, gue tetep suka tebar harapan. Jangan salah, itu gue lakuin karena it...