"Bener, Lan! Rugi besar kalo kamu nggak kembali. Owner baru kita itu bener-bener luar biasa kaya. Mereka menaikkan gaji pemain sampai 200%. Buat pemain bintang seperti aku bahkan sampai 400%. Coba tebak berapa gajiku yang baru!"
Elan melongo, "Berapa?"
"Enam puluh juta perak. Itu tiap pekan, bukan tiap bulan. Itu belum termasuk bonus kemenangan, bonus gol, dan tunjangan macem-macem termasuk asuransi. Juga belum termasuk kontrak-kontrak sama sponsor pribadiku."
Elan begitu kaget sampai-sampai sulit menelan. Ia sampai harus meminum es jeruknya, baru bisa makan dengan normal seperti sediakala.
"Untuk pemain yunior kayak kamu, Pak Nugi ngasih kamu gaji Rp 10 juta perbulan," Miro ikut angkat bicara. "Itu udah termasuk kecil untuk ukuran PSIS sekarang setelah dibeli Tel-Sat."
Saat itu mereka bertiga—Elan, Carlos Oliveira, dan Miro—makan tahu gimbal di warung lesehan Jalan Pahlawan. Carlos dan Miro emang langsung menyeret Elan ke situ begitu seluruh rangkaian acara pertandingan persahabatan dengan anak-anak UGM tadi selesai. Mereka berdua termasuk dalam legiun asing PSIS yang jatuh hati setengah mati pada makanan khas Kota Lumpia, terutama tahu gimbal.
Pas pertama kali datang ke Semarang dua tahun lalu, Carlos segitu hebohnya ngefans ama tahu gimbal sampai ia nambah lima piring sekali makan. Malamnya, dia langsung kena diare!
Mereka bertiga ngobrol dalam Bahasa Indonesia dan sesekali diselingi ungkapan atau umpatan dalam bahasa Jawa. Dua bule itu emang udah fasih banget ngomong cara lokal. Kata-kata jorok bahasa Jawa pun mereka juga udah gape banget.
Kini, mereka makan di bawah perhatian orang-orang sekeliling yang juga lagi makan atau lewat di sekitar trotoar. Beberapa orang yang kenal, terutama para cewek ABG, langsung datang mendekat untuk minta tanda tangan atau foto bareng. Dan keduanya, terutama Carlos, dengan senang hati melayani permintaan para fans telaten sekali. Dia tu emang contoh selebritis teladan!
"Sepuluh juta?" Elan sampai berteriak saking kagetnya. "Duit segitu mau buat apa!?"
"Ya pokoknya tawaran dari manajemen segitu. Kalo dirasa kurang, kamu masih bisa menawar."
"Kurang? Itu justru terlalu berlebihan menurut ukuranku," Elan garuk-garuk kepala yang nggak gatal.
Jelas saja dia kaget. Pas menjalani status kontrak pinjam di Persikas kemaren, dia cuman digaji Rp 1,5 juta perbulan. Jumlah segitu pun udah lebih dari cukup dan membuatnya berani ngredit motor Tiger yang sekarang dipakainya. Kalo kini ia digaji Rp 10 juta dan mungkin bahkan bisa lebih, tu motor bakalan langsung ia lunasi untuk beli mobil atau tank sekalian biar seru!
"Sayang kemaren kamu nggak datang," kata Carlos sambil memulai sesi tahu gimbal piring ketiga. "Hari Rabu kemaren, pas kita tanda tangan kontrak bareng-bareng, tim manajemen Tel-Sat bikin presentasi. Mereka memaparkan rencana kerja tim di bawah manajemen mereka. Dan yang mereka presentasiin itu bener-bener bikin Miro mau semaput saking senengnya!"
Miro ketawa ngakak. Pelatih satu ini masih berumur 37 tahun. Dia terakhir main di Partizan Belgrade dan pensiun karena cedera kaki. Karena belum tua-tua amat, kadang dia masih suka sinting kayak anak-anak remaja. Dengan para pemain kayak Carlos atau Elan, dia akrab banget di dalam dan di luar lapangan. Mereka dianggapnya kayak adik sepupu, bukan bawahan yang bisa seenaknya disuruh dan dibentak-bentak.
Elan langsung mengarahkan perhatiannya ke Miro. Si bule menjawab tanpa ditanya,
"Tel-Sat itu punya koneksi luar biasa di Eropa. Mereka langsung membatalkan rencana kita tur uji coba ke Malaysia dan Brunei. Sebagai gantinya, mereka mendatangkan dua tim Eropa ke Semarang khusus untuk main lawan kita. Mau tahu apa nama kedua klub itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain Within
RomanceSebuah kesalahan fatal dalam sebuah pertandingan playoff yang sangat penting membuat Elan Naratama trauma dan meninggalkan kariernya yang cemerlang sebagai pemain sepakbola. Ia pun tak menggubris ajakan manajer tim PSIS Semarang yang memintanya mena...