TWENTY SEVEN

47 3 0
                                    

Tepat ketika Elan dan Rain tiba di lobi aula SMA Lazuardi, Lose Yourself-nya Eminem mulai diputer dengan suara luar biasa kuenceng. Waktu menunjukkan pukul 19.55. Dalam lima menit acara harus segera dimulai. Dan karena Lazuardi udah menganut paham time is money, kayaknya nggak akan ada jam karet kali ini. Acara bakal dimulai tepat jam delapan seperti yang tertera di undangan.

Saat Rain menukarkan undangan dengan dua kupon doorprize dan dua keping name tag yang harus dipasang di dada kiri, suasana seputar lobi udah sangat meriah. Para graduate berkumpul dengan anak-anak kelas satu dan dua yang jadi penggembira. Ada juga para guru di sana. Sementara di beberapa sudut strategis, para sponsor mendirikan stand-stand yang memajang produk masing-masing.

Tabloid Abege juga nampang menjajakan tabloid, merchandise, dan kupon-kupon hadiah. Tapi yang jaga di sana adalah orang-orang promosi dan marketing. Elan sama sekali nggak kenal mereka. Ia cuman kenal orang-orang Redaksi, itupun yang akrab cuman dengan Wira tok karena sering ketemuan di lapangan.

Ia lantas diajak Rain masuk ke ruang utama, persis waktu terdengar pengumuman lewat pengeras suara yang meminta semua orang segera masuk karena acara segera dimulai. Di dalam, atmosfernya sangat luar biasa. Meriah dan heboh abis. Meski namanya Prom Night, tapi acara malam ini bukan pesta dansa kayak Prom Night aslinya di Amerika sana.

Para hadirin pun nggak pake gaun malam warna putih lengkap dengan korsase untuk cewek dan setelan tuksedo resmi untuk cowok. Semua pada pake baju pesta kasual biasa. Rain pun hanya mengenakan celana jins dan kaos ketat tanpa lengan warna ungu yang dipadu dengan kebaya modifikasi warna ungu juga. Sederhana tapi classy.

Sedang Elan yang buta mode harus kursus dulu dari Erin sebelum berani datang dengan gaya baru yang selama ini nggak pernah ditampilkannya. Ia pake celana jins hitam, kemeja lengan panjang warna merah manyala, dan di luar pake T-shirt putih polos.

Aula yang juga berfungsi ganda sebagai stadion basket, bola voli, dan badminton itu udah di-set menjadi ruang pesta besar. Pusat acara berupa sebuah panggung gede komplet dengan seperangkat alat band dan sound system. Ada juga setumpuk hadiah doorprize yang terdiri atas berbagai barang elektronik hingga hadiah utama sebuah sepeda motor. Ruang lapang persis di depan panggung yang sengaja dibiarin kosong sebagai tempat para penggembira jejingkrakan kini udah setengah penuh terisi massa.

Agak jauh dari panggung terdapat dua kelompok deretan kursi. Yang kanan untuk pengurus yayasan, para guru, ortu para graduate, dan tamu-tamu undangan khusus. Sedang yang kiri untuk para lulusan dan pasangan masing-masing.

Bagi yang tadi belum sempat makan malam atau masih merasa kurang, tersedia sederetan angkringan di dekat pintu masuk yang menyajikan berbagai menu tradisional. Ada tahu gimbal, kupat tahu ala Magelang, soto Kudus, gado-gado, nasi opor, dan juga sate kambing. Elan tersenyum geli. Bagian itu lebih mirip pesta nikah daripada Prom Night!

Suasana juga mulai rame di tribun. Yang malas turun ke dekat panggung emang ngambil posisi di sana, sekalian mojok dengan pasangan masing-masing. Lagian dari sana pemandangan ke arah panggung terbentang luas tanpa halangan apapun.

"Ntar kalo acara resminya udah slese, kita naik ke sana, ya?" Rain menunjuk ke arah deretan paling atas tribun sementara ia dan Elan duduk di deretan kursi utama.

"Emang acara resminya apa aja?"

"Kan di daftar program ada."

Elan melongok ke daftar program yang tadi diterimanya pas mendaftar di lobi. Acara akan dibuka dengan goyangan breakers dan modern dance, lalu rangkaian acara resmi pesta perpisahan berupa deretan pidato dan pemberian penghargaan pada Top 10 lulusan, fashion dance, band sekolah yang punya nama Romantic Tractor, cheerleaders, aksi bintang tamu dua band lokal Paprika dan Rendezvous at 8, dan diakhiri dengan main act Glenn Fredly yang dijadwalkan baru akan tampil sekitar pukul 23 teng.

The Rain WithinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang