TEN

51 5 0
                                    

Rain menuding ke layar TV, "Angka-angka itu apa maksudnya?"

"Yang mana?" Elan menyahut ogah-ogahan.

"Itu, 4-4-2. Tadi yang satunya lagi 4-5-1. Bukan skornya, kan?"

"Bukan. Gimana mo ada skor? Pertandingannya aja belum mulai. Itu formasi taktik Susunan kedudukan pemain di lapangan. 4-4-2 berarti tim Newcastle menempatkan empat pemain belakang, tiga pemain tengah, dan dua pemain depan alias penyerang. Formasi 4-5-1 berarti Everton naruh empat pemain belakang, lima pemain tengah, dan cuman satu penyerang."

Persis saat itu wasit meniup peluit kick off tanda pertandingan terakhir Liga Inggris musim ini antara Everton lawan Newcastle United yang disiarin langsung dari Stadion Goodison Park, markas Everton di Kota Liverpool, dimulai. Elan sebenernya sama sekali nggak pengin nonton. Ia lebih milih ngelanjutin GTA-nya di kamar. Tapi karena diseret-seret dan dipaksa Rain, akhirnya ia mau juga.

Erin yang lagi sibuk telpon-telponan sama teman sekelasnya langsung menutup obrolan dan bergabung dengan mereka berdua nonton TV.

Rumah sendiri cuman terisi mereka bertiga karena Bapak sama Ibu lagi diundang makan malam bosnya Bapak, salah seorang direktur bule dari Amrik itu.

"O, jadi orang main bola itu ya ada posisi-posisian segala macem kayak jabatan di perusahaan ya?" tanya Rain kemudian.

"Jelas."

"Nentuinnya gimana?"

"Secara umum, posisi pemain di lapangan dibagi tiga: pemain belakang, tengah, dan depan. Plus satu lagi, kiper. Mereka punya tugas beda-beda. Pemain belakang mencegah pemain depan lawan bikin gol. Pemain tengah ngambil bola dari pemain belakang dan ngasih umpan ke pemain depan. Nah, pemain depan nerusin umpan itu tadi biar jadi gol. Kiper, udah jelas tugasnya apa."

Rain manggut-manggut mudeng, "Gitu ya? Kirain kalo main bola tu asal lari sekenceng-kencengnya sambil bawa bola, digiring ke depan, lalu tembak... gol."

"Ketiga jenis pemain itu pun bisa dibagi lagi dalam posisi-posisi yang lebih rinci. Pemain belakang terdiri atas back kanan, back kiri, dan back sentral atau back tengah. Pemain tengah terdiri atas gelandang sayap kanan, sayap kiri, dan gelandang sentral. Sedang pemain depan bisa berupa penyerang murni atau penyerang bayangan yang berdiri di belakang penyerang asli. Bisa kamu lihat, taktik permainan bola sangat rumit. Tiap pemain punya tugas yang sangat berbeda. Sebelas orang dapet tugas yang saling beda satu sama lain."

"Trus yang lagi tereak-tereak itu pelatihnya ya?"

"Ya. Itu Graeme Souness, pelatih Newcastle."

"Tugas pelatih tu apa?"

"Tugas pelatih? Menyembelih hewan kurban!" Elan menukas sebel. "Namanya pelatih ya jelas melatih pemain-pemainnya!"

Rain dan Erin ngakak.

"Iya, tahu!" Rain ikut gondok. "Maksudnya selain itu. Tadi Erin bilang, kalo di Eropa tu pelatih juga merangkap jadi manajer. Otomatis tugasnya dobel dong. Namanya manajer kan berarti mengurusi soal-soal administrasi, kayak manajer bank atau manajer hotel gitu."

"Di sana jabatan pelatih sama manajer emang dirangkap satu orang. Selain melatih, dia juga meng-handle urusan administrasi dan keuangan. Dia mengatur gaji pemain, urusan kontrak, dan termasuk juga jual-beli pemain. Kalo di Indonesia, pelatih sama manajer dijabat dua orang. Jadi ada pelatih, ada juga manajer."

"Di PSIS manajernya siapa?"

"Nugianto Sasongko. Dia manajer baru. Drop-dropan dari Tel-Sat, pemilik baru PSIS."

"Tel-Sat perusahaan telekomunikasi dari Swedia itu?"

"Aku nggak begitu mudeng Tel-Sat datang dari mana. Pokoknya mereka baru aja membeli PSIS dari Pemkot Semarang seharga Rp 30 miliar. Tahun depan rencananya mereka bakalan bikin PSIS go public. Nerbitin saham ke pasar modal. Persis kayak klub-klub gede di Eropa."

"Wuah, manajemennya profesional murni dong!?"

"Ya. Setelah dimodali Tel-Sat, kini PSIS jadi klub terkaya di Indonesia. Mirip-mirip waktu Chelsea dibeli ama Roman Abramovich dulu."

"Eh, kabarnya Tel-Sat tu baru aja diambil alih Liberty Pendulum, ya?" Erin menimbrung.

Elan menoleh heran, "Sejak kapan kamu ikut-ikutan dia tertarik sama berita-berita gituan?" jempolnya menuding ke Rain.

"Tadi aku nggak sengaja baca di internet. Tau kan Liberty Pendulum? Itu grup bisnis Amrik yang baru aja membeli saham mayoritas bank-nya Bapak."

"Trus ada lagi yang lebih heboh," sahut Rain. "Liberty itu sendiri juga baru aja dibeli imperium bisnis lain. Namanya Taurus Corporation. Tahu kalian dari mana asal Taurus Corp ini? Indonesia!"

"Masa!?" Erin membelalak tak percaya.

"Ya. Taurus ini konglomerat bisnis asli Indonesia. Mereka beroperasi terutama di bisnis pariwisata, tapi belakangan mulai melebar ke urusan media, pertambangan, dan produksi makanan kemasan. Salah satu cabang usaha mereka adalah jaringan media DeltaMed. Dan salah satu anak perusahaan DeltaMed di Semarang adalah Radio Ozone. Anak perusahaannya yang lain di sini adalah Tabloid Abege dan Tabloid Liga."

Erin kaget, "Abege juga bagian dari DeltaMed?"

"Ya," Rain mengangguk. "Presdirnya kan sama, Pradigdo Yuwanto."

"Ooo..." Erin manggut-manggut.

Elan termangu sambil garuk-garuk kepala, "Wah, aku nggak pernah sih baca-baca berita bisnis kayak gituan. Tapi masa sih ada perusahaan Indonesia bisa membeli perusahaan Amerika? Apa nggak kebalik tuh?"

Rain tengah akan menjawab waktu ponselnya yang ia taruh di meja telepon berdering-dering keras. Ia terpaksa bangkit dan mengangkatnya.

"Halo? ...Ya ...Iya, betul! ...Kapan? ...Senin? ...Jangan jam segitu, orangnya pasti belum pulang sekolah. Sore aja! ...Oke, jam empat ya? ...Ntar aku bilangin langsung ke yang bersangkutan. ...Oke, makasih banyak, ya? ...Malem!"

Rain menutup telepon dan balik lagi ke sofa bareng Elan dan Erin. Ia bertanya pada Erin,

"Senin sore kamu ada acara apa?"

"Rapat OSIS."

"Sampai jam berapa?"

"Nggak tahu. Paling cuman sampai jam tiga. Kenapa, sih?"

"Mas Viktor udah terima lamaran kamu. Dia tu manajer operasionalnya Ozone. Kamu diminta datang Senin sore sekitar jam empat untuk wawancara."

Erin kaget, "Apa? Wawancara?"

"Ya. Senin jam empat. Bisa kan?"

"Bisa, bisa. Senin!? Masa secepat itu? Kan baru tadi pagi lamaranku kamu masukin ke sana?"

Rain tersenyum simpul, "Kan kita di Ozone udah terlatih gerak cepat."

"Bener nih? Jangan-jangan kamu ngibul lagi...!"

"Beneran. Serius. Sana telpon Mas Viktor sendiri kalo nggak percaya!"

Tahu-tahu...

"AAAAAAAAAAAAA.....!!!"

Erin menjerit histeris sambil melompat-lompat di sofa kayak orgil. Elan menutup kuping nggak tahan. Rain tertawa geli.

Elan maklum. Erin emang udah sejak kecil penginbuanget jadi penyiar radio.2��]?^�

The Rain WithinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang