Elan melihat keluar lewat jendela. Mobil membelok memasuki pelataran sebuah gedung pencakar langit berlantai 40 yang terletak di Jalan HR Rasuna Said. Di dekat pintu pagar yang dijaga beberapa orang satpam berseragam biru keren, terdapat papan nama terbuat dari batu marmer raksasa bertuliskan "TAURUS TOWER" dengan huruf-huruf besar.
Pelan-pelan mobil itu meluncur menuju kanopi gedung yang luar biasa besar dan mewah. Dan ia merasa masih akan menemui banyak kejutan lain lagi.
Tadi, begitu ia menginjakkan kaki di Bandara Soekarno-Hatta, seorang cowok berbadan kekar mirip Ade Rai menjemputnya. Tanpa perlu nanya, cowok itu langsung bisa mengenali Elan. Ia bilang emang disuruh khusus menjemput Elan di bandara.
Di tempat parkir bandara, cowok pendiam yang memiliki wajah nyaris tanpa ekspresi itu mengantar Elan menuju sebuah limousine warna hitam yang luar biasa gagah. Elan kemudian dibawa menuju Jakarta pake mobil itu. Sepanjang jalan ia pengin tidur, tapi nggak bisa karena tercengang-cengang tanpa putus melihat fasilitas interior mobil yang hampir-hampir tak terbayangkan.
Ada bar tempat berbagai jenis minuman impor tersimpan. Juga televisi layar datar, stereo set berkualitas home theater dengan koleksi CD, VCD, dan DVD segudang, serta lemari pendingin yang terisi penuh oleh berbagai merek soft drink dan snack yang menggiurkan.
Nggak cuman itu, jok yang dilapisi kulit asli ditata dalam bentuk menyudut mirip sofa ruang tengah yang dipakai nonton TV. Kaca pembatas kedap suara terpasang menghalangi kontak antara sopir dan penumpang di belakang, sehingga privasi para penumpang sangat terjaga.
Kini, mobil berhenti tepat di tengah kanopi. Si Ade Rai keluar untuk membukakan pintu buat Elan. Sesaat Elan sempat mikir, tadi ia naik penerbangan Taurus Air kelas VIP, dan kini ia tengah akan masuk ke Taurus Tower. Mengapa semua serba Taurus? Ini kebetulan, atau...?
"Silakan, langsung ke lantai 37," kata sang sopir yang tampangnya jauh lebih keren dari Elan itu. "Barang-barang Bung Elan langsung saya bawa ke Hotel Taurus."
Tuh, Taurus lagi!
Tanpa sempat nanya, karena limo mewah itu langsung meluncur lagi, Elan melangkah masuk ke Taurus Tower setengah linglung kayak monyet kesasar masuk kompleks perumahan manusia.
Begitu melewati pintu otomatis yang guedenya setengah mati, ia tiba di lobi yang luasnya juga setengah mati. Ada kalo seluas lapangan bola. Orang lalu-lalang di sana, kebanyakan para bule yang berpakaian jas dan dasi komplet.
Di pusat lobi terdapat sederetan meja informasi yang dijaga enam orang cewek sexy berbaju rok mini ketat. Di bagian lain ada beberapa set meja dan kursi tempat bersantai. Lalu di sisi yang lain terdapat beberapa papan elektronik model touch-screen yang berfungsi sebagai denah bagi pengunjung untuk mencari lokasi suatu kantor tertentu di dalam gedung pencakar langit itu.
Dan di bagian paling ujung, terdapat 20 buah lif yang sibuk membuka-menutup mengantar semua orang naik-turun. Buat yang males naik elevator, tak jauh dari situ ada juga empat buah eskalator.
Nggak mau repot nanya-nanya karena udah dikasih info sama sopir berbadan kekar tadi, Elan langsung masuk salah satu lif menuju ke lantai 37. Lif berkecepatan tinggi membawanya naik luar biasa cepat. Serasa dirinya dibetot dengan paksa ke angkasa. Begitu lif membuka di lantai tujuan, suasana yang luar biasa nyaman dan menenangkan menyambutnya.
Ia tiba di sebuah kantor yang sangat sejuk dan teduh. Terasa adem banget di situ, terutama karena lantunan lagu instrumental yang diputar sayup-sayup lewat speaker yang dipasang di plafon. Persis di seberang lif terdapat sebuah meja informasi berlatar belakang tulisan "TAURUS CORPORATION" yang dibentuk dengan neon sign berwarna biru muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain Within
RomanceSebuah kesalahan fatal dalam sebuah pertandingan playoff yang sangat penting membuat Elan Naratama trauma dan meninggalkan kariernya yang cemerlang sebagai pemain sepakbola. Ia pun tak menggubris ajakan manajer tim PSIS Semarang yang memintanya mena...