Damar menepikan motornya tepat di depan rumah Mara yang berdominasi warna putih. Kedua mata Damar melirik keadaan rumah Mara. Sepi. Satu kata itu yang dapat di deskripsikan oleh Damar. Kemana orang tuanya?
"Mar, udah nyampe" ujar Damar kepada Mara.
Mara mengangguk, lalu secepatnya turun dari motor sport milik Damar. "Ya udah makasih," ucap Mara lalu melangkah masuk ke dalam rumah.
Tapi, langkah Mara terhenti saat tangan Damar mencekatnya. Mara berbalik badan. "Kenapa?" Tanya Mara menepis lembut cekatan tangan Damar.
"Calon doi gak di ajak mampir dulu nih?" Ucap Damar dengan nada menggoda. Itu sudah menjadi ciri khas dirinya.
"Doi? Tapi kan gue bar--"
"Itu siapa elo Mar?"
Sebuah suara mengejutkan Mara yang tengah berbincang dengan Damar. Ketika Mara membalikkan tubuhnya, sosok kakaknya tengah berdiri di ambang pintu utama.
"Tem--"
"Doi lo ya.?! ajak masuk kek!" Ujar kak Reza sambil menghampiri Mara dan Damar.
"Nama lo siapa?" Tanya kak Reza. Lebih terarah kepada Damar.
Damar lalu turun dari motornya. "Gue Damar," Jawab Damar mengulurkan tangan.
Kak Reza membalas uluran tangan Damar sambil tersenyum ramah, "kalo gitu masuk dulu yuk?" Ajak kak Reza. Damar mengangguk lalu melangkah masuk ke dalam rumah Mara.
Ketika Damar memasuki rumah Mara, Damar di persilahkan duduk di kursi yang berada di ruang tamu. Kak Reza yang tak mau ikut campur, langsung pergi ke dalam kamarnya. Sedangkan Mara, ia pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
Sepi. Satu kata itu yang bisa di deskripsi oleh Damar. Menurut Damar, rumah Mara sangat sepi. Bahkan sedari tadi, Damar tak melihat siapa-siapa kecuali Mara dan kakaknya. Setelah mengganti pakaiannya dengan kaos putih serta celana jeans selutut, Mara segera turun ke bawah untuk menemui Damar.
"Dam, lo mau minum apa?" Tanya Mara ketika sudah menemui Damar.
"Apa aja deh" jawab Damar santai.
"Okay" ucap Mara sambil mengangguk-ngangguk. "KAK REZAAA?" Mara teriak memanggil kak Reza yang kini sedang berada di kamarnya.
"IYA, KENAPA?"
"AIR BEKAS CUCIAN BAJU ADA?" tanya Mara sambil melirik ke arah Damar.
"ADA, BUAT APA?"
"Mar, lo mau ngasih gue air bekas cucian baju?" Tanya Damar yang kini sudah tahu apa maksud Mara memanggil kakaknya.
"Kata lo kan apa aja" ucap Mara santai.
"Ya lo ngerti aja kali Mar" ucap Damar so sebal. Mara yang melihat perubahan raut wajah Damar hanya terkekeh geli.
Mara segera pergi ke dapur untuk mengambilkan Damar segelas sirup. Setelah siap, Mara membawakan 2 gelas sirup melon untuk Damar satu dan satu lagi untuk dirinya.
"Mar, orang tua lo kemana?" Tanya Damar setelah Mara duduk di sampingnya.
"Orang tua gue di Bali" jawab Mara sambil meneguk sirup melon buatannya.
Damar hanya ber'oh' panjang di barengi dengan anggukan.
"Lo tinggal berdua?" Tanya Damar, keponya kambuh.
Mara menggeleng, "ada pembantu sama satpam" ujar Mara.
****
Sudah hampir satu jam Damar menghabiskan waktunya di rumah Mara. Tepat pukul 4 sore, salah satu temannya, Raka, mengirimkan pesan via Line kepada Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Goals
Teen Fiction[Teen-Fiction#1 by Rahma and Anisa] Damar Zulam. Gue paling gak suka sama pencintaan. Karena di dalam percintaan ada kata harapan, dan gue paling benci harapan. Tapi, meski begitu, gue tetep suka tebar harapan. Jangan salah, itu gue lakuin karena it...